Ada Pemandangan yang Berbeda dari Pengukuhan Pengurus Pakasa Cabang Ngawi
IMNEWS.ID – PENGUKUHAN pengurus Pakasa Cabang Kabupaten Ngawi yang digelar di Pendapa Wedya Graha kompleks perkantoran Pemkab Ngawi, Kamis (4/1), menjadi pembuka lembaran agenda aktivitas “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta di tahun 2024. Di wilayah Provinsi Jatim, bertambah satu cabang lagi setelah beberapa cabang yang jauh mendahului resmi dan eksis.
Susunan pengurus Pakasa Cabang Ngawi yang diresmikan bersama oleh Pangarsa Lembaga Dewan Adat dan Pangarsa Pakasa Punjer sangat meyakinkan. Karena selain muncul Wakil Bupati (Wabup) Ngawi Dr Dwi Rianto Jatmiko mendapat gelar “KRT” dan dipercaya menjadi Ketua Pakasa cabang, di tempat yang sama hari itu juga 94 abdi-dalem warga dan organ pengurus Pakasa ikut diwisuda.
Dan, salah satu yang ikut diwisuda mendapat kekancingan gelar kekerabatan sekaligus menjadi bagian pengurus Pakasa cabang yang dikukuhkan, adalah KRT Suyono Kartorejo. Tokoh koordinator Komunitas Pager Wojo Mantingan ini, adalah Ketua relawan SAR Elpeje singkatan “Elinga mring Pepadhaning Jejalma” atau LPJ singkatan dari Langgeng Prima Jaya.
Ada 80-an relawan dari SAR Elpeje yang berasal dari berbagai wilayah di Kabupaten Ngawi yang dipimpinnya, mengerahkan segala kekuatannya untuk bekerja-bhakti di beberapa titik lokasi di kompleks Kraton Mataram Surakarta, menjelang peringatan Hari Jadi ke-92 Pakasa, akhir November lalu, mulai dari kompleks Pendapa Sitinggil Lor hingga Pendapa Magangan.
Dipimpin KRT Suyono Kartorejo itu, 80-an pasukan relawan yang rata-rata punya pengalaman pertolongan aneka macam bencana yang terakhir kebakaran hutan Gunung Lawu itu, begitu cepat membersihkan segala macam barang yang tak berguna lagi di kompleks Pendapa Magangan. Tempat ini, selama lebih lima tahun dijadikan gudang berbagai barang, termasuk sebagai kandang mahesa.
“Sedulur-sedulur Pakasa Cabang Ngawi ini sudah menunjukkan ‘gawa-gawene’, bahkan jauh sebelum menerima kekancingan tanda kekerabatan dan pengurusnya terbentuk. Maka, sudah selayaknya para sederek abdi-dalem di Kabupaten Ngawi, mendapatkan tanda ikatan silaturahmi dan kekerabatan, seperti yang kita saksikan bersama siang ini,” ujar KPH Edy Wirabhumi, siang itu.
KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer, seusai mengukuhkan kepengurusan Pakasa Cabang Ngawi di Pendapa Wedya Graha, memberi pidato sambutan sekaligus menjelaskan peristiwa pengukuhan siang itu. Pada intinya dijelaskan, bahwa kepengurusan Pakasa Cabang Kabupaten Ngawi sudah selayaknya dikukuhkan, karena sudah mendahului berbuat nyata sesuai “gawa-gawene”.
Kepengurusan Pakasa Cabang Ngawi yang dikukuhkan siang itu, terdiri dari Ketua Umum yang dijabat Wakil Bupati Ngawi, KRT Dr Dwi Rianto Jatmiko MH MSi, kemudian Ketua Harian yang dipercayakan kepada KRT Suyono Sastrorejo. Sekretaris dijabat Dr Arsad Ragandhi dan Bendahara dipegang Dwi Nurrahmad Riyadi Basuki.
Sebelum terbentuk pengurus Pakasa, Pemkab Ngawi sudah sejak lama punya hubungan baik dengan Kraton Mataram Surakarta, yaitu di saat menggelar acara ritual dan kirab budaya peringatan hari jadi kabupaten. Selain itu, masyarakat Desa Tawun, Kecamatan Kasreman dan Kecamatan Mantingan, punya ritual tradisi yang juga selalu menghadirkan prajurit Kraton Mataram Surakarta.
Peristiwa pengukuhan pengurus Pakasa Cabang Ngawi, di satu sisi merupakan wujud perkembangan ke arah positif dari organisasi yang pernah dilahirkan Sinuhun PB X pada tanggal 29 November 1931. Tetapi, ada sekilas pemandangan upacara pengukuhannya yang tampak agak beda dari upacara-upacara pelantikan dan penetapan pengurus Pakasa cabang di berbagai daerah, sebelumnya.
Saat pengukuhan pengurus di Pendapa Wedya Graha Pemkab Ngawi itu, para pejabat organ pengurus cabang hanya mengucapkan ikrar sumpah prasetya dengan berdiri di tempat duduk masing-masing, yang saat itu bersamaan dengan para abdi-dalem yang diwisuda mendapatkan gelar kekerabatan.
Karena, ikrar dan sumpah prasetyanya bersamaan dengan para wisudawan penerima gelar kekerabatan, maka isi sumpah prasetya yang dibacakan KRMH Saptonojati sangat beda dengan ikrar janji yang diucapkan para pengurus Pakasa cabang saat disumpah. Di situ tidak terdengar ada pertanyaan : “Menapa panjenengan saestu kersa njagi wetahipun NKRI dan sebagainya……..”.
Karena format upacara pelantikan dan penetapan berubah mungkin karena alasan penyederhanaan tatacaranya, dalam peristiwa upacara itu tidak terlihat semua unsur pengurus Pakasa Cabang berdiri di panggung tempat upacara. Yang ada di situ, hanya Ketua Umum cabang, Dr Dwi Rianto Jatmiko dan Ketua Harian Suyono Sastrorejo “dikukuhkan” oleh Pangarsa Pakasa Punjer.
Secara berurutan, keduanya menerima tongkat kepemimpinan dari KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer, kemudian ketiganya berfoto bersama. Sambutan tanda pelantikan, berturut-turut diberikan Pangarsa Pakasa Punjer kemudian KRT Dr Dwi Rianto Jatmiko, baik selaku Ketua Umum Pakasa Cabang Ngawi maupun tuan rumah karena kedudukannya sebagai Wakil Bupati.
Perubahan format tatacara upacara pelantikan ini memang tidak banyak yang memperhatikan, karena mungkin hal itu bukan menjadi persoalan. Tetapi, secara formal wujud peristiwanya ada, dilakukan pihak-pihak yang sangat berkepentingan dan bisa dipertanggungjawabkan dari ukuran apa saja serta disaksikan banyak orang yang berkepentingan pula. (Won Poerwono-bersambung/i1).