Pakasa Cabang Kediri Juga Bagikan Bingkisan Lebaran Bagi 200-an Warganya
SURAKARTA, iMNews.id – Jajaran Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta masih memberi toleransi kepada kelompok di belakang Sinuhun PB XIII, untuk memenuhi kewajibannya Pemkot Surakarta dalam penggunaan dana hibah APBD, sesuai “kontrak” yang mereka tandatangani. Dana hibah dimaksud, untuk keperluan membiayai ritual gunungan Garebeg Syawal tahun 2025 ini.
“Jadi, hasil hasil rapat jajaran Bebadan Kabinaet 2004 yang dipimpin Gusti Wandan kemarin memutuskan, untuk tahun ini bebadan tidak menggunakan otoritasnya untuk menggelar hajad-dalem Garebeg Syawal itu. Sasana Putra (sebutan kelompok Sinuhun PB XIII-Red) masih diberi kesempatan memenuhi tanggung-jawabnyanya menggunakan anggaran APBD sampai tahun ini”.
“Gusti Wandan memutuskan, biar Sasana Putra yang menyelenggarakan. Karena mereka yang menerima uang hibah dari APBD itu. Mereka juga yang menandatangani kontrak penggunaan hibah itu. Jadi, sampai tahun anggaran 2025, ini masih diberi kesempatan. Karena, ‘kan sudah terlanjur tandatangan untuk kegiatan selama setahun,” ujar KPP Haryo Sinawung menjelaskan.
Wakil Pengageng Karti Praja yang dimintai konfirmasi iMNews.id, siang tadi, selebihnya menyatakan, karena penyelenggaraan upacara adat hajad-dalem gunungan Garebeg Syawal tahun 2025 ini masih dilakukan “kelompok Sasana Putra”, Bebadan Kabinet 2004 yang dipimpin Gusti Moeng tidak mengeluarkan “dhawuh” secara khusus kepada jajaran dan elemen Lembaga Dewan Adat.

Seperti diketahui, pada setiap menjelang akan berlangsung upacara adat di Kraton Mataram Surakarta, sudah menjadi mekanisme prosedur yang lazim selalu didahului dengan penerbitan “serat dhawuh”. “Surat perintah” itu biasanya terbit sebagai keputusan rapat jajaran bebadan Kabinet 2004 yang diadakan sebelumnya, yang terdiri bermacam bidang penugasan.
Seperti yang selama 5 tahun lebih berjalan, posisi Lembaga Dewan Adat dan Bebadan Kabinet 2004 pernah “disingkirkan” karena SK Kemendagri No 430-2933 tahun 2017 disalahgunakan Sinuhun PB XIII untuk membentuk “Bebadan baru”. Selama 5 tahun itu (2017-2022) upacara adat ditangani ditangani “Pengageng Sasana Wilapa” dan “Pengageng Parentah Kraton” bentukannya.
Namun, karena posisi Sinuhun PB XIII sangat lemah, dan dua lembaga “pengageng” yang menanganinya punya agenda “kepentingan” sendiri, setiap upacara adat yang digelar sangat menurun kualitasnya karena terkesan “asal ada”. Padahal, selama 5 tahun itu, pelaksanaannya dibiayai dengan dana hibah APBD Pemkot Surakarta atas kesepakatan “kontrak” bersama.
Tetapi dengan kembalinya posisi Lembaga Dewan Adat (LDA) dan Bebadan Kabinet 2004 melalui eksekusi putusan MA oleh Pengadilan Negeri (PN) Surakarta pada 8 Agustus 2024, pelan-pelan dan satu-persatu upacara adat diambil-alih kembali otoritas penyelenggaraannya. Dan ritual Garebeg Syawal di tahun 2025 ini, dimungkinkan menjadi ritual Lebaran terakhir.

Karena kesempatan menggelar upacara adat ritual Gunungan Garebeg Syawal masih diberikan kepada kelompok Sasana Putra untuk tahun 2025 ini, maka Pengageng Sasana Wilapa maupun Lembaga Dewan Adat tidak mengeluarkan “dhawuh” pisowanan. KPP Haryo Sinawung Waluyoputro menyampaikan, semua alemen LDA dan Bebadan Kabinet 2004 akan berhalal-bihalal pada 13 April.
Penjelasan KPP Haryo Sinawung dari hasil rapat jajaran Bebadan Kabinet 2004, belum lama ini, sebelumnya sudah disinggung Gusti Moeng dalam acara berbuka puasa bersama dan pembagian bingkisan Lebaran untuk semua elemen senatan-dalem dan abdi-dalem di Pendapa Pagelaran, Kamis (27/3). Semua diminta hadir di Pendapa Pagelaran, dalam acara halal-bihalal, 13 April.
Sementara itu, Pakasa Cabang Kediri (Jatim) yang dipimpin KRA Bimo Dewobroto Hadiningrat SH MKn juga habis menggelar kegiatan memanfaatkan akhir bulan puasa menjelang datangnya Lebaran tahun 2025 ini. Pakasa cabang menggelar pertemuan pengurus dan mengundang sekitar 200 warga sekitar sekretariat Pakasa cabang, untuk membagikan paket bingkisan Lebaran.
“Acaranya kami laksanakan Selasa (25/3) lalu. Didahului dengan kirab dari sekretariat Pakasa cabang menuju Masjid Gedhe Bulupasar yang dipimpin RT Yoga Prasetyo. Kami banyak melibatkan kalangan muda dari siswa SMAN 1 Purwosari dan PSHT Rayon Bulupasar, yang kelak akan bergabung ke Pakasa. Ini merupakan bimbingan edukasi untuk mereka,” ujar KRA Bimo Dewobroto.

Prosesi pembagian bingkisan Lebaran yang dilakukan Pakasa Cabang Kediri, disebut KRA Bimo meneladani upacara adat keagamaan yang dilakukan kraton. Yaitu didahului dengan prosesi mengarak uba-rampe bingkisan Lebaran dari kantor sekretariat Pakasa cabang menuju Masjid Gedhe yang di wilayah sama, Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.
Setelah uba-rampe diserahkan, lalu didoakan takmir masjid setempat, yang dilanjutkan dengan pembagian kepada sekitar 200 warga sekitar yang hadir di Masjid Gedhe. Selain itu juga disebutkan, Pakasa Cabang Kediri masih menunggu reorganisasi dari pengurus Pakasa Punjer, karena periode kepengurusannya selama 5 tahun sudah berakhir tahun 2024.
KRA Bimo Dewobroto tidak menyebutkan hingga kini sudah berapa kecamatan terbentuk kepengurusan tingkat Anak Cabang (Ancab) dan juga jumlah keseluruhan warganya, tetapi di Kabupaten Kediri terdapat 26 kecamatan. Meski di tingkat Punjer eksistensi Pakasa Cabang Kediri tak begitu kelihatan, tetapi belakangan Kediri memunculkan informasi yang cukup heboh.
Kehebohan di Desa Setono, Gedong, Kediri belum lama ini menjadi pusat perhatian publik karena di situ ada kompleks makam yang sedang jadi kontroversi soal tokoh yang bersemayam di situ. Kontroversi anggapan terjadi di berbagai platform media dan medsos, antara yang meyakini sebagai makam Raja Mataram Kartasura Sinuhun Amangkurat Mas dan bukan dia.

“Tapi kami dan beberapa kelompok pemerhati sejarah di Kediri lebih meyakini, bahwa yang dimaksud bukan Sinuhun Amangkurat Mas, Raja Mataram Surakarta. Karena, beliau sudah dimakamkan di Imogiri (DIY). Tetapi Pangeran Mangkurat Mas putra Sultan Trenggana, Raja Demak. Jadi, tokoh di zaman Demak, yang beda jauh zamannya dengan Kraton Mataram Kartasura,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Dr Purwadi juga pernah menjelaskan soal siapa tokoh yang dimakamkan di Setono, Gedong, Kediri itu. Dia hanya berharap, suatu saat Gusti Moeng bisa berziarah ke sana. Peneliti sejarah dari Lokantara ini, Jumat (28/3) berkunjung ke Pakasa Cabang Jepara, salah-satunya ingin membantu persiapan mendukung Pakasa andil di Hari Jadi Jepara. (won-i1)