Kirab Budaya “Hari Jadi 91 Tahun Pakasa”, Pesona Para Pelestari dan Pecinta Budaya (seri 5- bersambung)

  • Post author:
  • Post published:December 30, 2022
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Kirab Budaya “Hari Jadi 91 Tahun Pakasa”, Pesona Para Pelestari dan Pecinta Budaya (seri 5- bersambung)
SHOWCASE CITY : Barisan kontingen Pakasa Cabang Jepara dengan Bregada Prajurit “Sura Praja” saat melewati sepasang gapura pintu masuk kawasan Kraton Mataram Surakarta di Gladag, menjadi salah satu penghias Kota Surakarta sebagai “showcase city” pada kirab budaya event “Hari Jadi 91 Tahun Pakasa”, belum lama ini. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kota Surakarta Bisa Jadi “Showcase City” Kebhinekaan Secara “One Stop Show”

IMNEWS.ID – MENYAKSIKAN atraksi seni budaya event peringatan “Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” baik yang tersaji dalam Pekan Seni Budaya dan Ekraf selama seminggu lebih maupun kirab budaya yang berlangsung Sabtu, 24 Desember (iMNews.id, 24/12), menjadi catatan penting bahwa event ini telah memperkaya objek kunjungan destinasi wisata di Kota Surakarta. Ini jelas fakta yang tidak terbantahkan, karena sudah berlangsung dua kali, yaitu di tahun 2021 dan 2022 ini. Meskipun masih dipandang sebelah mata oleh banyak kalangan dan banyak pihak terutama otoritas pemerintah, yang mempunyai tangan panjang lembaga yang bersentuhan dengan sektor pariwisata.

Fakta-fakta ini jelas semakin memperkuat supremasi Kota Surakarta sebagai Kota Budaya, Kota Pujangga dan kota destinasi wisata, yang salah satu indikatornya adalah jumlah dan ragam objek wisata yang cukup banyak, jumlah aktivitas seni budaya yang tinggi frekuensinya, jumlah kegiatan konvensi/forum pertemuan yang cukup tinggi sehingga jumlah hotel berbintang dan penginapan yang tersedia lebih dari 100 unit untuk ukuran sebuah kota yang selama ini dipersepsikan sebagai kota kecil. Ke depan, penyelenggaraan event peringatan “Hari Jadi Pakasa” dengan segala agendanya, bisa dikembangkan dan dikemas menjadi destinasi wisata “One Stop Show” untuk menyaksikan kelengkapan ragam subkultur dari babon Budaya Jawa, serta bisa mencari detil ragamnya ke daerah asalnya.

PARA PEMIMPIN ” Para ketua Pakasa cabang yang berkumpul sehabis rapat membahas event “Hari Jadi 91 Tahun Pakasa”, beberapa waktu lalu, adalah para pemimpin keragaman pengisi “showcase city” di Kota Surakarata yang berasal dari berbagai kabupaten di Jateng dan Jatim. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Menyaksikan event peringatan “Hari Jadi Pakasa” dengan segala agenda kegiatan pendukungnya dari basis budaya Jawa, kelak bisa menjadikan Kota Surakarta sebagai “Showcase City” atau kota tempat menggelar miniatur atau etalase tempat promo tentang keragaman atau kebhinekaan subkultur. Bahkan sudah dicoba menampilkan kebhinekaan Nusantara, seperti dicontohkan Majlis Adat Kraton Nusantara (MAKN) dengan menghadirkan tari “Piring” persembahan Paguyuban Masyarakat Minang (Sumbar) di Surakarta, di hari terakhir (Minggu, 25/12) ajang “Pekan Seni Budaya dan Ekraf” itu.

Model destinasi wisata seperti ini mirip yang disajikan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang dalam satu atau dua dekade ini pamornya surut, tetapi “Showcase City” yang lambat-laun bisa diperankan Kota Surakarta, karena bermodalkan budaya Jawa sebagai tema besar atau sumber/babon pengikat dan pemersatu berbagai ragam seni budaya dari berbagai daerah cabang Pakasa itu. “Etalase hidup” beragam seni budaya tradisi yang khas daerah tetapi bersumber dari budaya Jawa yang selama ini dirawat Kraton Mataram Surakarta ini, tentu saja tidak bisa dibatasi wilayah geografis kabupaten atau provinsi, karena budaya Jawa telah berkembang selama ratusan tahun di wilayah yang luas, lintas kabupaten/kota dan provinsi.

JARAN PEGON : Kesenian rakyat/tradisional “Jaran Pegon” yang ditampilkan Pakasa Cabang Trenggalek pada event “Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” di “showcase city” Kota Surakarta hanyalah contoh sekilas saja. Untuk melihat detil dan kelengkapannya, para wisatawan bisa datang langsung ke Kabupaten Trenggalek. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“One Stop Show” dan “Showcase City” ini tentu tidak akan menyaingi keberadaan TMII di Jakarta (DKI), karena yang disajikan event “Pekan Seni Budaya dan Ekraf” peringatan “Hari Jadi Pakasa” di Kota Surakarta hanya menyajikan atraksi pertunjukan beragam seninya saja, bukan disertai bangunan fisik miniatur kekhasan berbagai bangunan adat. Model kemasan objek dan destinasi wisata itu juga tidak akan merebut atau mengganggu aktivitas daerah asal kesenian tradisi itu, karena yang disajikan di “Showcase City” secara “One Stop Show” hanya “display” contoh-contoh inti dalam durasi sekilas pada saat berlangsung “Pekan Seni Budaya dan Ekraf” peringatan “Hari Jadi Pakasa” yang terjadi hanya sekali dalam setahun saja.

Untuk menyaksikan seni pertunjukan tari “Jaran Pegon” secara detil dan lengkap dengan daya dukung geo-subkulturalnya, harus datang ke Kabupaten Trenggalek (Jatim), tempat Pakasa cabang yang dipimpin KRAT Seviola bermarkas. Begitu pula ketika wisatawan ingin menyaksikan “Wayang Timplong” secara detil, juga harus datang ke Kabupaten Nganjuk (Jatim), tempat Pakasa cabang yang dipimpin KRAT Sukoco bermarkas.

REOG DAN SEBAGAINYA : Untuk menyaksikan kesenian rakyat reog dengan berbagai kesenian pendukungnya secara detil dan lengkap, memang harus datang ke Kabupaten Ponorogo, misalnya di saat Grebeg Suro Hari Jadi Kabupaten. Kalau hanya sekadar contohnya, bisa dilihat di “showcase city” Kota Surakarta saat event “Hari Jadi 91 Tahun Pakasa”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Kabupaten Nganjuk tidak kalah dari daerah-daerah lain. Pakasa Cabang Nganjuk punya kesenian andalan Wayang Timplong, yang sangat khas dan berbeda dari jenis wayang dari daerah lain, meski ada kemiripannya. Kami akan terus aktif mengembangkan diri (Pakasa) di Kabupaten Nganjuk. Kami akan terus mempersiapkan diri untuk memperbaiki/menambah penampilan pada kesempatan mendatang. Kota Surakarta sudah tepat menjadi ajang event itu. Karena faktanya induk organisasi Pakasa Punjer ada di Kraton Mataram Surakarta yang notabene ada di Kota Surakarta,” tandas KRAT Sukoco yang dihubungi iMNews.id kemarin.

Daerah-daerah lain yang pernah menjadi wilayah penyebaran dan legitimasi budaya Jawa posisinya juga sama, tak akan dirugikan dengan keberadaan Kota Surakarta yang lambat-laun bisa menjadi  “Showcase City” yang bisa menyajikan berbagai kesenian khas daerah secara “One Stop Show” dalam beberapa waktu yang pendek. Karena, untuk melihat detil khasanah seni reog secara lengkap, harus datang ke Kabupaten Ponorogo, misalnya saat Pemkab bersama Pakasa Cabang “Gebang Tinatar” yang dipimpin KRRA Gendut Wreksodiningrat itu menggelar event “Grebeg Suro Hari Jadi Ponorogo” dengan beberapa kali kirab budaya dan berlangsung lebih seminggu itu. (Won Poerwono-bersambung/i1)