Atas Nama Sinuhun, Pihak di Luar Struktur Adakan Malem Selikuran Sendiri

  • Post author:
  • Post published:April 10, 2023
  • Post category:Budaya
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Atas Nama Sinuhun, Pihak di Luar Struktur Adakan Malem Selikuran Sendiri
MEREVISI FORMASI : Di "kantor darurat" yang juga jadi "posko" sementara di teras Nguntarasana itu, siang tadi Gusti Moeng dan beberapa unsur panitia membahas penyusunan ulang formasi kirab "ting" hajad-dalaem "Malem Selikuran" yang akan digelar, Selasa malam besok (11/4). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pengageng Sasana Wilapa Tetap Jalankan Upacara Adat Apa Adanya

SURAKARTA, iMNews.id – Agenda rancangan pelaksanaan upacara adat hajad-dalem “Malem Selikuran” yang semula sudah disepakati diserahkan kepada kantor Pengageng Sasana Wilapa untuk menginisiasi dan menyelenggarakan, akhirnya berubah sehari menjelang pelaksanaan atau diputuskan siang tadi.

Pihak yang selama ini berada di sekitar Sinuhun PB XIII dan tetap memilih berada di luar struktur bebadan “Kabinet 2004”, memutuskan untuk menggelar ritual Malem Selikuran sendiri, pada waktu yang sama, yaitu Selasa (11/4), tetapi tempat upacara dan jam pelaksanaan yang berbeda dengan yang direncanakan Pengageng Sasana Wilapa.

“Sudah jauh-jauh hari kami ‘munjuk atur’ (melaporkan) kepada Sinuhun soal agenda rencana upacara hajad-dalem Malem Selikuran ini. Waktu kami lapori (melalui istri Sinuhun-Red), menyerahkan sepenuhnya kepada kantor Sasana Wilapa untuk menginisiasi dan mengkoordinasi serta melaksanakannya. Kamis sudah sudah menyusun formula barisan, karena ada satu grup Santiswaran tambahan dari Sasana Putra (pihak Sinuhun-Red) ingin gabung”.

“La kok kemarin saat dilapori hasil rapat panitia, menyatakan akan mengadakan sendiri. Ya sudah, kita jalankan apa adanya dan yang seharusnya kami jalankan,” ungkap Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa menjawab pertanyaan iMNews.id, siang tadi yang dibenarkan KPH Edy Wirabhumi di saat yang sama.

DUA KREMUN : Dua buah “kremun” yang akan digunakan untuk membawa uba-rampe simbol hajad-dalem “Malem Selikuran”, Selasa malam (11/4) besok, sudah disiapkan di halaman depan eks kantor Sinuhun PB XI atau depan kantor Pengageng Sasana Wilapa, siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Di teras Nguntarasana, siang tadi, seperti biasa Gusti Moeng tetap “ngantor” di “Posko darurat” di situ, sedang berunding dengan KP Puspitodiningrat, KP Siswanto Adiningrat dan KPRP Joni Sosrodiningrat untuk mematangkan formasi barisan kirab “ting” hajad-dalem “Malem Selikuran” yang sudah dirancang.

Dengan pembatalan satu tim seni Santiswaran yang menyangkut jumlah personel pengiringnya secara lengkap, panitia yang dipimpin Gusti Moeng selaku penanggungjawab ritual harus menyusun ulang formasinya.

Sebelumnya disebutkan Gusti Moeng, rancangan yang sudah disepakati bersama dalam formasi barisan kiran “ting” hajad-dalem “Malem Selikuran” formasinya disusun dengan dua tim Santiswaran, satu dari abdidalem yang sebelum 2017 sudah bergabung dan tambahan satu lagi terbentuk dalam 5 tahun sejak 2017.

Grup baru itu digunakan pihak pengikut Sinuhun yang selama lima tahun kraton ditutup. Namun, karena pihak pengikut Sinuhun yang kini “masih” berada di luar struktur mengadakan ritual sendiri, maka tim seni Santiswaran tinggal satu dan urutan prosesi juga terpaksa dirubah.

SUASANA KIRAB : Dua “kremun” berada di tengah barisan kirab “ting” hajad-dalem “Malem Selikuran” yang digelar kraton pada ritual “Lailathul Qadar”, Ramadhan sebelum 2017, saat hendak mengelilingi jalan lingkar dalam Baluwarti. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Situasi dan kondisi seperti ini jelas sangat tidak kami kehendaki. La wong kami sudah merendah dan bersemangat ingin menuntaskan rekonsiliasi dan mengutamakan kebersamaan. Cepat atau lambat, situasi dan kondisi seperti ini akan diketahui publik. Tetapi, saya tetap memandang masih ada sisi positifnya.

Kalau kirab yang diinisiasi Gusti Moeng direncanakan keliling di dalam Baluwarti sebelum mendoakan hajad-dalem di Masjid Agung, kirab yang diadakan Sasana Putra (Sinuhun PB XIII-Red) biar yang menuju Taman Sriwedari. Enggak apa-apa. Mungkin saja sudah terlanjur ada janji,” jelas KPH Edy Wirabhumi sambil berjalan menuju lokasi Bangsal Marcukunda yang sedang direnovasi, karena ada kunstruksi sayap sampingnya yang patah, siang tadi.

Sementara itu, baik Gusti Moeng maupun KRMH Suryo Kusumo Wibowo selaku koordinator lapangan kirab menyebutkan, khusus untuk rombongan seni hadrah dari Pesantren Kyai Ageng Sela, Kabupaten Grobogan yang jumlahnya 100-an orang dan 80-an prajurit kraton harus berkumpul lebih awal di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa untuk berbuka bersama.

Semula, disiapkan Pendapa Magangan untuk mengadakan persiapan sambil berbuka puasa, tetapi ada perubahan formasi dan pertimbangan kemudahan peralatan kirab, sehingga tempat berkumpul dipindah ke Pendapa Pagelaran.

HARI JADI PAGUYUBAN : Ribuan warga Kabupaten Ponorogo berkumpul di alun-alun kabupaten setempat, saat Paguyuban Reog “Katon Sumirat” menggelar peringatan hari jadi pertama sambil berbuka puasa bersama dan dihibura 30 unit reog anggota paguyuban, malam tadi. (foto : iMNews.id/dok)

Karena tempat persiapan dipindah, lanjut KRMH Suryo Kusumo Wibowo, setelah semua selesai berbuka puasa, grup seni hadrah dan para prajurit diminta bersiap di halaman depan Bangsal Smarakata untuk menata formasi barisan, Selasa malam (11/4) besok pada pukul 20.00 WIB atau seusai shalat tarawih.

Setelah siap, barisan kirab akan berjalan keluar melalui Kori Kamandungan dan menuju arah timur untuk memulai mengelilingi rute kirab jalan lingkar dalam tembok Baluwarti, dan akan berakhir di kagungandalem Masjid Agung untuk didoakan.

Di Masjid Agung, hajad-dalem “Malem Selikuran” akan didoakan abdidalem jurusuranata dan kemudian membagi-bagikan nasi gurih atau “sega wuduk” berlauk “ingkung” untuk disantap bersama-sama di situ. Selain grup seni hadrah, seni Santiswaran dan sembilan Bregada Prajurit termasuk Korp Musik drumb band, juga akan didukung para abdidalem perwakilan Pakasa cabang berbagai.

Yang dari Provinsi Jateng seperti Kabupaten Magelang, Klaten, dan Kabupaten Boyolali, sedangkan dari Provinsi Jatim antara lain Kabupaten Jepara, Kabupaten Ponorogo, Nganjuk dan Trenggalek, ditambah beberapa cabang lain yang selama ini aktif memperlihatkan “gawa-gawe” dan “labuh labet”-nya terhadap “kerepotan” kraton.

PARA PENGURUS PAGUYUBAN : KRAT Sunarso Suro Agul-agul (Ketua Paguyuban Katon Sumirat) bersama sejumlah pengurus paguyuban, saat menggelar hari jadi pertama paguyuban dirangkai dengan berbuka bersamajajaran Pemkab Ponorogo, Forkopimda dan warga kabupaten setempat di alun-alun, tadi malam. (foto : iMNews.id/dok)

Sementara itu, selain Kraton Mataram Surakarta yang sudah rutin tiap tahun menggelar ritual “Malem Selikuran”, banyak Pakasa cabang di daerah juga memiliki tradisi yang khas setempat atau mengisi berbagai kegiatan selama bulan ramadhan berlangsung sesuai misi Pakasa yang menjadi garda terdepan untuk pelestarian budaya Jawa.

Selain Pakasa Kabupaten Jepara yang mengisi acara dengan “mujahadah” dan berbagai acara yang mencerminkan ekspresi seni budaya Jawa dan seni religi di Padepokan Joglo Hadipuran, Pakasa Cabang Ponorogo juga menggelar sebuah acara yang berkait dengan kesenian khasnya di alun-alun kabupaten setempat, tadi malam.

KRRA MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Ponorogo, saat dihubungi iMNews.id malam tadi menyebutkan, paguyuban kesenian reog Pakasa Kraton Surakarta Mataram Hadiningrat (“Katon Sumirat”) yang diketuai KRAT Sunarso Sura Agul-agul (Ketua II Pakasa), untuk mengisi kegiatan selama bulan Ramadhan, pihaknya mengadakan acara berbuka puasa dan sarasehan yang puncaknya adalah peringatan hari jadi genap setahun “Katon Sumirat”.

Acara yang digelar di alun-alun dan menghadirkan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko itu, dihadiri pula sejumlah pejabat jajaran pemkab dan anggota Forkopimda, serta ribuan warga kabupaten yang ikut berbuka puasa bersama yang dihibur oleh aksi 30 grup reog lengkap dengan para seniman pendukungnya, anggota paguyuban. (won-i1)