Menolong BRM Suryo Triono yang Pingsan di Upacara Pemakaman
IMNEWS.ID – PRAKTIK terapi yang dikategorikan bernama holistik, sudah ditinggalkan KRT Hendri Wrekso Puspito sekitar 10 tahunan. Sejak itu, salah seorang cucu abdidalem yang suwita di zaman Sinuhun PB X (1893-1939) dan bertugas sebagai takmir Masjid Kepatihan itu, menjalani hidupnya hingga kini berusia 62 tahun, banyak dihabiskan momong beberapa cucunya bila di rumah, bertemu komunitas pecinta olah spiritual kebatinan dan mengabdikan diri di Keraton Mataram Surakarta sejak mendapat gelar bangsawan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) beberapa tahun lalu.
Namun, sifat manusia sebagai makhluk sosial kadang-kadang sulit dibatasi oleh apapun, apalagi ketika melihat ada peristiwa yang membuatnya tersadar untuk berbuat sesuatu, menjalankan sifat-sifat sosialnya. Sebab itulah, ketika anak bungsu KGPH Puger yang bernama BRM Suryo Triono tak sadarkan diri saat mengikuti upacara pemakaman ibundanya di kompleks makam Kyai Ageng Nis, Laweyan, Solo, Rabu siang (6/10), KRT Hendri yang berada di dekatnya tidak bisa membelenggu keinginannya untuk berbuat.
Dengan memohon kekuatan Allah SWT sesuai prinsip-prinsip terapi holistik, KRT Hendri yang juga pemerhati budaya Jawa dan keraton dari sisi spiritual kebatinan itu segera berbuat ikut memberi pertolongan. Karena, diperkirakan akan membuat repot apabila seorang wayahdalem Sinuhun PB XII itu berlama-lama tidak sadarkan diri, sementara upacara pemakaman belum selesai.
‘’Tadinya, saya mengalami perang batin, untuk mengambil keputusan antara bertindak atau tidak. Karena, saya sudah berjanji kepada diri dan keluarga untuk menghemat energi. Mengingat sekarang kekuatan fisik sudah jauh menurun. Tetapi, melihat situasi, saya tidak tega. Dengan mengandalkan kekuatan dari Allah SWT, saya harus bertindak. Insya Allah, bisa saya lakukan dan mas Suryo bisa kembali sadar. Ini semata-mata karena pertolongan Allah SWT,’’ ungkap KRT Hendri menceritakan tugas spontanitas di saat dirinya ikut melayat meninggalnya istri KGPH Puger, Rabu siang.
Istri KGPH Puger atau menantu Sinuhun PB XII yang juga ibunda BRM Suryo Triono, terlahir 63 tahun lalu dengan nama Sudjirah. Tetapi karena pengabdiannya di Keraton Mataram Surakarta semasa Sinuhun PB XII (1945-2004), mendapat tugas sebagai Bupati Istri dengan nama dan gelar KRT Kenya Haknyana, dan bernama RAy Puger ketika diambil istri KGPH Puger.
Perihal meninggalnya istri KGPH Puger itu, KRT Hendri mengungkapkan rasa dukacitanya dengan mengikuti perjalanan jenazah dari tempat upacara pelepasan di Pendapa Sasanamulya, hingga upacara pemakaman di kompleks makam Kyai Ageng Nis, Laweyan. Kegiatan melayat dalam rangka ‘’hanetebi gawa-gawene’’ (yang menjadi tugas dan kewajiban) sebagai seorang yang menyandang gelar bangsawan, sudah dilakukan ketika Keraton Mataram Surakarta secara beruntun berkabung karena meniggalnya lebih dari 5 tokoh penting di keraton, setidaknya dalam dua tahun terakhir atau selama pandemi Corona berlangsung.
‘’Mudah-mudahan, tindakan spontanitas saya menolong mas Suryo itu tidak dipersepsikan berbeda atau lain. Karena niat saya ingin menolong. Saya hanya ingin netebi gawa-gawene,’’ ungkap KRT Hendri menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin. (Won Poerwono)