Punjer Menggelar Donga Wilujengan Sederhana dan “Super Kilat” di Bangsal Smarakata

  • Post author:
  • Post published:November 29, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:9 mins read
You are currently viewing Punjer Menggelar Donga Wilujengan Sederhana dan “Super Kilat” di Bangsal Smarakata
DONGA WILUJENGAN : Abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro saat memimpin donga wilujengan peringatan HUT ke-93 Pakasa di Bangsal Smarakata, Jumat siang (29/11) tadi. (foto : iMNews.id/Dok)

Menandai Peringatan HUT ke-93 Pakasa, Pangarsa Punjer Diwakili Gusti Moeng

SURAKARTA, iMNews.id – Pengurus Pakasa Punjer menggelar acara peringatan HUT ke-93 Pakasa dengan sangat sederhana dan “super kilat” di Bangsal Smarakata, tepat pada 29 November 2024, Jumat siang tadi. KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Punjer tidak kelihatan dan diwakili Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA, diikuti sekitar 20 orang.

Acara peringatan yang hanya donga wilujengan mengepung “tumpeng” yang dipimpin abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro, diikuti sekitar 20 orang yang terdiri dari kalangan kerabat sentana termasuk sentana-dalem jajaran Bebadan Kabinet 2004 dan abdi-dalem. Tidak terlihat perwakilan secara resmi dari berbagai elemen maupun unsur keluarga inti.

Selain sangat sederhana, yang lebih menarik lagi jalannya ritual peringatan HUT yang berupa donga wilujengan itu berlangsung sangat singkat, tidak sampai 30 menit selesai sejak dimulai pukul 12.30 WIB. Karena, abdi-dalem juru-suranata yang mengisyaratkan bahwa dirinya terpaksa meninggalkan rapat PPK dan harus segera kembali ke tempat rapat.

Sangat mungkin, permintaan untuk memimpin doa selamatan peringatan HUT ke-93 Pakasa datang sangat mendadak, sehingga RT Irawan Wijaya Pujodipuro menyempatkan datang ke kraton dan meninggalkan rapat Panitia Pemilihan Kecamatan (Pasarkliwon) Pilkada yang sedang diikutinya. Karena harus meneruskan rapat, maka tugas memimpin doapun dilaksanakan dengan singkat.

POTONG TUMPENG : Gusti Moeng memotong tumpeng menandai peringatan HUT ke-93 Pakasa yang digelar secara sederhana di Bangsal Smarakata, Jumat, tepat 29 November siang tadi. Tumpeng, kenduri wilujengan apalagi aga angka penunjuk usia yang diperingati, tepat sekali bagi Pakasa sebagai organisasi pelestari Budaya Jawa. (foto : iMNews.id/Dok)

“Saya harus kembali ke tempat rapat PPK melanjutkan proses penghitungan suara di tingkat kecamatan. Ini tadi rapatnya diskors, karena saya harus bertugas ke sini (kraton-Red). Ya intinya semua bisa berjalan, walau kurang maksimal. Karena, dhawuh untuk ndongani ini ya mendadak. Padahal, saya sudah terlanjur bersedia menjalankan tugas sebagai PPK,” ujarnya.

RT Irawan Wijaya Pujodipuro yang sempat ditemui iMNews.id pukul 12.40 WIB, sedang bergegas menyetarter motornya untuk meninggalkan kraton. Sambil menjawab pertanyaan iMNews.id, ia tampak terburu-buru pergi untuk kembali ke tempat tugasnya mengikuti rapat PPK di Kecamatan Pasarkliwon. Sementara, yang berada di Bangsal Smarakata tinggal menunggu bubaran.

Penulis yang tiba di Bangsal Smarakata, juga mendapati uba-rampe wilujengan yang biasanya tepat di tengah semua yang hadir mengikuti kenduri, sudah diturunkan dari meja. Melihat iMNews.id datang lewat pukul 12.30 WIB, sambil tersenyum Gusti Moeng menggoda, “waduh….sudah bablas…” yang maksudnya sudah berakhir, karena yang memimpin doa sudah pergi.

Gusti Moeng yang dimintai pesan, kesan dan harapan mewakili Pengarsa Pakasa Punjer (KPH Edy Wirabhumi) menyatakan, sebelum potong tumpeng tanda peringatan HUT ke-93 Pakasa diungkapkan dalam sambutannya. Intinya, bahwa Pakasa harus tetap eksis, lestari dan berkembang. Karena fakta senyatanya, kraton kini bergantung mengandalkan peran Pakasa.

SESEPUH SENTANA : Potongan nasi tumpeng peringatan HUT ke-93 Pakasa, diberikan Gusti Moeng kepada sesepuh sentana-dalem yaitu KPP Warsodiningrat, usai donga wilujengan selesai dilakukan abd-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro di Bangsal Smarakata, Jumat, tepat 29 November siang tadi. (foto : iMNews.id/Dok)

“Kami mengakui, bahwa Pakasa kini dan ke depan akan menjadi andalan, tempat bergantung untuk pelestarian Budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta. Maka harapan kami, Pakasa terus ngrembaka dan lestari. Kraton tanpa Pakasa tak akan bisa eksis. Contohnya sangat jelas, seperti sekarang ini. Pakasa adalah tangan panjang kraton”.

“Siapa lagi yang bisa diandalkan untuk pelestarian Budaya Jawa dan menjaga kelangsungan kraton, kalau bukan Pakasa?. pakasa, adalah rakyat NKRI yang benar-benar setia pada Budaya Jawa dan setia pada upaya-upaya pelestariannya. Merekalah yang sepenuh hati setia kepada pelestarian Budaya Jawa dan kraton,” tandas Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id.

Perihal donga wilujengan yang sangat sederhana di hari peringatan HUT ke-93 Pakasa, 29 November ini, Gusti Moeng menambahkan bahwa keterlibatan Pakasa dialihkan ke tanggal 14-15 Desember sebagai puncak peringatan, sekaligus  menyemarakkan event Festival Budaya Kraton Nusantara MAKN. Kirabnya maju di hari Sabtu (14/12), karena berberapa pertimbangan.

Kirab budaya tidak jadi digelar di hari Minggu (15/12), karena hari itu digunakan untuk bersiap-siap kembali ke daerah masing-masing. Karena, khusus para anggota MAKN yang mengirim kontingen peserta dalam kirab, banyak yang datang dari luar Jawa dan akan memanfaatkan hari Minggu itu untuk kembali ke daerah-masing-masing.

SEDERHANA DAN KILAT : Sederhana, terbatas dan berlangusng sangat kilat, itu kesan yang paling menonjol bisa dibaca saat berlangsungnya donga wilujengan peringatan HUT ke-93 Pakasa yang digelar Bebadan Kabinet 2004 di Bangsal Smarakata, Jumat, tepat 29 November siang tadi. (foto : iMNews.id/Dok)

Gusti Moeg juga menyebutkan, berdasar laporan yang masuk ke panitia, sudah ada 15 kraton/kesultanan/kedatuan/pelingsir adat anggota MAKN yang mendaftarkan diri akan mengirim kontingennya. Selain pentas dan pembukaan akan diikuti pada Jumat (13/12), mereka akan mengikuti kirab budaya yang digelar Sabtu (14/12) yang didukung pula kontingen dari Pakasa cabang.

“Itu saja, karena yang festival budaya kraton yang semula digelar di Ende (bukan Ternate-Red), dialihkan ke Surakarta karena tuan rumah menjadi kontestan Pilkada. Sedangkan Festival Kraton Nusantara (FKN), malah sudah 4 tahun ditiadakan sejak 2020 sampai tahun 2024 ini,” ujar Gusti Moeng selaku Sekjen FKIKN yang punya even FKN itu. (won-i1)