Punya Beberapa Kelompok Seni, tetapi tak Punya Tempat Berlatih
SURAKARTA, iMNews.id – Forum pertemuan rutin “Selapanan Forum RW” di lingkungan Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasakliwon yang baru kali pertama digelar di dalam Kraton Mataram Surakarta, menggunakan tempat di Bangsal Smarakata, Selasa malam (14/3) tadi, menjadi ajang dialog menarik antara sejumlah organisasi di tingkat kelurahan, perwakilan RW, pamong kelurahan dan otoritas di kraton. Dari bincang-bincang, tanya-jawab dan penjelasan semua pihak khususnya nara sumber dari kraton, terungkap banyaknya permasalahan yang sudah lama muncul, tetapi tidak pernah ada solusi.
Beberapa masalah yang diungkapkan warga perwakilan RW 1 hingga RW 12, antara lain adalah proporsionalitas Baluwarti sebagai Desa Wisata dan persoalan kapasitas warga sebagai SDM yang tinggal di lingkungan pusatnya budaya Jawa. Juga soal program bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang berkait dengan status rumah yang dihuni, minimnya penguasaan pengetahuan tentang sejarah kraton dan budaya Jawa, tata nilai adat, hukum positif yang menyangkut cagar budaya dan sebagainya.
Selain itu, dari forum itu juga diungkapkan perwakilan RW, bahwa Kelurahan Baluwarti yang menjadi pusatnya budaya Jawa justru tidak memiliki tempat bagi warganya untuk melakukan kegiatan pelestarian seni budaya, bahkan menjadi satu di anatara beberapa kelurahan yang tidak mendapat bantuan gamelan dari Pemkot Surakarta. Padahal, masyarakat kelurahan ini punya grup ketoprak, sanggar tari, grup karawitan dan sebagainya, tetapi prestasi dan aktivitas latihannya kalah dengan kelurahan lain.
“Mestinya ada beberapa kompleks ndalem yang sudah dipugar pemerintah itu, bisa untuk ajang latihan. Tetapi, coba setelah ini kami lihat dulu. Karena, Pendapa Sasana Mulya sebenarnya luas, tetapi konstruksi bangunan atap pas di tengah, bahaya sekali. Sewaktu-waktu bisa ambrol. Pendapa Pagelaran dan Sitinggil Lor juga bisa digunakan lo. Tetapi saya berharap, yang menyangkut status tinggal dan pindah tangan penggunaan tempat di Baluwarti ini perlu ditertibkan. Tetapi keputusannya tidak bisa sekarang. Perlu diteliti dan dipertimbangkan lagi. Nanti kita ketemu untuk penjelasan selanjutnya,” tandas Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa dan ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) menjawab dan menanggapi usul, saran dan ungkapan beberapa perwakilan RW, malam tadi.
Sebelum masuk ke dialog dan tanya-jawab, terlebih dulu representatif otoritas Kraton Mataram Surakarta yang punya nama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu menjelaskan soal eksistensi dan sejarah Kraton Mataram Surakarta, karena diminta Suparno sebagai MC dan penghubung masyarakat Baluwarti dengan otoritas kraton. Sebelumnya, Lurah Baluwarti Danang Agung Wasiyanto juga mendapat kesempatan memberi sambutan, yang dilanjutkan perwakilan dari Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Pemkot Surakarta.
Sebagai warga Baluwarti yang juga bagian dari otoritas di kraton, KPH Raditya Lintang Sasangka berharap warga Baluwarti dan kraton tidak memberi ruang tampilnya kegiatan tari/joget di halaman kamandungan, apalagi di saat ada defile prajurit kraton. Karena, atraksi semacam itu bukan pada tempatnya. Sementara, selaku Pimpinan Lembaga Hukum Kraton Surakarta (LHKS), KPH Edy Wirabhumi berharap akan ada dialog dan komunikasi yang baik antara warga, pamong kelurahan dengan kraton, untuk mencari solusi yang halus, baik dan tepat atas berbagai permasalahan yang muncul di Baluwarti. (won-i1)