Nanti Malam Dimulai, Pentas “Sekaten Art Festival” di Pendapa Sitinggil Lor

  • Post author:
  • Post published:September 22, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Nanti Malam Dimulai, Pentas “Sekaten Art Festival” di Pendapa Sitinggil Lor
MULAI DITABUH : Gamelan Sekaten Kiai Guntur Sari di Bangsal Pradangga Lor kagungan-dalem Masjid Agung mulai ditabuh, Kamis siang (21/9?2023) sebagai pertanda upacara adat Sekaten 2023 resmi dimulai. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Menurunnya Jumlah Pengunjung Sekaten Perlu Perhatian Serius

SURAKARTA, iMNews.id – Upacara adat Sekaten Garebeg Mulud 2023 kali pertama atau perdana setelah peristiwa “perdamaian” dicapai beberapa waktu lalu (iMNews.id, 3/1/2023), sudah diawali dengan peristiwa “ungeling gangsa” Kiai Guntur Madu di Bangsal Pradangga Kidul dalam kemasan upacara kecil yang sedikit “terganggu”, Kamis siang (21/9) kemarin. Sebagai pemeriahnya, Jumat (22/9) malam nanti akan digelar pentas seni “Sekaten Art Festival” di Pendapa Sitinggil Lor, setelah diawali dengan gelar seni karawitan Laras Madya atau Santiswaran abdi-dalem kraton, semalam.

“Ini generasi baru Santiswaran, meskipun masih ada yang senior. Karena, banyak abdi-dalem anggota yang sepuhsepuh sudah mendahului. Yang muda-muda juga belum seberapa, tetapi sudah bagus. Mudah-mudahan akan ada generasi baru yang menyusul memperkuat. Tindhihnya Restu (kandidat doktor RM Restu Budi Setiawan-Red),” ungkap Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat, saat dimintai konfirmasi iMNews.id, semalam. Pentas pembuka “Sekaten Art Festival” semalam, disaksikan kerabat kraton dan para pengunjung stand dagang di Pagelaran Sasana Sumewa.

“AKSI HEROIK” : Foto bersama para kerabat dan Pengageng “Bebadan Kabinet 2004” dilakukan di depan Bangsal Pradangga Kidul, setelah ada “aksi heroik” seorang kerabat yang mempercepat upacara pembukaan Sekaten Garebeg Mulud 2023, Kamis siang (21/9) kemarin. (foto : iMNews.id/dok)

Mulai malam nanti pukul 19.00 WIB, malam pertama “Sekaten Art Festival” di Pendapa Sitinggil Lor akan disajikan beberapa repertoar tari dari Sanggar Pawiyatan Beksa Kratron Mataram Surakarta, Sanggar Pratama Budaya Surakarta dan Sanggar Amarta Surakarta. Dari sanggar pimpinan Gusti Moeng, akan mempersembahkan tari “Gambyong Ayun-ayun” dilanjutkan persembahan dari Sanggar Pratama Budaya, yaitu fragmen tari “Gatutkaca-Pergiwa”, tari “Pangpung”, tari “Wirataya” dan tari “Candik Ayu”. Sedangkan Sanggar Amarta akan mempersembahkan 4 tarian, yaitu tari “Melawan Putus-Asa”, tari “Lenggang Nyai”, tari “Wonderland” dan tari “Golek Sri Rejeki”.

Seterusnya, tiap malam mulai Sabtu (23/9) hingga Rabu (27/9) akan disajikan beberapa repertoar tari dari sejumlah sanggar, rutin tiap malam mulai pukul 19.00 WIB. Sajian pertunjukan seni yang berbasis budaya Jawa dan khas kraton yang tampil bergiliran dengan karya-karya seni berbasis Jawa kreasi baru, dengan sentuhan inovasi dan kontemporer juga disajikan di Pendapa Sitinggil Lor untuk mendukung dan menyemarakkan berlangsungnya upacara adat sekaten Garebeg Mulud 2023. Sajian ini juga untuk menambah semarak, sekaligus mengimbangi aneka hiburan modern di arena pasar malam atau “Maleman Sekaten”.

KONSER “LARAS MADYA” : Kamis malam (21/9), Kraton Mataram Surakarta menggelar konser musik karawitan religi yang biasa disebut “Laras Madya” atau “Santiswaran” di Pendapa Sitinggil Lor, untuk menyemarakkan ritual Sekaten Garebeg Mulud 2023, 8 September-8 Oktober 2023. (foto : iMNews.id/dok)

Seperti diketahui, sebelum 2017 otoritas di Kraton Mataram Surakarta yang dikelola “Bebadan Kabinet 2004” banyak menginovasi  tatalaksana penyajian upacara adat Sekaten Garebeg Mulud bersama rangkaian acara dan kegiatan penyemaraknya. Selain tatacara upacara adatnya dijalankan sesuai paugeran adatnya, di luar itu juga dilengkapi beberapa kegiatan untuk menambah daya tarik sekaligus mengimbangi antara suguhan spiritual religi di Masjid Agung, dengan sajian seni berupa pertunjukan seni tari dan pedalangan di Pendapa Sitinggil Lor dan Sitinggil Kidul, sekaligus mengimbangi sajian hiburan seni modern di Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul.

Namun, dengan adanya insiden “mirip operasi militer” April 2017, tatalaksana itu tak diketahui bentuk dan pelaksanaannya karena “Bebadan Kabinet 2004” yang dipimpin Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat bersama hampir seluruh jajarannya yang mengikutinya, “diusir” ke luar kraton. Dengan kembalinya Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat bersama seluruh jajaran “Bebadan Kabinet 2004” bekerja di dalam kraton sejak 17 Desember 2022 atau sejak peristiwa “perdamaian” 3 Januari 2023, tatalaksana sajian Sekaten perdana yang diselenggarakan juga dirintis kembali format keseimbangan itu.

PENTAS MULUDAN : Sajian berbagai repertoar seni tari disajikan untuk menyemarakkan Sekaten Garebeg Mulud di Pendapa Sitinggil Lor sebelum 2017. “Pentas Muludan” itu banyak menyedot perhatian pengunjung karena disajikan siang hari. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tetapi sayang, pada pembukaan dimulainya ritual Sekaten Garebeg Mulud 2023 yang ditandai dengan upacara “ungeling gangsa” Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari, Kamis siang (21/9), tidak berjalan harmonis seperti yang diharapkan dengan semangat “perdamaian” 3 Januari 2023. Tatacara dimulainya gamelan ditabuh yang didahului dengan ucapan pemberian “ujub dahawuh” “terpaksa” dilakukan KPP Haryo Sinawung untuk mempercepat proses upacara pembukaan, karena ada insiden yang datang dari rombongan Sinuhun PB XIII yang ingin “mengambil-alih” upacara tersebut.

“Jadi, dari pada para pengunjung menunggu proses pembukaan yang berlarut-larut karena situasinya menjadi heboh, saya langsung berinisiatif mengumumkan dhawuh kepada Kanjeng Lintang (KPH Raditya Lintang Sasangka) selaku ‘tindhih’ abdi-dalem karawitan untuk memulai menabuh gamelan. Saya langsung mengambil posisi, dengan nada suara agak tinggi menyampaikan ujub dhawuh itu. Karena saya tidak menggunakan mikropun. Terlalu lama kalau saya harus mencari mikropunnya. Dan seketika itu, ada jawaban dari Kanjeng Lintang. Dan gamelan Sekaten mulai ditabuh. Selesai. Saya lega,” ujar KPP Haryo Sinawung saat dimintai konfirmasi iMNews.id, semalam.

“DHAWUH TANDINGAN ” : Selain “dhawuh pisowanan” yang secara resmi disebar Pengageng Sasana Wilapa selaku koordinator “Bebadan Kabinet 2004” untuk setiap rangkaian tugas pada ritual Sekaten Garebeg Mulud 2023 ini, beredar pula “dhawuh tandingan” yang dikeluarkan pihak yang mengklaim sebagai lembaga seperti tertulis pada surat edaran ini. (foto : iMNews.id/dok)

Kamis (21/9) kemarin, sejak pukul 10.00 WIB kegiatan mengusung berbagai jenis instrumen gamelan Kiai Guntur Sari dan Kiai Guntur Madu terus berdatangan baik di Bangsal Pradangga Kidul maupun Bangsal Pradangga Lor halaman kagungan-dalem Masjid Agung Kraton Mataram Surakarta. Pukul 13.00 WIB, diagendakan ada upacara pembukaan untuk memberi aba-aba agar koordinator atau “tindhih” abdi-dalem karawitan memulai memimpin menabuh gamelan Sekaten kali pertama, baik menyajikan gending “Rambu” untuk Kiai Guntur Madu di Bangsal Pradangga Kidul maupun gending “Rangkung” untuk Kiai Guntur Sari di Bangsal Pradangga Lor.

Namun, rancangan tatacara dan acara upacara pembukaan yang sudah disepakati bersama akan dilakukan Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa, ternyata berubah seketika karena digantikan pihak yang mengklaim sebagai “Pengageng Parentah Kraton”, “organ lama” yang sudah dibubarkan tetapi masih terus “bergerilya”. “Jadinya ya seperti itu kalau tidak mau menghormati dan mentaati putusan MA, sebagai keputusan hukum positif yang berlaku. Maka, perlu ada tindakan eksekusi keputusan MA oleh pihak berwajib/berkepentingan,” tandas KPH Edy Wirabhumi selaku pimpinan Lembaga Hukum Kraton Surakarta (LHKS) saat dimintai konfirmasi iMNews.id secara terpisah, pagi tadi. (won-i1)