Sebanyak 68 Siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara Babaran 43 Lolos Seleksi

  • Post author:
  • Post published:September 20, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:4 mins read
You are currently viewing Sebanyak 68 Siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara Babaran 43 Lolos Seleksi
BAGIAN EDUKASI : Gusti Moeng selaku Pangarsa Yayasan Sanggar Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta yang selalu hadir menyampaikan sambutan dan pemikiran dalam Bahasa Jawa "krama inggil" pada saat "pendadaran" atau wisuda "purna wiyata", adalah bagian dari proses edukasi pada siswa. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Mulai Tahun 2025 Diseleksi dengan Tes Masuk, Agar Standar Kualitas Lulusan Terjaga

SURAKARTA, iMNews.id – Lembaga pendidikan kursus Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta, mulai tahun 2025 ini menerapkan seleksi berupa tes masuk bagi para calon siswanya. Tes yang digelar panitia (dwija dan pamong) beberapa waktu lalu di “kampus” sanggar Bangsal Marcukunda, didapat hasil 68 siswa baru Babaran 43. Jumlah itu sudah sesuai quota siswa yang ditetapkan berdasarkan “kemampuan”.    

“Betul. Jadi mulai Babaran 43 di tahun 2025 ini, sanggar menerapkan seleksi berupa tes kepada para calon siswa yang mendaftar. Cara ini untuk mewujudkan keinginan bersama, khususnya harapan sanggar dan nama besar kraton. Agar rasa keadilan bisa diwujudkan, sekaligus menghindari cara-cara yang terjadi pada proses masuk, tetapi bisa berpengaruh pada proses belajar-mengajar dan kualitas lulusannya”.

MULAI AKTIF : KGPH Puger (Pengageng Sasana Pustaka) kini mulai aktif menjadi “pendadar” pada musim pendadaran siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara dalam beberapa “Babaran”, termasuk “Babaran 42” yang berakhir beberapa waktu lalu. Dia adalah abgian dari “lembaga kapujanggan” di kraton, kini. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Saat ada pendadaran dan wisuda, ‘kan sering ada keluhan dari kalangan sanggar, terutama diungkapkan Pangarsa Sanggar (KPH Raditya Lintang Sasangka). Karena, saat pendadaran (ujian), diketahui banyak yang tidak bisa praktik sesuai materi yang diberikan. Itu akibat siswa tidak hadir sesuai jadwal belajar-mengajar yang ditentukan. Setelah beberapa kali dirunut, ternyata banyak yang ‘mengabaikan”.

“Faktor menyepelekan atau mengabaikan itu, hampir selalu terjadi pada setiap periode babaran di tahun-tahun lalu. Setelah dicermati lagi, mereka itu menjadi siswa karena dititip-titipkan proses awalnya. Cara-cara seperti ini, bila tidak segera diakhiri, akan membuat rugi bagi siswa dan nama besar sanggar dan kraton akan menjadi korban. Maka, mulai tahun 2025 ini, ada tindakan tegas,” ujar KP Budayaningrat.

PANGARSA SANGGAR : KPH Raditya Lintang Sasangka (Pangarsa Sanggar Pasinaon Pambiwara), termasuk intelektual kampus (UNS) yang menjadi bagian “lembaga kapujanggan” Kraton Mataram Surakarta. Tokoh inilah yang selalu bersama para dwija, berusaha selalu menjaga nama besar sanggar dan kraton. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Menurutnya, celah atau kelonggaran yang terjadi pada proses penerimaan siswa di tahun-tahun lalu, memang tidak menghasilkan semua lulusan buruk. Tetapi walau setitik noda, bisa melahirkan anggapan yang menggeneralisasi kualitas semua lulusan, bahkan bisa menjatuhkan kualitas sanggar dan nama besar kraton. Tindakan tegas dengan seleksi tes masuk dan menolak siswa titipan, dinilai akan menyelamatkan semuanya.

Seperti sering dijelaskan sanggar di berbagai kesempatan, khususnya pendadaran dan wisuda “purna wiyata” (lulusan), Sanggar Pasinaon Pambiwara milik Yayasan Sanggar Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta yang berdiri sejak tahun 1993, sudah mendapat pengakuan luas soal eksistensi, kualitas dan manfaatnya. Karena, siswa tidak hanya diberi “kawruh basa”, tetapi Budaya Jawa dan sejarah sumbernya.

BANYAK MANFAAT : Belajar di Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta jelas mendapat manfaat lebih banyak dibanding belajar kursus di luar kraton. Karena, semua “kawruh” budaya dan sejarah didapat serta bisa menjadi bagian masyarakat adat yang akan menjadi tempat praktik langsung, selain di luar. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Baik KPH Raditya Lintang Sasangka dan KP Budayaningrat berulang-ulang menyatakan, menjadi siswa sanggar di kraton sangat beruntung melebihi lulusan sanggar kursus di luar kraton. Karena, selain belajar di lingkungan kraton yang menjadi sumbernya semua “kawruh” Budaya Jawa dan sejarah, para siswa juga diberi pemahaman tatacara penggunaan semua kawruh yang pernah didapat secara lengkap, tepat dan nyata.

Oleh sebab itu, dalam 6 bulan masa pendidikan dan hanya terjadi pertemuan 1 atau 2 kali dalam seminggu sesuai jadwal yang ditentukan, diharapkan benar-benar dimanfaatkan dengan baik, semangat berdisiplin tinggi dan tertib hadir penuh. Karena, semua pengetahuan yang diperoleh, baik Budaya Jawa maupun sejarah riwayat terbentuknya budaya dan lata-belakang para tokohnya, harus dikuasai secara utuh.

JENIS MOTIF : Abdi-dalem yang menjadi “dwija” Sanggar Pasinaon Pambiwara ini, menunjukkan jenis-jenis motif batik pada “jarik” (bebed) yang dikenakannya saat mengikuti pendadaran “praktik” siswa Babaran 42 yang digelar sanggar di Bangsal Smarakata, beberapa waktu lalu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Materi tes yang diberikan bagi para calon siswa belum lama ini, meliputi semua “kawruh” dasar “Basa Jawi” (Bahasa Jawa), Budaya Jawa, soal gendhing, tata-busana, akasara Jawa, “kawruh beksan” (tari) dan pengetahuan “subasita tatakrama”. Soal tes ada 100, yang harus dijawab dalam waktu 90 menit, melalui “on line” atau “daring”. Dari lebih 100 orang yang mendaftar, yang diterima 68 orang sesuai quota.

Proses belajar-mengajar dan transfer “kawruh” tentang Budaya Jawa dan sejarah lembaga (kraton) yang melahirkan dan membesarkan budaya, menurut sejarawan Dr Purwadi karena kraton punya tokoh Pujangga atau lembaga “Kapujanggan”. Walau sebelum bergabung ke NKRI, kraton sudah tidak memiliki Pujangg baru, tetapi “lembaga kapujanggan” tidak boleh berhenti. Tokoh-tokohnya harus terus lahir dan aktif berkarya. (won-i1)