Pentas Malam Ketiga “Sekaten Art Festival 2025”, Semalam, Suasana Sudah Kembali Sejuk

  • Post author:
  • Post published:September 1, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:4 mins read
You are currently viewing Pentas Malam Ketiga “Sekaten Art Festival 2025”, Semalam, Suasana Sudah Kembali Sejuk
ATRAKTIF AKROBATIK : Sajian tari "Gregah Rajamala", adalah jenis tarian yang bisa disajikan penuh atraksi akrobatik di arena pentas tari "Sekaten Art Festival 2025" di malam ketiga, Minggu (31/8). Tarian ini sudah mendapatkan berbagai penghargaan saat dipentaskan di luar negeri. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pengunjung Sekaten dan Warga, Kembali Memenuhi Pendapa Sitinggil Lor

SURAKARTA, iMNews.id – Pentas seni tari “Sekaten Art Festival 2025” di malam ketiga, Minggu (31/8), semalam, pemandangan di lokasi pentas Pendapa Sitinggil Lor sudah berbeda dari dua malam sebelumnya yang “panas” oleh aksi demo rusuh di beberapa titik lokasi di Kota Surakarta, Jumat (29/8) dan Sabtu (30/8). Semalam, suasana kembali sejuk dan nyaman bagi para pecinta seni untuk menyaksikan event itu.

Seperti yang digelar rutin tiap tahun sebelum, sejak dan setelah Bebadan Kabinet 2004 kembali bekerja penuh di dalam kraton mulai 17 Desember 2022, kegiatan pentas seni tari ini menjadi elemen pendukung yang makin terlegitimasi. Daya tarik pengunjung Sekaten Garebeg Mulud khususnya, masyarakat “sutresna budaya” dan kalangan keluarga penyaji, menjadi indikator “sukses” event dari sisi jumlah penonton.

TARI MANIPURI : Tari “Manipuri” sajian Sanggar Sang Citra, memberi pemandangan segar dan ceria bagi penonton usia anak-anak dan remaja khususnya. Karena, disajikan oleh sejumlah penari yang membuat panggung pertunjukan “Sekaten Art Festival 2025” malam ketiga, Minggu (30/8) menjadi tampak hidup. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Semalam semalam, 3-4 baris tikar yang digelar di ujung utara Pendapa Sitinggil Lor, berangsur-angsur dipenuhi para penonton, gabungan tiga unsur di atas. Sedangkan penonton yang berdiri di luar pendapa dan yang duduk di sepanjang batas selasar meriam di kedua sisi pintu masuk halaman pendapa, juga ada meskipun tidak penuh. Dalam pemandangan seperti itu, jumlah penonton diperkirakan sekitar 200 orang.

Perkiraan jumlah penonton malam ketiga, Minggu semalam, memang belum bisa menandingi jumlah penonton rata-rata tiap malam pada “Sekaten Art Festival 2024” ataupun sebelum 2017. Karena, waktu itu bahkan ada pentas wayang kulit rutin tiap hari selama gamelan Sekaten ditabuh. Meski begitu, jumlah pengunjung pentas seni semalam, sudah lebih baik dibanding dua malam sebelumnya yang “diganggu demo rusuh”.

“GOLEK GONJING MIRING” : Tari “Golek Gonjing Miring” (RNR Art Production) sebagai hasil tafsir dari “Gendhing Gonjing Miring”, cukup menarik dan membuat kaya perbendaharaan kraton. Panggung pertunjukan “Sekaten Art Festival 2025” malam ketiga, Minggu (30/8) menjadi ajang perkenalannya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Walau sejak malam pertama, Jumat malam (29/8), “gangguan aksi demo rusuh” sudah terjadi di Kota Surakarta dan di berbagai wilayah dan daerah lain, tetapi sajian demi sajian tari terus mengalir tanpa terlihat ada rasa takut. Mengingat, hampir semua penyajinya adalah anak-anak usia balita, remaja dan sedikit sekali yang dewasa. Yang terlihat sudah dewasapun, rata-rata usianya belum melebihi 20 tahun.

Terlebih semalam, 11 repertoar tari sajian sajian Sanggar Sarwi Retna Budaya, Sanggar Sang Citra, RNR Art Production, SMA St Yosef Surakarta dan Moko dance Studio dari Kota Surakarta dan sekitarnya, tersaji dalam suasana segar, meriah dan lepas. Semua terasa meriah karena kelucuan anak-anak usia balita dan remaja, tetapi khusus tari “Gregah Rajamala” (Moko Dance Studio), membuat semua hening mencermati.

“GENJRING PARTY” : Tari “Genjring Party” persembahan SMA Santo Yosef menjadi sajian yang segar di ajang panggung pertunjukan “Sekaten Art Festival 2025” malam ketiga, Minggu (30/8). Karena tarian itu banyak diwarnai gerakan bernidamika tinggi menyesuaikan musik iringannya yang bertempo cepat. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Karya tari kreasi yang berbasis dari kisah “Canthik Perahu” Rajamala aset Kraton Mataram Surakarta ini, menjadi satu-satunya karya untuk konsumsi usia dewasa, karena para pemainnya juga rata-rata dewasa. Kedewasaan penonton dibutuhkan untuk menyaksikan tari yang menggunakan properti topeng mirip raksasa Canthik Perahu Rajamala ini, karena ada kisahnya dan penuh atraksi akrobatik dan gerakan penuh power.

Tari kreasi “Gregah Rajamala” terkesan menarik, karena semula hanya merupakan nama sebuah patung yang dulu hanya dipasang di ujung haluan perahu yang digunakan Sinuhun PB IV (1788-1820) untuk berkunjung ke Kadipaten Pamekasan (Madura). Karena, Raja Mataram Surakarta itu dua kali melamar dua putri Adipati Tjakra Adiningrat III, yaitu RAy Handaya dan RAy Sakaptinah dalam selisih waktu beberapa tahun.

“MENGHAPUS JEJAK” : Beberapa abdi-dalem yang diterjunkan di kawasan Gladag, tampak berusaha menutup “jejak” vandalisme di kedua gapura pintu masuk kawasan kraton itu. Coretan dan tulisan yang terjadi saat ada aksi demo rusuh di kawasan itu, Jumat (29/8) malam, ditutup dengan cat Sabtu (30/8) paginya. (foto : iMNews.id/Dok)

Tari “Semut”, “Manuk Dadali, “Lengger Ngerong”, “Pangpung”, “Manipuri”, “Kidang”, “Golek Gonjing Miring”, “Enggang” dan tari “Genjring” rata-rata juga sajian untuk konsumsi usia anak-anak dan remaja. Sama-sama sebagai hal kreasi, tetapi tari “Golek Gonjing Miring” agak berbeda. Karena tarian itu merupakan visualisasi dari karya “Gendhing Gonjing Miring”, mirip riwayat beberapa jenis tari lain.

Senin (1/9) malam ini, pentas seni tari “Sekaten Art Festival 2025” berlanjut di malam keempat dengan sajian karya-karya tari kreasi baru, selain klasik aset kraton yang disajikan Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta. Sementara itu, keramaian pasar malam berupa jasa hiburan dan dagang aneka produk di kompleks Pendapa Pagelaran dan di kompleks Masjid Agung, juga masih berlanjut. (won-i1)