Mbah Ning Mendoakan Ganjar Jadi Presiden pada Pilpres 2024
iMNews.id – Maestro pelukis wayang beber ”gaya” Wonosaren yang akrab disapa mbah Ning (70), sangat berharap Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ikut dicalonkan dalam pemilihan presiden (Piplres) 2024 nanti. Kalau sudah menjadi salah satu calon, wanita pelukis satu-satunya yang menekuni bidang sungging wayang beber itu, mendoakan agar Ganjar Pranowo terpilih sebagai Presiden RI ke-8 periode 2024-2029.
”La ndongakne tiyang sanes, napa melih pemimpin kados pak Ganjar (Ganjar Pranowo-Red), niku lak sae ta nak… Mboten enten salahe ta…? Mugi-mugi mawon, saget kasembadan pangajab kula. Mugi-mugi donga kula saget kabul. La yen empun saget dados presiden, yen mung mbantu renovasi omah sing kula enggeni niki lak gampang ta nak…?,” ungkap mbah Ning dalam bahasa krama madya, saat ngobrol dengan iMNews.Id, belum lama ini.
Saat Istana Mataram News. Id berkunjung ke rumahnya di kampung Wonosaren, Jagalan, Jebres, Solo, mbah Ning bersama sang suami, Mbah Tris, menjamu penulis dalam suasana jagongan santai. Bahkan, mbah Ning sering bertukas sambil menyangga sebidang kayu lapis yang digunakan untuk alas kanvas yang sedang diolesi pewarna, pada ornamen-ornamen sketsa lukisan bertema ”Pisowanan di Pendapa Keraton Kediri” itu.
Karena selalu berdua, baik saat melukis maupun menjamu para tamunya termasuk penulis, ketika berlangsung dialog/tanya-jawab, maka keduanya bergantian ngobrol, nyeletuk berkomentar atau menyela untuk menyanggah. Keduanya memang sangat aktif ketika sudah terlibat diskusi tentang berbagai hal, khususnya tentang nasibnya sebagai seniman, apalagi lawan bicaranya adalah orang yang sudah lama dikenal dan selalu intensif berkomunikasi hampir setiap saat.
Mirip Janji Kosong
Ketika menyinggung penghargaan berupa piagam dan pin emas sebagai wujud Anugerah Kebudayaan dari Dirjen Kebudayaan Kemendibud, September 2018 itu, pembicaraan menyinggung peristiwa yang terjadi 3 Oktober di rumahnya. Karena pada hari Jumat menjelang siang itu, Gubernur Ganjar Pranowo datang bertamu, untuk memberi ucapan selamat atas penghargaan negara yang diterima mbah Ning, yang notabene adalah seorang warganya di provinsi yang dia pimpin.
Singkat kata, Ganjar menawarkan bantuan renovasi rumah, agar layak huni dan sekaligus menjadi sanggar lukis serta galeri wayang beber. Setelah direnovasi sesuai peruntukannya, rumah di atas tanah warisan Kanaya Rumeksa (orangtua mbah Tris) seluas 150-an meter persegi itu, diharapkan Ganjar menjadi kebanggaan Kota Solo, yang setiap saat bisa dikunjungi sebagai objek wisata dan objek studi penelitian.
Sayang, janji bantuan renovasi yang tak pernah dijelaskan skema prosedurnya itu, akhirnya hanya seperti angin lalu. Karena, hingga hampir tiga tahun berlalu, janji itu tak pernah ada wujudnya, dan juga tak pernah ada penjelasannya mengapa tidak kunjung terwujud? Menanti kabar yang mirip ”janji kosong” ini, mbah Tris dan mbah Ning nyaris putus asa.
Namun seiring perjalanan waktu dan sepasang kakek-nenek seniman itu nyaris melupakan janji Gubernur Jateng itu, belakangan mulai santer bertiup kabar nama Ganjar Pranowo disebut-sebut layak masuk dalam bursa calon presiden pada Pilpres 2024. Mendengar itu, mbah Tris dan mbah Ning seakan kembali mengingat janji itu, dan hanya berharap agar Ganjar Pranowo bisa masuk dalam bursa calon dan benar-benar terpilih pada Pilpres 2024.
”La, yen empun kepilih dados presiden, mestine lak enggih eling kalih janjine ta. Wong mung ajeng mbantu renovasi omah niki thok kok. Mungkin yen tesih Gubernur (Jateng) sajake tesih kabotan mbantu renovasi. Yen empun dadi Presiden lak enggih kecil ta..? kaya upil ta…? Enggih niku. MUga-muga donga kula kabul, pak Ganjar terpilih dadi Presiden. Ben isa mujudke janjine ajeng renovasi omah kula. Jare kula niki aset bangsa…? Jare kebanggaane Kota Solo…? Jare aset Jateng….? Lak urutane panyuwun kula bener ngoten niku ta nak…?,” celetuk mbah Ning yang dibenarkan mbah Tris.
Janji renovasi yang sudah tidak tampak ujung-pangkalnya setelah hampir tiga tahun lewat, kini mungkin kembali menjadi harapan lagi. Namun, yang berkait dengan penghargaan Anugerah Kebudayaan berupa predikat maestro pelukis/pelestari wayang beber berupa piagam dan pin emas 10 gram, juga menjadi cerita tersendiri dalam kehidupan mbah Ning, terutama akibat pandemi Corona.
Lama tak Ada yang Terjual
Setelah sama sekali tak pernah kedatangan tamu untuk membeli lukisannya sejak 2016, kabar terpilihnya mbah Ning menjadi salah satu penerima Anugerah Kebudayaan Kemendikbud 2018, dikiranya berbareng dengan penghargaan berupa santunan biaya hidup yang bisa diharap datang tiap bulannya. Tetapi, ternyata hanya selembar piagam dan pin emas 10 gram, seperti yang dibagikan kepada semua penerima dalam sebuah upacara di Jakarta, 28-29 September 2018 itu.
Karena lama sekali tidak pernah ada yang terjual, tabungan mbah Tris dan mbah Ning lama-lama habis untuk makan dan berobat rutin akibat gangguan diabetes dan hipertensinya. Bahkan, begitu pandemi Corona atau pageblug mayangkara melanda Tanah Air mulai Maret 2020, kondisi ekonomi rumah-tangga sepasang pelukis tua itu sudah kritis.
Maka pada bulan Mei-Juni, mbah Tris meminta pertimbangan penulis untuk mencari jalan-keluar atas kesulitan yang dihadapi, yaitu kebutuhan makan kesehariannya, juga biaya pengobatan rutin untuk mbah Ning. Karena tak didapat solusi, mbah Tris sampai pada keputusan terakhir untuk mencari informasi nilai rupiah pin emas 10 gram jika digadaikan.
”La pripun, ketoke peteng kabeh dalane. Empun mboten enten dalan melih. Mbah putri (mbah Ning) enggih empun setuju. Pokoke, keputusane nggadekne pin. Ning niku empun cukup dadi crita mawon. Tujune entuk pepadang. Nggih niku, enten tamu pak Jenderal (Brigjen) polisi. Malah tumbas lukisane mbah putri. Gusti Allah maringi dalan. Kenging kangge mangan kalih sedekah (sodaqoh) tangga-tangga cedak,” ungkap mbah Ning bersyukur.
Perihal keputusan untuk menggadaikan pin emas 10 gram itu, prosesnya sudah sampai minta pertimbangan seseorang yang sering keluar-masuk kantor pegadaian untuk ”menyekolahkan” dan menebus barang-barang yang digadaikan. Bahkan prosesnya, sudah bersepakat untuk menyertakan piagam guna melengkapi pin emas, agar dibawa ke kantor pegadaian untuk ditaksir nilai rupiah yang bakal didapat.
Namun, selama mencari-cari informasi soal tatacara menggandaikan itu, ada kabar mendadak menyusul untuk membatalkan rencana ”menyekolahkan” pin emas. Kabar itu menyebutkan, mbah Tris dan mbah Ning kedatangan tamu 2 rombongan terpisah dalam waktu sekitar seminggu, salah satunya rombongan pak Brigjen dari Mabes Polri di Jakarta, yang tujuannya membeli lukisan wayang beber. (Won Poerwono-bersambung)