Semalam Wayang Kulit Digelar Untuk Umum, Penontonnya Separo dari 400-an Kursi

  • Post author:
  • Post published:November 28, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:11 mins read
You are currently viewing Semalam Wayang Kulit Digelar Untuk Umum, Penontonnya Separo dari 400-an Kursi
NAIK PANGGUNG : KRRA MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) saat didaulat naik panggung oleh dalang penyaji pentas wayang kulit yang diinisiasinya untuk memeriahkan hari jadi 92 tahun Pakasa di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (26/11) malam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tinggal Ketua Pakasa Cabang Ponorogo yang Tampak di Acara Penutup Hari Jadi Itu

SURAKARTA, iMNews.id – Semalam, Minggu (26/11) mulai pukul 20.30 WIB, acara penutup peringatan Hari Jadi 92 Tahun Pakasa berupa pentas wayang kulit, digelar di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa. Sajian kesenian khas gaya Surakarta dari sumbernya ini digelar untuk umum, tetapi penontonnya kurang dari separo kursi yang disediakan sekitar 400-an buah.

Hiburan kesenian tradisional pentas pakeliran itu, gratis untuk pengunjung umum, bahkan ada nasi dalam dus dan teh hangat gratis yang diantar ke tempat duduk para pengunjung, satu persatu. Tak ketinggalan, suguhan serupa juga diantara ke kursi Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat, KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer.

Di tempat duduk deretan terdepan, selain Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi, tampak pula KRRA Ir MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Ponorogo yang masih kelihatan bersama istri, menunggui sajian pentas wayang kulit. Di deretan belakang, ada sejumlah sentana-dalem dan sentana garap “Bebadan Kabinet 2004” yang juga menyaksikan.

Pentas wayang kulit yang menghadirkan sepasang dalang Ki Purbo Sasongko dan Ki Gandrung Swara Al Gifari yang diinisiasi Pakasa cabang Ponorogo, untuk menyajikan lakon “Wahyu Cakrawingrat”. Gamelan, wayang dan perlengkapan pentas juga dibawa dari Ponorogo, karena gamelan dan wayang koleksi kraton tak bisa dikeluarkan di luar keperluan upacara adat kraton.

BINTANG TAMU : Seorang pesinden dan dua orang bintang tamu yang ikut menghebohkan panggung pementasan wayang kulit yang diinisiasi Pakasa Cabang Ponorogo untuk memeriahkan hari jadi 92 tahun Pakasa di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (26/11) siang. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Setelah membuka, berpidato dan menyerahkan tokoh wayang kepada sepasang dalang, Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi meninggalkan tempat, karena sejak pukul 07.00 WIB sudah mulai beraktivitas dalam semua rangkaian peringatan Hari Jadi 92 Tahun Pakasa. Tak lama kemudian, KRRA MN Gendut dan istri juga menyusul pulang, setelah didaulat naik panggung oleh dalang.

Tetapi, tak lama kemudian putra mahkota KGPH Hangabehi dan rombongan hadir seakan menggantikan menunggui pentas wayang yang banyak mengeksploitasi “wajah baru” seni pedalangan di luar kraton itu. Walau waktu menunjuk pukul 22.00 WIB lebih, tetapi penonton masih ada yang datang, tetapi 400-an kursi yang tersedia tetap belum separonya terisi.

Satu-satunya tamu penting yang tertinggal adalah Dr Purwadi, seorang peneliti sejarah dari Lokantara Pusat di Jogja, yang semalam banyak ngobrol dengan staf Kantor Sasana Wilapa, KRT Darpo Arwantodipuro dan iMNews.id. Intelektual kampus yang juga praktisi seni pedalangan gaya Surakarta ini, sejak Sabtu (26/11) sudah tampak mengamati segala kesibukan menjelang hari “H”.

Pentas wayang berlanjut, sempat menadulat KRRA Ir MN Gendut ke atas panggung yang sedianya diminta untuk memberi interoduksi tembang Jawa yang disebut “bawa”. Tetapi setelah menyerahkan bingkisan kepada Ki Purbo Sasongko, Ketua Pakasa Cabang Ponorogo itu berpamitan turun panggung, dan “bawa” diwakilkan dua wiraswara pendukung karawitan iringan pakeliran.

NAIK PANGKAT : Seorang pengurus Pakasa Cabang Jepara, RT Choirul Anam Setyodipura diwisuda Gusti Moeng naik pangkat menjadi KRT Choirul Setyonagoro pada upacara wisuda menandai peringatan hari jadi 92 tahun Pakasa di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (26/11) siang. (foto : iMNews.id/dok)

Sampai menjelang pukul 23.00 WIB, jalannya pementasan lakon “Wahyu Cakraningrat” masih sampai sesi “gegojegan” pada adegan “Parekan Limbuk-Cangik” bagian “Pathet Enem”. Suasana di panggung tampak heboh dan sangat meriah, yang sangat berkebalikan dengan suasana di tempat duduk penonton yang tampak diam tetapi dengan seksama mencermati.

Heboh dan meriahnya suasana panggung, diawali dengan tampilnya 4 di antara 6 pesinden yang semula duduk bersimpuh menghadap para pemirsa, diminta berdiri untuk berlenggang-lenggok menari mengikuti gending-gending campursari gaya baru. Sehabis itu, ada seorang yang mengenakan blangkon dan beskap didaulat naik panggung, untuk nembang dan berjoget.

Giliran kemudian adalah seseorang berbusana “Jawi jangkep” bernama Rawang, yang didaulat naik panggung. “Abdi-dalem garap” di kraton ini semula ingin menyumbang “bawa” yang liriknya dikarang sendiri bertemakan “mangayubagya” Hari Jadi 92 Tahun Pakasa. Tetapi karena tidak hafal, malah jadi forum lawakan penuh canda-tawa “ger-geran”, tetapi hanya di atas panggung.

Menurut Dr Purwadi, mendalang memang tidak mudah, kalau dengan sadar mau memberi edukasi secara lengkap dan benar tentang seni pedalangan yang dibutuhkan di forum dan tempat yang tepat. Tetapi kalau sekedar menyajikan untuk keperluan hanya sekedar semua senang, itu sangat mudah tetapi para penontonnya pulang tidak mendapat bekal pengetahuan apapun yang bermanfaat.

KANCA KAJI : Sebelas abdi-dalem “Kanca Kaji” dari Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro, ikut diwisuda KRMH Bimo Djoyo Adilogo pada upacara wisuda menandai peringatan hari jadi 92 tahun Pakasa di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (26/11) siang. (foto : iMNews.id/dok)

Sementara itu, semua rombongan Pakasa cabang sehabis berpartisipasi di berbagai kegiatan peringatan Hari Jadi 92 tahun Pakasa dalam sehari, Minggu (26/11) itu, sudah tiba di tempat asal masing-masing, walau lokasinya berjauhan dan waktu tempuh dari dan ke Surakarta saling berbeda. Termasuk 150-an warga Pakasa Cabang Jepara yang datang dengan tiga bus besar.

“Tetapi ada yang menjadi catatan, di antara 25 warga Pakasa Jepara yang diwisuda, hanya ada 1 orang yang sudah pernah sekali masuk kraton. Ini berarti, ke depan perlu ada sesi kunjungan, agar warga Pakasa bisa ikut menyaksikan isi museum dan suasana dalam kraton,” ujar KRA Bambang S Adiningrat sambil menambahkan pihaknya akan menggelar rapat membahas recana wilujengan.

Menurut pemilik showroom mebel ukir di Jepara dan Jakarta yang juga pimpinan Sanggar Loka Budaya dan Padepokan Joglo Hadipuran itu, Pakasa cabang Jepara sudah mengagendakan rencana menggelar doa wilujengan peringatan Hari Jadi 92 Tahun Pakasa, yang dirangkai dengan shalat istigotsah pada hari Sabtu, 2 Desember.

Doa wilujengan itu dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih atas jasa-jasa para Raja Mataram terutama Sinuhun PB X, yang telah menginisiasi lahirnya organisasi Paguyuban Kawula Karaton Surakarta pada 29 November 1931. Acara ini akan mengundang seluruh keluarga besar Pakasa cabang dan berbagai elemen di Kabupaten Jepara.  

SERAHKAN CINDERAMATA : KRAT Seviola Ananda Reksobudoyo (Ketua Pakasa Cabang Trenggalek) menyerahkan bingkisan miniatur tari Jaranan Turangga Yaksa kepada KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Pakasa Punjer) seusai penampilan tarian tersebut di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu siang (26/11). (foto : iMNews.id/dok)

Di tempat terpisah, KRA Panembahan Didik Gilingwesi selaku (Plt) Ketua Pakasa cabang Kudus mengaku senang dan bangga bisa ikut menyemarakkan peringatan Hari Jadi 92 Tahun Pakasa di Kraton Mataram Surakarta sebagai Punjernya Pakasa, Minggu (26/11). Ia bersama lebih 50-an orang termasuk dari Pakasa Pati, sudah dua kali ikut merayakan hari jadi Pakasa sejak 2022.

“Kami tentu senang dan bangga menjadi bagian warga Pakasa. Meskipun saya masih ‘Plt’ dan pengurus cabang belum ditetapkan. Mudah-mudahan, acara penyerahan kekancingan di hari jadi tahun mendatang, bisa lebih baik secara keseluruhan. Yang ini, hampir semua nama di kekancingan salah ketik identitas,” tunjuk KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro kepada iMNews.id.

Di tempat terpisah, KRT Darpo Arwantidipuro menyatakan proses cetak partisara kekancingan dan entry data mengalami penumpukan jumlah besar hanya beberapa menjelang upacara wisuda berlangsung. Proses yang butuh kecermatan untuk menjamin ketepatan memasukkan data 400 nama lebih pemohon, seharusnya bisa dilakukan pada waktu yang panjang, jauh sebelum ada wisuda.

Staf Kantor Sasana Wilapa yang mengurusi proses cetak partisara kekancingan itu kepada iMNews.id kemarin membenarkan, banyaknya identitas yang tertulis keliru akibat data yang masuk kepadanya sudah dalam keadaan keliru. Dia menyebutkan, hingga sampai saat ini dalam soal produksi maupun mekanisme penyerahannya masih dalam proses mencari bentuk yang tepat dan ideal.

EMBRIO CABANG : Rombongan abdi-dalem embrio cabang Pakasa dari Kabupaten Ngawi (Jatim) yang dipimpin Suyono Sastroredjo, berfoto bersama di depan banner panggung pentas seni peringatan Hari Jadi 92 Tahun Pakas di halaman Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu siang (26/11). (foto : iMNews.id/dok)

Sementara itu, KRRA MN Gendut Wreksodiningrat yang dihubungi terpisah siang tadi menyebutkan, pihaknya baru akan membahas rencana wilujengan hari jadi 92 tahun Pakasa dalam rapat pengurus sesegera mungkin. Tetapi disebutkan, rombongan Pakasa cabang yang ikut memeriahkan peringatan di Surakarta, Minggu (26/11), merasa bangga dan senang serta tambah pengalaman.

“Peringatan ultah Pakasa ke depan, perlu arena dan waktu yang cukup untuk pentas seni yang dipadu dengan santapan rohani (tausyiyah-Red). Kami berharap, ada pameran karya-karya dan bena seni, musalnya pusaka keris dan sebagainya. Keseluruhan acara peringatan kemarin itu, secara umum sudah cukup sejuk dan menyenangkan,” ujar KRRA MN Gendut.

Secara terpisah, KRAT Seviola Ananda Reksobudoyo (Ketua Pakasa Cabang Trenggalek) merasa gembira dan bangga karena bisa berkumpul dengan warga Pakasa cabang lain yang semakin banyak jumlahnya, termasuk generasi mudanya. Pakasa Trenggalek berharap, organisasi Pakasa bisa berkembang lebih luas untuk lestarinya budaya Jawa yang bersumber dari kraton.

Kegembiraan serupa juga dirasakan rombongan warga Komunitas Pager Wojo dari Mantingan, Ngawi yang dipimpin Suyono Sastroredjo. Dia berharap para pengageng dari kraton lebih sering menyambangi para pecinta budaya Jawa ke daerah-daerah. Sebaliknya diharapkan para penggiat budaya terutama generasi muda, lebih mencintai budayanya sendiri dan mendekat ke kraton. (won-i1).