Untuk Mempercepat Rotasi Perawatan, Wayang Baku Tetap Anggara Kasih
SURAKARTA, iMNews.id – Meski kesibukan merayakan Lebaran/Idhul Fitri sudah lewat sampai Kamis (27/4) kemarin, tetapi Kraton Mataram Surakarta menentukan agenda ritual “ngesis wayang” mulai Kamis kedua setelah Lebaran, yaitu tanggal 4 Mei. Jenis koleksi wayang yang diangin-anginkan atau “diangini” tiap Kamis itu, adalah seisi kotak wayang “padintenan” atau wayang yang digunakan sewaktu-waktu, termasuk “wayang para”. Sedangkan wayang pusaka yang kategori Kanjeng Kiai (KK) seperti KK Jimat, KK Dewa Katong dan sebagainya, tetap di hari Anggara Kasih (Selasa Kliwon).

“Betul. Kamis ini (27/4) rata-rata masih pada sibuk, karena masih dalam suasana Lebaran. Baru Kamis minggu depan (4/5) kami mulai lagi ngesis wayang ‘padintenan’. Jadwal ngesis tiap Kamis itu agenda tambahan untuk mengupayakan agar 17 kotak wayang koleksi kraton, mendapat giliran perawatan rutin dalam jarak waktu yang tidak terlalu lama untuk masing-masing kotaknya. Karena kalau semua di-esis tiap Anggara Kasih, bisa kedahuluan kena jamur, karena terlalu lama menunggu giliran,” ujar Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa) yang dihubungi iMNews.id, kemarin.

Sementara itu, dalang Ki Gatot Purnama sebagai salah seorang abdi-dalem yang sering bertugas dengan urusan “ngesis wayang” dari Kantor Pengageng Mandra Budaya “Bebadan Kabinet 2004”, sampai Kamis kemarin menunggu “dhawuh” dan sudah siap menjalankan tugas “ngesis wayang padintenan” tiap Kamis. Tetapi saat dihubungi iMNews.id terpisah, sampai kemarin memang tidak mendapatkan pemberitahuan atau “dhawuh” bertugas “mengangini” wayang “padintenan” atau wayang “para” itu.

Menurutnya, pengaturan waktu pelaksanaan ritual tatacara perawatan wayang koleksi kraton yang dijelaskan Gusti Moeng itu benar adanya dan perlu. Karena, koleksi wayang Kraton Mataram Surakarta yang jumlahnya 17 kotak dan mungkin lebih, dan terdiri dari berbagai macam wayang itu, termasuk sangat banyak. Kadipaten Mangkunegaran dan Kraton Jogja mungkin tidak memiliki wayang “gaya”-nya sendiri sebanyak itu dan sangat beragam seperti koleksi kraton itu.

“Selain sangat beragam sesuai zaman/masanya, kualitas koleksi wayang kraton sangat tinggi. Lihat saja seisi kotak KK Jimat, atau KK Dewa Katong ata KK Kadung. Wah…. luar biasa. Banyak ilmuwan dan ahli wayang mengakui itu. Pak Bambang Suwarno (Ki Dr KRT Bambang Suwarno-Red) mengagumi kualitas koleksi kraton itu. Karena sebagai pusaka kategori KK dan kualitasnya sangat tinggi serta tidak ada duanya itu, maka saya setuju perlu mendapat prioritas perawatan lebih baik,” tandas abdi-dalem dalang kelahiran Jogonalan, Kabupaten Klaten 1975 yang bergelar RT Purnama Carita Adipura itu.

Karena nilai kualitas dalam segala sisi, nilai ekseklusivitas, keunikan dan sisi karya seni kriyanya yang tampak dari semua isi kotak wayang koleksi kraton, lanjut Ki Gatot Purnama, memang pantas Kraton Surakarta memiliki “gaya” tersendiri dalam seni pedalangan/pakeliran dan kriya tatah sungging, bahkan pioner di bidang itu. Karena menjadi pendahulu dan pedoman bagi dunia seni pedalangan setelah Mataram Surakarta, pantas saja menjadi pusat pembelajaran sekaligus “babon” seni pedalangan “gaya Surakarta”.

Namun, lanjutnya, untuk merawatnya memang perlu dicari solusi seperti agenda “ngesis wayang” tambahan yang sudah ditetapkan Pengageng Sasana Wilapa. Selain tiap Selasa Kliwon atau Anggara Kasih menjadi jadwal upacara adat “ngesis wayang” pusaka kategori “Kanjeng Kiai” (KK), diadakan agenda “ngesis wayang padintenan” atau “wayang para” tiap hari Kamis. Solusi ini bisa memperpendek jarak waktu untuk “mengangini” wayang tiap kotaknya, sehingga lebih kecil kemungkinan terkena “hama” jamur yang bisa merusak cat (sungging), kulit (bahan baku-Red) dan gapit.

Disebutkan, sudah beberapa hari Kamis sejak Gusti Moeng kembali masuk kraton mulai 17 Desember 2022, digelar ritual “ngesis wayang padintenan” selain jadwal baku tiap Anggara Kasih. Ritual ini sebelum 2017 cukup diadakan di halaman depan Gedhong Lembisana, kompleks Pendapa Magangan. Tetapi karena belum dibersihkan dari limbah bangunan sisa-sisa renovasi akibat kraton mendadak ditutup mulai April 2017, pelaksanaan “ngesis wayang padintenan” terpaksa dialihkan ke Gedhong Sasana Handrawina.

“Gusti Moeng sudah ngendika, nanti kalau halaman depan (gedhong) Lembisana sudah dibersihkan, ngesis wayang padintenan bisa kembali ke sana. Sekarang masih penuh rongsokan. Dulu (sebelum 2017-Red), ngesis wayang Kamis diadakan di sana. Ya mudah-mudahan segera dibersihkan, agar bisa untuk ritual ngesis wayang padintenan. Tetapi kalau Pengageng Sasana Wilapa punya rencana lain dengan meneruskan agenda ngesis wayang padintenan di Sasana Handrawina, kami abdi-dalem menyesuaikan, ndherek saja,” jelas dalang yang hampir semua leluhurnya berprofesi dalang itu.

Ritual “ngesis wayang padintenan” yang sudah diagendakan, yaitu pada Kamis (4/5), hanya kurang beberapa hari sebelum datang jadwal agenda ritual “ngesis wayang besar/pusaka” tiap Anggara Kasih yang akan jatuh pada Selasa Kliwon (9/5). Tempat untuk “ngesis wayang besar” kategori “Kanjeng Kiai” harus di (gedhong) Sasana Handrawina, tetapi untuk “ngesis wayang padintenan” pada jadwal kamis (4/5), disebutkan Ki Gatot Purnama mungkin masih di Sasana Handrawina, kalau halaman depan (gedhong) Lembisana belum dibersikan dalam beberapa hari ini.

Selama bulan puasa sampai awal Lebaran, Gusti Moeng menyebutkan tidak ada upacara adat “ngesis wayang” alias diliburkan. Di bulan puasa, ada hari weton Selasa Kliwon yaitu tanggal 4 April dan beberapa hari Kamis yang diliburkan dari berbagai upacara adat, selain kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan, misalnya Khataman Alqur’an dan Malem Seilikuran. Dan Kamis (27/4) pertama setelah Lebaran juga diliburkan, karena masih dalam suasana berlebaran. Anggara Kasih setelah Lebaran untuk menggelar ritual “ngesis wayang”, jatuh pada Selasa Kliwon (9/5).

Untuk menjalankan upacara adat “ngesis wayang” baik jenis “padintenan” (keseharian-Red) maupun wayang besar/pusaka “Kanjeng Kiai”, melibatkan beberapa abdi-dalem lintas bebadan. Tetapi abdi-dalem yang mengerjakan secara teknis sesuai bidang seni pedalangan, ada tim tersendiri yang dipimpin Ki KRT Dr Bambang Suwarno selaku koordinatornya, dari Kantor Pengageng Mandra Budaya. Doktor sekaligus Empu dalang wayang Gedhog itu punya anggota, yaitu Ki RT Purnama Carita Adipura, Ki Suluh Juniarsah (dosen) dan kandidat doktor Ki Rudy Wiratama (peneliti wayang).

Pelaksanaan ritual “ngesis wayang padintenan” Kamis lalu, berlaku seperti agenda ritual serupa baik yang tiap “padintenan” atau Kamis maupun tiap Anggara Kasih, beberapa hari sebelum menjelang hari “H” tak pernah diketahui jenis wayang atau nama kotak wayang apa yang akan dikeluarkan. Tetapi menurut Ki KRT Dr Bambang Suwarno yang ditanya iMNews.id pada ritual Anggara Kasih sebelum Lebaran, kraton sudah punya jadwal urutan kotak wayang yang akan dikeluarkan dalam upacara adat “ngesis wayang”.

Sementara itu iMNews.id mencatat, pelaksanaan ritual “ngesis wayang padintenan” sebelum memasuki bulan puasa, berlangsung Kamis (16/3), yang digelar Pangageng Sasana Wilapa di gedhong Sasana Handrawina, tak seperti ritual-ritual “ngesis wayang” serupa, apalagi “ngesis wayang Kanjeng Kiai”. Pada kesempatan itu justru diundang sejumlah awak media untuk meliputnya. Kebijakan ini sangat positif, karena sangat layak menjadi konsumi pariwisata (terbatas), kraton semakin terbuka untuk publik, untuk mengedukasi perlunya dukungan pelestarian seni budaya Jawa. (won-i1)