Setelah Masjid Cipto Mulyo, Menyusul Pengurus Masjid Baitul Maghfur Diwisuda

  • Post author:
  • Post published:June 6, 2022
  • Post category:Regional
  • Post comments:0 Comments
  • Reading time:4 mins read

Delapan Abdidalem Ketib di Kecamatan Pasarkliwon, Diwisuda di Pagelaran

BOYOLALI, iMNews.id – Laju silaturahmi antara Karaton Mataram Surakarta melalui Lembaga Dewan Adat (LDA) dan Pengurus Cabang (PC) NU Boyolali terus bergerak makin cepat, sejak diawali dengan penganugerahan gelar kekerabatan yang digelar di kantor pengurus cabang setempat, dua tahun lalu. Kemitraan yang dijalin dalam rangkan memperkuat barisan menghadapi potensi ancaman radikalisme dan intoleransi, lalu diwujudkan saat LDA menggelar perintatan 90 tahun organisasi Pakasa di Pendapa pagelaran, tahun 2021, dan berlanjut dengan upacara wisuda sejumlah pengelola Masjid Baitul Maghfur di Desa Kebonan, Karanggede, Boyolali, Sabtu (4/6).

“Hubungan silaturahmi antara Karaton Mataram Surakarta dengan organisasi keagamaan terutama NU, ‘kan sudah lama sekali, bahkan sebelum ada NKRI. Mataram Surakarta meneruskan cirikhasnya sebagai Karaton Islam, karena leluhur dinasti dari Demak. Apalagi karena jasa-jasa para Wali Sanga. Memang sudah agak lama, kraton sepertinya agak jauh dari organisasi NU. Sekarang, bangsa dan negara kita butuh kebersamaan antara kraton sebagai benteng budaya dan umat Islam terutama warga Nahdliyin sebagai benteng kekuatan beragama, untuk bersama-sama menghadapi potensi ancaman radikalisme dan intoleransi itu,” tandas Ketua LDA GKR Wandansari Koes Moertiyah yang akrab disapa Gusti Moeng, menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.

BERSIAP MENGALUNGKAN : Gusti Moeng mewisuda dan menyerahkan partisara kekancingan kepada para abdidalem pengurus takmir masjid.  KGPH Mangkubumi bersiap mengalungkan samir, dan disaksikan KPH Edy Wirabhumi pada upacara wisuda yang berlangsung di kompleks masjid setempat, di Desa Kebonan, Karanggede, Boyolali, Sabtu siang (4/6). (foto : iMNews.id/dok)

Karena sejarah masa lalu yang membuktikan adanya hubungan silaturahmi itu, lanjutnya, tidak ada salahnya kini digairahkan lagi semangatnya, terlebih karena adanya tantangan berat yang tidak mungkin bisa dilakukan negara secara mandiri. Tetapi butuh kebersamaan segenap komponen bangsa, dan sudah sangat tepat apabila kekuatan benteng itu dibangun kembali oleh LDA dengan budaya yang bersumber dari  kraton, bersama warga Nahdliyin yang memiliki benteng kuat di bidang agama.

Untuk keperluan itu, beberapa hari lalu Gusti Moeng selaku LDA mewisuda sekitar 50 pengurus Masjid Agung Cipto Mulyo di Pengging, Banyudono, Boyolali yang juga warga Nahdliyin PC NU setempat. Masjid tersebut, merupakan citus cagar budaya yang ditinggalkan Sinuhun PB X (1893-1939), bahkan ketika itu juga dilengkapi para penglolanya yaitu abdidalem takmir, mulai dari “Ketip Imam” hingga “Muadzin”, yang mendapat penghargaan gelar kekerabatan mulai dari Bupati Riya Inggil (Kanjeng Raden AryaTumenggung) hingga Penewu (Mas Ngabehi).

MASJID AGUNG : Di Masjid Agung Cipto Mulyo Pengging, Bangudono, Boyolali, warga Nahdliyin yang menjadi pengurus takmir masjid di situ, sudah lebih dulu diwisuda menjadi abdidalem, beberapa waktu lalu. Sesudah upacara wisuda, mereka berfoto bersama Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi di serambi masjid, Kamis (26/5). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Kraton sampai mengurus kelengkapan untuk pengelolaan masjid, karena sejak Sinuhun Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, gelar Sunan sebagai ‘Sayidin Panatagama’. Jadi meneguhkan posisinya sebagai kerajaan Islam. Meskipun sudah ada Ketip yang tugasnya berkotbah, Sinuhun PB IV adalah contoh representasi dari gelar Sunan itu. Beliau juga tampil berkotbah,” tunjuk KRT Ahmad Faruq Rekso Budoyo MFil A, seorang  abdidalem “Kanca Kaji” yang ikut menyaksikan dalam upacara wisuda penetapan 8 Ketib di lingkungan Kecamatan Pasarkliwon, Surakarta, di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (29/5), saat dihubungi secara terpisah, kemarin.

Di Masjid Baitur Maghfur di Desa Kebonan, Kecamatan Karanggede, Boyolali yang disebutkan juga memiliki kaitan sejarah  perjalanan spiritual religi Sinuhun PB X, Sabtu siang (4/6) itu diwisuda sekitar 50-an nama yang diusulkan mendapatkan penghargaan gelar kekerabatan dari Keraton Mataram Surakarta melalui LDA. Mereka bukan hanya takmir masjid setempat, tetapi juga dari pegawai KUA di beberapa kecamatan dan para pengurus NU dari tingkat cabang dan beberapa ranting. Gusti Moeng menyerahkan kekancingan, putra tertua Sinuhun PB XIII yaitu KGPH Mangkubumi dan KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Punjer Pakasa) bergantian mengalungkan samir, sedang KPH A Sangkoyo Mangunkusumo mendapat tugas membacakan dasar-dasar hukumnya. (won-i1)  

Leave a Reply