Pasipamarta Menampung Potensi Abdi-dalem Melalui Sowan Tugur
SURAKARTA, iMNews.id – Proses “pasuwitan” (pengabdian) di Kraton Mataram Surakarta tidak harus terlibat di berbagai “pisowanan” setelah memiliki “gelar”, pangkat dan “sesebutan”. Walau sudah terjadi perubahan besar dalam proses tahapan pengabdian itu, untuk menjadi “abdi-dalem” lebih baik dimulai dengan belajar 1 atau 2 tahun ikut bergabung para seniornya. Dari situ, akan dinilai labuh-labet dan gawa-gawene.
“Jadi, tidak tepat kalau ada anggapan untuk menjadi abdi-dalem di kraton harus memiliki gelar, pangkat dan sesebutan lebih dahulu. Itu terbalik. Yang benar harus dimulai dengan belajar dulu. Ikut bergabung dengan para seniornya yang sudah punya gelar dan pangkat, ikut dalam pisowanan. Dalam waktu 1 sampai 2 tahun selalu hadir dan mendukung setiap kraton punya kerja adat, nanti bisa dilihat semangatnya”.

“Semangat pengabdiannya, pasti akan kelihatan dalam waktu 1 atau 2 tahun itu. Di situ bisa dinilai labuh-labet dan gawa-gawene. Ini memang jauh berbeda dengan tahapan proses pasuwitan di zaman dulu, waktunya sangat panjang. Karena, harus melalui belajar calon magang, magang di berbagai bidang dan baru ditetapkan sebagai abdi-dalem. Gelar ‘Demang’ saja, datang belakangan,” ujar KP Budayaningrat.
Jadi, lanjut “dwija” Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta yang diwawancarai iMNews.id, Rabu (18/9) siang tadi, proses itu hampir semuanya sudah berubah. Proses pengabdian pada zaman dulu tidak langsung dimulai dengan mendapatkan gelar, pangkat dan sesebutan. Tetapi mengikuti pisowanan, dan dari situ akan dinilai, “pasuwitan” itu apakah akan diterima atau tidak? Bila tidak, berarti berakhir.

“Bukan tiba-tiba datang langsung mendapat gelar, pangkat dan sesebutan. Kok enak sekali? Tidak demikian. tetapi harus melalui proses panjang yang terus dinilai, bahkan bisa saja tidak diterima pasuwitannya. Tetapi bila diterima, lalu diizinkan magang di bidang-bidang yang diinginkan, misalnya sebagai magang abdi-dalem Keparak Mandra Budaya. Bila kemudian diterima, diberi gelar “Demang” yang terus dievaluasi.
Menurutnya, proses “pasuwitan” di kraton sudah berubah (sejak 1945) yang menempatkan gelar, pangkat dan sesebutan diberikan kraton kepada siapa saja yang mengabdi untuk “memetri” (melestarikan) budaya (Jawa). Ini adalah bagian dari tiga jenis pengabdian, yang mulai dirintis Pasipamarta pimpinan KP Siswanto Adiningrat. Pasipamarta adalah organisasi untuk menampung para lulusan Sanggar Pasinaon Pambiwara.

“Pasuwitan” yang dirintis Pasipamarta itu, dimulai dengan “sowan tugur” di kraton. Tahap berikutnya, bisa dilibatkan di berbagai kegiatan seperti mengikuti kunjungan utusan-dalem dari kraton untuk menghadiri upacara-upacara adat di berbagai tempat. Mereka ini punya potensi besar untuk menjalankan berbagai upacara adat, karena bekal pendidikan selama 6 bulan di sanggar, menjadi modal dasar cukup.
Dari sisi estetika dan etika, anggota Pasipamarta dianggap sudah mendapat pendidikan cukup dari Sanggar Pasinaon Pambiwara dibanding abdi-dalem dari elemen lain yang tidak melalui seleksi itu. Dua jenis berikutnya adalah pengabdian “tituler” yang diberikan kraton kepada siapa saja yang dianggap berjasa. Yaitu jasa berupa dukungan secara fisik (renovasi) maupun non-fisik yaitu sumbangan pemikiran/saran.

Dengan penjelasan itu, sudah tak ada persoalan bagi warga pengurus makam Pangeran Puger maupun pengurus yayasannya untuk segera bergabung “magang” sebagai “abdi-dalem”. Karena, urusan gelar, pangkat dan sesebutan adalah persoalan nanti setelah menjalani proses “pasuwitan”, yang akan ditakar “labuh-labet” dan “gawa-gawene”. Pakasa Cabang Kudus wadah persiapan untuk “suwita” sebagai “abdi-dalem” di kraton.
Di tempat terpisah, melalui iMNews.id Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) berharap jika ada persoalan dengan proses pasuwitan atau hal lain yang berkait dengan kraton, bisa langsung menghubunginya. Secara terpisah, Yuli setiawan selaku Ketua Yayasan Pamong Makam Pangeran Puger akan berkoordinasi dengan KRRA Panembahan Didik Singonagoro untuk segera berkonsultasi ke kraton. (won-i1)