Kamis Malam Ini Pentas “Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” Libur

  • Post author:
  • Post published:December 22, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Kamis Malam Ini Pentas “Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” Libur
TARI "SEKAR PURI" : Sajian tari "Sekar Puri" dari Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta, disuguhkan pada kesempatan pertama pentas di malam kelima event "Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa" di Pendapa Pagelarean Sasana Sumewa, semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kraton Punya Aturan Adat Libur Sehari dari Segala Kegiatan Berkesenian

SURAKARTA, iMNews.id – Kamis (22/12) hari ini sampai malam nanti, Kraton Mataram Surakarta punya aturan adat meniadakan atau libur total dari segala bentuk kegiatan berkesenian, baik yang bersifat auditif maupun visual, untuk bersiap memasuki hari beribadah yaitu Jumat, sebagai simbol dan konsekuensi logis Kraton Mataram Islam. Oleh sebab itu, hari ini hingga malam nanti jadwal agenda event
“Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” kosong alias tidak ada kegiatan berkesenian di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, kecuali basar dan pameran UMKM yang tetap tersaji tetapi menyesuaikan adat itu.

“Mbenjing Kamis (22/12), sedinten-sedalu kraton mboten wonten kegiatan (berkesenian). Kalebet dalunipun, ugi mboten wonten jadwal pentas alias libur. Jumat-ipun, pentas dalam rangka ‘Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” dipun lajengaken malih kados ingkang sampun kaserat wonten jadawal, sonten lan dalu, ngantos sakpari-pirnanipun kegiatan dalam rangka ulang tahun Pakasa menika,” jelas KP Puspitodiningrat yang malam itu bertugas sebagai juru pambiwara bersama lima petugas lainnya, untuk memandu jalannya pentas malam kelima “Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa”, Rabu malam (21/12).

GATUTKACA GANDRUNG : Tokoh Raden Gatutkaca yang sedang kasmaran pada seni pertunjukan wayang orang, bisa diambil atau “dipethil” menjadi sajian tersendiri dengan judul tari “Gatutkaca Gandrung”, seperti yang disajikan Sanggar BSAJ, Karanganyar, semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Rabu semalam, setelah diawali menyanyikan bersama lagu “Indonesia Raya”, tepat pukul 19.45 WIB, langsung dilanjutkan dengan penampilan kesenian tari pertama, yaitu tari “Sekar Puri” dari Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta yang berdurasi sekitar 10 menit. Tarian jenis itu memang sangat cocok diperagakan usia anak-anak seperti yang tersaji malam itu, karena sifat repertoar tarian itu adalah masuk kategori tari “dolanan anak”.

Kesempatan kedua, tari “Lutung” persembahan dari Sanggar Tari Gendewa Pinenthang (Solo) disajikan dengan durasi 10-an menit, yang memberi visual menyerupai dua ekor kera seperti tokoh Anoman dan Anggada dari Kerajaan Ayodya pada lakon seni pedalangan Ramayana. Karena dibawakan anak-anak berusia 10-an tahun, maka gerak-gerak lucu tari “Lutung” banyak diperlihatkan dan justru menjadi hiburan segar para pecinta seni yang menyaksikan semalam.

“RAMPAK CAKIL” : Tari “Rampak Cakil” atau tokoh Buta (raksasa) Cakil kembar, juga bisa menjadi sajian tari menarik ketika disuguhkan di malam kelima event “Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” di Pendapa Pagelarean Sasana Sumewa, semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sajian berikutnya adalah tari “Golek Srirejeki” berdurasi lebih dari 10 menit persembahan Sanggar Bengkel Seni dari Jumantono, Karanganyar. Sama dengan yang lain, para penarinya juga usia anak-anak, karena jenis tariannya adalah kategori tari “dolanan” anak-anak. Event “Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” memang menjadi momentum bagi Kraton mataram Surakarta untuk membuka diri terhadap perkembangan dunia, terutama dalam menghadapi perubahan di bidang industri seni budaya, untuk menjadi pertimbangan bijak dalam menyesuaikannya.

Sanggar Bengkel Seni dari Jumantono, Karanganyar masih melanjutkan sajiannya dengan persembahan tari “Bandayuda” berdurasi belasan menit, yang dilakukan empat anak berusia 10-an tahun, karena jenis tarian ini masuk kategori bisa diperagakan segala usia. Lain halnya dengan tari “Rampak Cakil” persembahan Pakasa Cabang Sragen yang disajikan dua orang remaja yang benar-benar terlatih dan sudah punya pengalaman, meskipun jenis tari “pethilan” atau diambil secara khusus dari rangkaian sajian seni pertunjukan wayang wong atau wayang kulit purwa ini, bisa diperagakan segala usia.

TARI “LUTUNG” : Tokoh berwujud kera bernama Raden Anoman dan Raden Anggada dalam seni pertunjukan wayang orang, juga bisa ditampilkan dengan judul tari “Lutung” (kera-Red) sangat menarik di malam kelima event “Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa”, semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sajian tari “Gatutkaca Gandrung” persembahan Pakasa Cabang Sragen berikutnya, berdurasi 15 menit dan menjadi penutup rangkaian sajian pentas malam kelima, Rabu semalam. Sesuai dengan judulnya yang kurang lebih bermakna gamabaran seorang lelaki yang sedang jatuh cinta atau “kasmaran” terhadap seorang wanita pujaannya, jelas butuh cukup penghayatan oleh seorang penari berusia dewasa. Tarian ini juga termasuk “pethilan” atau bagian kecil yang diambil dari seni pertunjukan wayang orang atau wayang wong, atau seni pakeliran wayang kulit purwa, tetapi hanya diambil kisah tokoh Raden Gatutkaca-nya saja.

Dari semua sajian Rabu malam itu, memang masih erat kaitannya dengan khasanah seni tradisional produk budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta, meskipun sudah mengalami inovasi dan sentuhan kreativitas di beberapa bagiannya, misalnya durasi waktu atau mempersingkat gerakan yang berulang. Memang sangat jauh jaraknya dari konotasi seni gerak dalam terminologi budaya Jawa, ketika melihat sejumlah tarian “full kreasi dan inovasi” yang tetap positif, misalnya yang digelar di malam-malam sebelumnya. Tetapi, sekecil apapun, unsur gerak dan semangatnya tetap berpedoman pada estetika dan etika gerak tari kesenian tradisional yang bersumber dari Budaya Jawa. (won-i1)