Elemen Pakasa Cabang yang Patuh, Setya-Tuhu, Tulus dan Ikhlas Melegitimasi
IMNEWS.ID – PERISTIWA soft launch “Ekosistem Digital Kraton Mataram Surakarta” (iMNews.id, 27/9), yang dilanjutkan dengan puncak upacara adat hajad-dalem Gunungan Garebeg Mulud Sekaten 2023 yang baru saja berlalu (iMNews.id, 28/9), menjadi isyarat tentang kesiapan kalangan tokoh muda di kraton. Bahkan, menjadi sinyal langkah konsolidasi semua elemen yang sampai titik hari ini menjadi kekuatan legitimasi terhadap eksistensi kelembagaan kraton dan kepemimpinan sejumlah tokoh penting dalam berbagai kapasitas di internal lembaga, untuk menyatukan langkah bangkit, berkarya dan menyongsong masa depan.
Di bawah kepemimpinan Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat yang menjadi koordinator “Bebadan Kabinet 2004”, di bawah komando KGPH Hangabehi sebagai penggerak kalangan tokoh muda, gerak langkah Gusti Timoer selaku Ketua Putri Narpa Wandawa di garis elemen wanita dan semua pengurus Pakasa Cabang dari berbagai daerah, semua tampak mulai merapatkan barisan untuk menjalani semua tahapan “menuju puncak”. GRAy Devi Lelyana Dewi, adalah adik Gusti Timoer yang menjadi tokoh muda patut diteladani semangatnya mau belajar menyesuaikan dan menjadi kekuatan gerakan “menuju puncak”.
Dalam suasana yang masih berat karena berada di tengah situasi dan kondisi global yang belum lama “dilindas” pandemi Corona dan “sentimen negatif penguasa”, warga Pakasa cabang dari sejumlah daerah yang tersebar di Jateng, Jatim dan DIY, semakin banyak yang menyadari kewajibannya untuk tulus, ikhlas dan bersemangat mengabdikan serta mendedikasikan dirinya untuk budaya Jawa dan Kraton Mataram Surakarta tempat mereka “suwita”. Potensi legitimasi elemen terakhir itulah yang perlu mendapat perhatian serius untuk dirawat, dikonsolidasikan dan dijaga iklimnya agar tetap sejuk dan nyaman dalam “pasuwitan”.
“Di tahun 1986 saya sudah masuk kraton karena diajak orangtua dan eyang. Tetapi, karena ada peristiwa 2004 (friksi ontran-ontran-Red) kami memilih pasif. Baru beberapa tahun lalu, kami kembali dihubungi pihak tertentu dan bisa berkomunikasi serta kembali masuk kraton. Tetapi, suasananya kok kurang sehat, kurang baik. Saya kok melihat yang dirintis LDS (Lembaga Dewan Adat-Red), kok lebih memberi rasa nyaman dan bisa diterima akal sehat untuk diikuti. Tetapi, intinya kami hanya ingin mengabdi di kraton, setya-tuhu nglestantunaken budaya Jawi lan suwita wonten kraton,” ujar KRA Panembahan Gilingwesi Hadinagoro.
Ketua Pakasa Cabang (Kabupaten) Kudus itu dimintai konfirmasi iMNews.id, karena tampak hadir dalam “pisowanan” ritual hajad-dalem Gunungan Garebeg Mulud Sekaten 2023, bahkan disertai sekitar 50 rombongan yang dipimpinnya terdiri dari kalangan pengurus dan warga Pakasa. Yang mengharukan, rombongan Pakasa Cabang Kudus selalu tampak rukun datang bersama-sama rombongan dari Pakasa Cabang Pati yang dipimpin ketuanya, KRAT Mulyadi Puspopustoko. Dua Pakasa cabang ini, bahkan juga sangat kompak untuk saling berkunjung, seperti ketika Pakasa Cabang Jepara menggelar beberapa hajad ritual yang dirangkai dengan kirab budaya.
“Tiga Serangkai” Pakasa Cabang Kudus, Pati dan Pakasa Cabang Jepara pimpinan KRA Bambang S Adiningrat selaku ketuanya, merupakan cabang yang punya ikatan persaudaraan cukup erat, yang selalu ditampakkan ketika bersama-sama “sowan” ke kraton dalam event-event ritual, maupun saat saling berkunjung saat masing-masing menggelar acara adat berbasis budaya Jawa di daerahnya. Pengakuan itu tentu datang dari KRAT Mulyadi yang pernah bersama Pakasa Jepara mendukung sebuah acara di Kudus, begitu pula saat bersama Pakasa Cabang Kudus mendukung kirab budaya yang digelar Pakasa Jepara.
“Hubungan kami dengan cabang Pati dan Kudus semakin erat. Kami berusaha saling berkunjung dan mendukung acara yang berkait dengan Pakasa di masing-masing daerah tersebut. Kalau ada event ritual di kraton, kami bertiga wajib sowan. Tetapi, kemarin (Garebeg Mulud-Red) saya terpaksa absen, karena ada tugas dari perusahaan yang tidak bisa saya tinggal. Saya mengutus teman-teman pengurus untuk sowan. Kebetulan pasukan Semut Ireng yang mengusung Gunungan, butuh tenaga banyak. Pakasa Cabang Jepara selalu siap untuk itu,” ujar KRA Bambang yang menyebut habis memimpin rapat pengurus cabang, rutin tiap Sabtu, yang dihubungi iMNews.id, siang tadi.
Pasukan “Semut Ireng” yang menjadi bagian penting dari setiap upacara adat kategori besar Garebeg Mulud (Maulud Nabi Muhammad SAW), Garebeg Syawal (Idhul Fitri) dan Garebeg Besar (Idhul Adha), tentu menjadi perhatian pihak otoritas Pengageng Sasana Wilapa dan juga kalangan tokoh muda yang sedang melakukan konsolidasi pilar-pilar legitimasi. Dalam kerangka itulah, kehadiran rombongan Pakasa Cabang Trenggalek (Jatim) yang dipimpin ketuanya, KRAT Seviola Ananda Reksobudoyo sangat bermakna. Di antara 9 orang anggota rombongan, langsung bergabung dengan pasukan Semut Ireng ikut mengusung Gunungan.
“Saya ikut pisowanan Garebeg Mulud sejak 2013, tetapi putus sejak 2017 dan baru bisa sowan lagi seteleh Gusti Wandan (GKR Wandansari Koes Moertiyah/Pengageng Sasana Wilapa) menggelar event ritual ini dengan tatanan pauferan adat penuh. Saya dan rombongan Pakasa Trenggalek sangat senang dan bangga, karena bisa mengikuti upacara adat yang langka. Bahkan, di antara rombongan kami ikut merasakan menjadi pasukan Semut Ireng, mengusung Gunungan. Kami salut dan bangga, karena Gusti Wandan bisa menegakkan paugeran adat,” ujar KRAT Seviola yang dihubungi iMNews.id, kemarin.
Kalau Ketua Pakasa Trenggalek bisa ikut sowan bahkan rombongannya bisa bergabung dengan pasukan Semut Ireng, yang dilakukan 30-an orang rombongan Pakasa Cabang Pati yang dipimpin ketuanya, KRAT Mulyadi Puspopustoko agak beda. Karena dalam beberapa event ritual yang digelar kraton, Pakasa Pati mendapat tugas khusus bergabung dengan abdi-dalem ulama “Kanca Kaji” di bawah arahan KRT Ahmad Faruq Reksobudoyo dari Ponorogo. Berbeda lagi dengan rombongan Pakasa Cabang Ponorogo yang dipimpin KRAA MN Gendut Wreksodiningrat, hadir mengikuti pisowanan sambil belajar mencontoh urutan tatacara peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW versi Kraton Mataram Surakarta. (Won Poerwono-bersambung/i1).