Musim “Rasulan” di Penghujung Pandemi, Nyaris Tiap Hari Pakasa Jepara “Digilir”

  • Post author:
  • Post published:June 29, 2022
  • Post category:Regional
  • Post comments:0 Comments
  • Reading time:5 mins read

Ibarat Lidi yang Menemukan Pengikatnya, Terasa Disatukan dan Diayomi

JEPARA, iMNews.id – Musim tradisi “Rasulan” atau semacam Bersih Desa atau Merti Desa yang datang di bulan  Zulhijjah dan Besar seperti sekarang ini, menjadi semacam “euforia” bagi masyarakat pesisir utara atau pantura, salah satunya Kabupaten Jepara. Bersamaan dengan kelonggaran PPKM di penghujung pandemi, menjadi kesempatan luar biasa bagi masyarakat untuk mengekspresikan kegembiraannya dalam gelar ritual tradisi hampir di tiap desa, hingga membuat warga Pakasa cabang setempat seperti “digilir” sebagai basis budaya dari desa ke desa.

“Ini memang menjadi kegembiraan warga Jepara, setelah dua tahun mengikuti pembatasan PPKM karena pandemi, begitu datang tradisi Merti Desa, pemerintah melonggarkan PPKM di penghujung pandemi. Hadirnya Pakasa cabang, seakan menjadi ‘suh’ (pengikat-Red) warga yang berekspresi dalam berbagai jenis seni budaya. Ini juga kegembiraan tersendiri. Bagi pengurus Pakasa cabang, tentu juga ikut gembira dan bersyukur kepada Allah SWT, karena kehadirannya memberi  banyak manfaat. Misalnya menjadi basis budaya dan motor penggerak aktivitas ritual di berbagai desa itu,” jelas KRA Bambang Setiawan Adiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Jepara, menjawab pertanyaan iMNews.id, tadi siang.

Sejak kepengurusan Pakasa dibentuk dan ditetapkan sekitar 2 tahun lalu, memang belum bisa bergerak leluasa karena masih dalam suasana PPKM ketata akibat pandemi. Namun, kesempatan itu dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi yang hingga awal 2022 lalu, dari sekitar 15 kecamatan di wilayah “Bumi Ratu Kalinyamat” itu hampir keseluruhan sudah terbentuk pengurus anak cabang dengan total memiliki warga Pakasa sekitar 400 orang. Kehadiran Pakasa diibaratkan menjadi “suh” (pengikat) warga pelestari budaya, bahkan dianggap menjadi pelindung dan pengayom berbagai jenis kesenian yang berbasis tradisional yang berkembang di wilayah setempat.

SERAHKAN CINDERAMATA : Ketua Pakasa Cabang Jepara KRA Bambang Setiawan Adiningrat menyerahkan cinderamata berupa pusaka tombak “Kara Welang” kepada petinggi Desa Pecangakan Kulon dalam suasana malam pergelaran wayang kulit, menutup ritual “Sedekah Bumi” di desa itu, Sabtu malam (25/6). (foto : iMNews.id/dok)

Begitu PPKM dilonggarkan sejak beberapa bulan lalu, hasil komunikasi Pakasa dengan Pemkab setempat, terwujud dengan kerjasama hampir di tiap desa untuk menjadi basis budaya ketika menggelar ritual tradisi “Sedekah Bumi” yang mirip “Merti Desa” dan banyak dikenal dengan “Rasulan”.  Dimulai dari Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan, pengurus Pakasa cabang menyediakan 150-an warganya untuk mendukung kirab “Siwer Desa” (keliling desa-Red), yang di dalamnya terdiri dari kalangan abdidalem pengiring dan Bregada Prajurit Korp Musik, yang selalu menghiasi setiap berlangsung kirab yang diagendakan di desa-desa berikutnya.

“Sesudah wisuda paringdalem gelar kekerabatan tahun 2019 dan 2022 di pendapa kabupaten, alhamdulillah akan kami agendakan, minimal setahun ada upacara wisuda sekali. Mungkin di sekitar bulan November, kami agendakan uacara wisuda lagi. Karena, banyak sekali juru kunci makam termasuk makam Ratu Kalinyamat, mengajukan panyuwunan gelar kekerabatan. Ini berarti, warga Pakasa akan bertambah jumlahnya. Dan tentunya akan bertambah kekuatannya dalam menjaga ketahanan budaya masyarakat Bumi Kartini ini,” tambah KRA Bambang.

Disebutkan, dua genda ritual yang didukung penuh Pakasa cabang setelah Desa Ngabul, adalah Desa Teluk Awur (Kecamatan Tahunan) dan Desa Pecangakan Kulon (Kecamatan Pecangakan), yang berlangsung Minggu lalu. Hampir semua desa yang menggelar ritual “Sedekah Bumi”, selalu diisi dengan kirab budaya atau “Kirab Ider-ider Desa”, pasar malam, pentas wayang kulit, ziarah ke makam leluhur setempat dan aktivitas spiritual religi bertajuk “Tahtimul Qor’an”, hingga menjadi lengkap antara ekspresi budaya dan spiritual religi (pengajian akbar). Sebab itu, tidak aneh apabila kirab yang bercirikan tradisi “Tabuh bende” dan keseluruhan kegiatan itu juga didukung penuh warga Nahdliyin setempat.

KETUA LOKANTARA : KMT Susanti Purwahadiningrum selaku Ketua Lokantara Cabang Jepara (istri Ketua Pakasa cabang), juga menyerahkan cinderamata berupa tombak kepada petinggi desa saat pentas wayang kulit digelar di Desa Teluk Awur, sebagai penutup serangkaian ritual “Sedekah Bumi”, Minggu malam (26/6).  (foto : iMNews.id/dok)

Disebutkan KRA Bambang, di antara desa-desa yang menggelar ritual “Sedekah Bumi” itu, ada yang menghiasi dengan  kegiatan pertandingan sepak bola antar kampung (Tarkam), yang selalu dihadiri para pejabat mulai dari tingkat Forkompimda sampai kecamatan dan desa yang menjadi tuan rumah. Acara pentas wayang kulit menjadi puncak acara ritual di setiap desa, dan tak lupa Ketua Pakasa Cabang beserta istri, KMT Susanti Purwahadiningrum, bergantian memberikan cinderamata kepada sejumlah tokoh di masing-masing desa, antara lain berupa pusaka Tombak Karawelang di Desa Teluk Awur.

“Memasuki bulan Juli, tepat tanggal 1, Pakasa cabang diagendakan memperkuat kirab ‘Sedekah Bumi’ di Desa Semat. Tanggal 5 Juli di Desa Kecapi. 24 Juli di Desa Mindahan Kidul dan 30 Juli di Desa Bandengan. Dengan tambahan warga Pakasa, jumlah peserta kirab bisa sampai 600-an orang, seperti di Desa Pecangakan kemarin. Belum nanti kalau bergabung di Desa Banjaragung, pasti akan melimpah lagi pesertanya. Semangat melestarikan budaya yang berkembang di zaman Mataram Surakarta, luar biasa,” tandas KRA Bambang. (won-i1)   

Leave a Reply