Rian D’Masiv Ikut Bersihkan Bangsal Manguntur Tinangkil
SOLO, iMNews.id – Setelah deklarasi gerakan penyelamatan Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat dibacakan di topengan Kori Kamandungan (iMNews.id, 13/2), Gusti Moeng selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) menindaklanjuti dengan mengirim surat deklarasi kepada sejumlah alamat, mulai Presiden Joko Widodo hingga beberapa kementerian/lembaga tinggi negara/lembaga tertinggi negara yang berkait dengan eksistensi Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat. Surat yang isinya pemberitahuan bahwa lembaga itu yang ”mengambil-alih” segala urusan internal dan eksternal, juga dikirim ke sejumlah jajaran lembaga secara struktural, baik yang ada di Provinsi Jateng maupun Pemkot Surakarta.
Menindaklajuti upaya penyelamatan keraton berikutnya, adalah rapat koordinasi antar berbagai pemangku kepentingan yang dikoordinasi LDA, berlangsung di ndalem Kayonan, Baluwarti, Sabtu (20/3). Selain sejumlah elemen LDA, hadir pula komponen di luar lembaga yang berisi trah darahdalem keturunan Sinuhun Amangkurat Agung hingga Sinuhun PB XIII, yang waktu itu diwakili calon putra mahkota KGPH Mangkubumi.
Rapat yang dipimpinan KPH Edy Wirabhumi (Ketua Pusat Pakasa/Pimpinan LHKS) selaku koordinator kerjabhakti, menjelaskan inti kegiatan kerjabhakti, rencana pelaksanaan dan pembagian kerja serta jumlah peserta/lembaga yang dilibatkan. Senin pagi mulai pukul 08.00 tadi pagi, didahului dengan ”apel” yang berupa kenduri wilujengan di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa yang diikuti kurang lebih 350-an peserta kerjabhakti dari berbagai lembaga di dalam dan di luar LDA.
Setelah dibuka KPH Edy Wirabhumi selaku koordinator kerjabhakti, Ketua LDA Gusti Moeng selaku penanggungjawab kerjabhakti memberi dawuh kepada abdidalem jurusuranata MNg Hamidi Projodipuro untuk memimpin doa wilujengan. Sehabis wilujengan, hanya ada satu figur yang diminta berbicara yaitu Rian Ekki Pradipta (34), vokalis gru band D’Masiv yang menjadi bintang tamu sekaligus relawan kerjabhakti mulai tadi pagi.
Doa wilujengan ditutup dan diakhiri pembagian wilayah sesuai kelompok petugasnya, tetapi para awak media meminta Rian D’Masiv dan Gusti Moeng untuk diwawancarai. Gusti Moeng menegaskan apa yang sudah dijelaskan dalam dua kesempatan mengenai macam kegiatan dan tujuan dari kegiatan itu, sedang Rian menegaskan bahwa dirinya adalah relawan yang akan ikut berkerjabhakti sampai selesai, September nanti, secara sukarela dan tulus ikhlas.
Rian D’Masiv diajak Gusti Moeng untuk membersihkan Bangsal Manguntur Tinangkil yang berada di dalam Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa. Bangsal yang dibawa dari Keraton Mataram Kartasura saat boyong kedhaton 1744-1745 itu, sudah sekitar 4 tahun sejak 2017 tidak pernah dibersihkan. Wilayah di kompleks Pendapa Pagelaran, menjadi tempat tugas ibu-ibu yang tergabung dalam Paguyuban Putri Narpa Wandawa, organisasi wanita yang didirikan Sinuhun PB X di tahun 1931.
Para abdidalem Pakasa Cabang Klaten berbaur dengan petugas dari DPU Pemkot Surakarta, Babinsa dan Babinkamtibmas Polsek Pasarkliwon serta generasi muda Pakasa dari beberapa cabang, bertugas membersihkan seputar Alun-alun Lor dan sekitar perempatan Gladag atau pintu masuk kawasan Keraton Mataram Surakarta.
Rian D’Masiv yang menjadi relawan kerjabhakti dalam rangka upaya penyelematan Keraton Mataram Surakarta, mengenakan kaos bertuliskan ”#Selamatkan Keraton” yang juga dibagikan kepada para peserta kerjabhakti. Kata-kata itu, dimaksudkan agar perbuatan nyata merawat keraton itu, menjadi niat baik bersama yang dimuali dari Solo untuk merawat semua keraton di Nusantara, karena keraton adalahg simbol kebhinekaan yang sekaligus simbol Nusantara atau NKRI.
Vokalis grup band D’Masiv itu, tak canggung memegang sabit dan memangkas rumput serta belukar dengan berbaur di antara siapa saja, mulai warga Pakasa Cabang Klaten maupun bersama Babinsa, Babinkamtibmas dan petugas DPU saat ”merumput” di sisi selatan Alun-alun Lor.
Begitu suara adzan Duhur pukul 12.00 WIB terdengar berkumandang dari kagungandalem Masjid Agung yang berada tepat di barat alun-alun, semua peserta beriringan menuju tempat berteduh untuk beristirahat makan siang. Menu makan siang disediakan di dapur umum yang disiapkan di Pendapa Pagelaran, tetapi banyak peserta yang membawa sendiri dari rumah.
Setelah istirahat ”rolasan”, kerjabhakti diteruskan kembali hingga pukul 14.00. Kerjabhakti berlanjut selama seminggu (kecuali Jumat dan MInggu) dan baru berhenti saat memasuki bulan puasa. Sehabis Lebaran, kerjabhakti berlanjut hingga September. (Won)