Bupati dan Para Pejabat Turun Panggung Salami Putra Mahkota KGPH Hangabehi
BLORA, iMNews.id – Atas permintaan Pengurus Dewan Cabang PSHT Kabupaten Blora, pasukan Bregada Prajurit Tamtama beserta korp musiknya hadir sebagai bagian dari kontingen Dewan cabang PSHT Blora, untuk ikut memeriahkan karnaval budaya dalam rangka perayaan HUT ke-78 RI yang digelar Pemkab setempat di kawasan Taman Djatikoesoemo dan Taman Tuk Buntu, Kecamatan Cepu, Rabu (23/8/2023) siang kemarin. Karena proses keikutsertaan seperti itulah, Bupati Blora H Arief Rohman SIP MSi beserta para pejabat Forkopimda terkesan “terkejut” ketika disebutkan ada “kontingen” Kraton Surakarta dan juga dikawal putra mahkota KGPH Hangabehi.
Dua orang MC atau pengatur acara yang berada di bawah panggung pinggir jalan di kawasan taman itu, belum selesai menyebutkan kehadiran para prajurit dari Kraton Mataram Surakarta yang disertai putra mahkota KGPH Hangabehi, siang kemarin. Tetapi, begitu mendengar ada kontingen yang “terselip” dari daftar urutan para peserta karnaval, Bupati H Arief Rohman SIP MSi tampak sudah bergegas turun dari panggung, bahkan mengajak istri dan para pejabat lain yang hadir. Di tampak meminta MC agar memohon barisan “kontingen” Kraton Mataram Surakarta itu untuk berhenti sejenak di depan panggung.
Karena benar-benar sudah berhenti di depan panggung, Bupati Blora bersama istri serta para pejabat lain yang berhamburan turun panggung, lalu menyalami putra mahkota KGPH Hangabehi yang siang itu memeng mengenakan busana adat kraton yang membuatnya tampak berbeda dengan prajurit serta para peserta lain. Habis bersalam-salaman di tengah para prajurit yang terus menjalankan tugas mengumandangkan musik khas prajurit Kraton Mataram Surakarta itu, Bupati Blora dan istri bersama para pejabat lain mengajak KGPH Hangabehi berfoto bersama di sela-sela barisan prajurit.
Tidak lebih dari lima menit, atraksa bersalaman dan foto bersama di depan panggung kehormatan itu berlangsung, meskipun ada atraksasi memberi salam hormat khas gaya pesilat PSHT yang dilakukan KRT Sinto dan Maryadi, SE di depan barisan prajurit, yang rampung bersamaan dengan selesainya sesi foto bersama dengan kontingen. KRT Sinto adalah seorang pengurus PSHT Pusat di Madiun, tetapi sudah lama menjadi abdi-dalem di Kraton Surakarta, sementara Maryadi SE adalah Ketua Dewan Cabang PSHT Kabupaten Blora.
Pemandangan yang sangat terkesan spontanitas itu muncul saat nama prajurit Kraton Mataram Surakarta dan putra mahkota KGPH Hangabehi disebut petugas MC akan melintas di depan panggung. Dan “penghormatan” secara spontan itu terjadi, karena sebelumnya tidak mendengar atau tidak disebut dalam daftar peserta karnaval. Peristiwa itu tidak dianggap berlebihan dari “kesepakatan” yang dicapai antara peserta dengan panitia, bahwa setiap peserta hanya diberi waktu 3 menit untuk beratraksi di depan panggung. Seperti biasanya, prajurit kraton hanya melakukan penghormatan sambil jalan di depan panggung.
Tetapi, yang terjadi bukanlah yang direncanakan, karena belum sempat melakukan penghormatan, para pejabat VIP di panggung justru berhamburan turun untuk memberi ucapan selamat dan terimakasih kepada KGPH Hangabehi yang hadir membawa pasukan Prajurit Kraton Mataram Surakarta. Sementara, ada beberapa peserta yang merupakan grup kegiatan usaha jasa yang melakukan atraksi sampai lebih dari 7 menit, hingga diperingatkan dan dihalau panitia untuk terus berjalan. Atraksi melebihi jatah durasi waktu itu diperingatkan petugas MC, yang menyebut “kasihan peserta di belakang”, bila harus menunggu terlalu lama.
Pernyataan untuk mengingatkan dari dua MC itu, memang benar-benar sudah ada yang menjadi “korban”, mengingat peserta kirab kali pertama sejak ada pandemi Corona itu, diikuti hampir 300 peserta yang jumlah kontingennya mencapai 100 orang bahkan lebih, menggunakan berbagai alat peraga di antaranya truk “3/4” dan kereta hias yang panjangnya lebih 10 meter dan harus didorong untuk berjalan. Kraton Mataram Surakarta, sebenarnya didaftarkan pada panitia sebagai kontingen PSHT Dewan Cabang Blora dengan nomer urut 236, tetapi prajurit bersama KGPH Hangabehi bisa diselipkan di urutan peserta nomer 8.
“Ya, akhirnya terpaksa tampil terpisah dari kontingen PSHT. Padahal, jumlahnya kontingen 200-an orang. Karena, datang dari berbagai daerah luar Cepu, bahkan luar Blora. Semua prajurit dan Gusti Behi sudah siap jam 09.00 WIB, lalu tiba di tempat pemberangkatan (start) jam 09.30-an. La kok jam 12.00 WIB belum ada tanda-tanda pemberangakatan. Kasihan, karena hari semakin siang dan makin panas. Tetapi, kami sangat bisa memahami, ini saatnya eforia untuk tampil. Karena sudah lama tidak tampil akibat Covid 19. Saya sangat mengagumi semangat warga Cepu atau Blora ini,” ujar KRT Arwanto Darpodipuro saat ngobrol dengan iMNews.id di kawasan garis start karnaval.
Apa yang disebut koordinator lapangan (korlap) pasukan Bregada Prajurit Tamtama dan Korsik Kraton Mataram Surakarta itu memang benar adanya sebagai fakta di lapangan. Karena, iMNews.id yang memantau suasana menjelang karnaval berlangsung di kawasan garis start sampai di depan panggung hingga rute jalan ke ara finish di Stadion Ronggolawe, mendapati gambaran situasi seperti itu. Para pesertanya rata-rata didominasi generasi muda yang menampilkan berbagai potensi kesenian, budaya, industri kreatif dan usaha jasa di lingkungan UMKM serta industri kreatif.
Ada kereta berhias ukiran yang begitu panjang yang bisa digoyang-goyang mirip perahu yang terdorong ombak, peragaan model yang menampilkan karya kreatif di bidang busana, potensi olah-raga dan sebagainya. Yang menarik juga, tampil sejumlah kontingen dari desa atau komunitas berbeda yang menggunakan truk “3/4” yang menarik genset. Di atas truk ada pemusik dan penyanyinya, yang menyajikan lagu-lagu campursari “koplo” masa kini, bahkan bisa “by reques” dan tiap truk menyajikan lagu berbeda-beda judulnya. Meriah dan bersemangat, karena tiap truk ada label usaha jasa “sound system” yang terkesan “perang sound”, hingga membuat dada ikut bergetar keras atau “nratab”. (won-i1)