Pakasa Cabang Jepara “Memulai” Membangun Citra Opini dengan “Mengkreasi”
IMNEWS.ID – WALAU pencapaian Pakasa Cabang Ponorogo sudah termasuk memuaskan, tetapi di dalamnya tetap ada semngat untuk terus menjaga dan merawat apa yang sudah dicapai sejak kelahirannya tahun 2016 lalu. Dalam tugas “menjaga” dan “merawat” itu, tentu juga dimaknai adanya semangat untuk terus mengembangkan dan menginovasi, agar karya-karya khasnya tetap eksis mengikuti perjalanan zaman.
Sampai dalam posisi itu, peran dan fungsi satuan kerja yang menggunakan teknologi informasi modern semakin dilembagakan dan dimaksimalkan. Mungkin saja, ke depan Pakasa Cabang Ponorogo akan melengkapi satuan kerja itu dengan fungsi “public relation” yang siap mengolah dan menyebarluaskan karya atas nama Pakasa cabang, yang tak tergantung figur pemegang otoritas, untuk mengejar momentum.
Jadi, Pakasa Cabang Ponorogo mungkin tinggal melengkapi dan menggenapi dengan organ yang benar-benar bisa berfungsi “menjaga” dan “merawat” eksistensi organisasi cabang. Yaitu, tersedianya satuan kerja “public relation” (humas) dengan perangkat kerja yang memadai untuk mengimpun dan mengolah informasi kegiatan organisasi. Karena, kesiapan data informasi lengkap menjadi kelemahan umum cabang.
Pakasa Cabang Ponorogo sudah memiliki potensi kekayaan materi kegiatan spiritual religi, karena lokasi makam dan petilasan tokoh leluhur Dinasti Mataram banyak terdapat di sana. Paguyuban Reog Katon Sumirat, pusatnya juga di sana. Yang sulit “ditandingi”, adalah adanya fakta hubungan emosional, kultural dan historikal antara Ponorogo dan Mataram Surakarta yang menjadi modal eksistensi Pakasa.

Situasi dan kondisinya, jelas sangat berbeda dengan Pakasa Cabang Jepara. Sebagai cabang yang lebih muda dan kedua dalam reputasinya memperlihatkan “eksistensinya, Pakasa Jepara punya semangat yang sama untuk “menjaga” dan merawat”. Tetapi, cabang ini punya cara yang berbeda, karena “potensi” yang dimiliki juga berbeda dengan Ponorogo, misalnya potensi hubungan sejarah antara Jepara dan Mataram Surakarta.
Karena potensi yang berbeda inilah, menjadi tantangan besar yang ternyata bisa “diatasi” Pakasa Jepara di bawah kepemimpinan KP Bambang S Adiningrat. Cabang ini juga punya satuan kerja yang memanfaatkan teknologi informasi modern, tetapi “materi kegiatan” yang menjadi konten publikasi atau penyebaran informasinya, harus “diinisiasi”, “dikreasi”, “dikelola” dan “dieksekusi” sendiri.
Mulai dari “menginisiasi”, “mengkreasi” dan “mengeksekusi” ritual khol Eyang Sentono di Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan, yang kemudian merambah ke desa-desa dan kecamatan tetangga, hingga “melompat” ke luar wilayah. Pakasa Cabang Jepara adalah contoh “perintis” kunjungan silaturahmi ke cabang Pakasa lain sampai level Kraton Kanoman Cirebon (Jabar), yang sukses meraih simpati khalayak luas.
Disadari atau tidak, keberadaan satuan kerja yang memanfaatkan teknologi informasi modern, menjadi daya dukung luar biasa dalam upaya “Memulai Membangun Citra Opini dengan Mengkreasi” berbagai potensi tradisi dan seni budaya lokal. Dengan dukungan itu pula, Pakasa Cabang Jepara mampu “membentuk opini positif dan citra” eksistensinya, untuk membangun dialog dengan pihak otoritas Kabupaten Jepara.

Melalui dialog langsung dan sebaran informasi serta publikasi dari satuan kerja teknologi informasi modern yang dimiliki, Pakasa Cabang Jepara banyak mendapat dukungan untuk melahirkan Yayasan Praja Hadipuran Manunggal. Dengan yayasan inilah, Pakasa sebagai terdukung dan mendapat jalan lapang untuk “memperjuangkan” Perda Pemajuan Budaya Lokal yang tinggal “pengesahan”.
“Eksisteni” Pakasa Cabang Jepara tidak bisa dipungkiri bisa melakukan dialog yang menghasilkan dukungan untuk event “Hari Jadi Kabupaten Jepara”, khol Adipati Citrasoma I-VII dan “Grebeg Mulud Njeporonan” karena dukungan satuan kerja yang memanfaatkan teknologi informasi modern. Meski hanya salah satu faktor pendukung, konten informasi yang disebar bisa menjadi sarana “komunikasi positif”.
Sama dengan Pakasa Cabang Ponorogo, seandainya departemen “public relation” cepat dijadikan sebagai kebutuhan vital, tentu akan semakin mempercepat laju perkembangan dalam banyak hal, terutama pelestarian budaya dan organisasinya. Karena, keberadaan departemen atau divisi akan meringankan kerja “Pangarsa” Pakasa yang pada akhirnya, lebih tepat sebagai “top leader/manager” dan pemimpin “orkestra”.
Kini, Pakasa Cabang Jepara sedang bersiap menggelar event akbar “Grebeg Mulud” yang diagendakan berlangsung 26-30 Agustus ini. Event yang digelar kali kedua setelah yang pertama tahun 2024 itu, berisi agenda “bapak tilas” (26/8), “Ruwatan Bumi Jepara” yang berisi khataman Alqur’an, penyatuan tanah dan air serta doa kidung, “Sedekah Alam”, “Pembacaan Maulid” dan gelar wayang kulit (29/8).

Selanjutnya, kirab budaya “Bregodo Bertombak” untuk pencatatan rekor MURI yang digelar di sepanjang jalan rute kirab dari makam Ratu Kalinyamat menuju Pendapa Pemkab Jepara (30/8). Sajian kegiatan setelah kirab pada hari itu (Sabtu), dilanjutkan aksi seni Reog Ponorogo dari Pakasa Cabang Ngawi, “pisowanan agung”, Grebeg Gunungan dan sajian seni Topeng Ireng Gedrug (Boyolali).
“Untuk pemecahan rekor MURI Prajurit bertombak, kami tampilkan minimal berjumlah 491 sesuai usia ulang tahun Kabupaten Jepara. Tetapi kalau ada sumbangan dari teman-teman Pakasa cabang bisa sampai lebih 500 atau bahkan 1.000 prajurit bertombak, pasti luar biasa. Semua pengurus Pakasa cabang kami undang. Dan, kami juga mohon membawa pasukan bertombak,” ujar KP Bambang S Adiningrat.
Ketua Pakasa Cabang Jepara yang sempat dihubungi iMNews.id, kemarin melukiskan, pelaksanaan event “Grebeg Mulud” tahun 2025 ini menjadi pembuktian kedua bagi Pakasa Jepara untuk mewujudkan, bahkan meningkatkan dan menyempurnakan capaian tahun lalu. Untuk itu, agenda pemecahan Rekor MURI prajurit bertombak dan semua cabang Pakasa diundang hadir (terlibat), akan menjadi capaian baru.
Selain itu, rincian agenda acaranya juga berkembang dari tahun lalu, karena agenda “Ziarah Napak Tilas” pada “Grebeg Mulud” tahun 2025, dimulai ziarah di beberapa lokasi makam tokoh leluhur, Selasa (26/8). Yaitu dari pagi ke makam Eyang Sentono di Desa Sukodono (Tahunan), berlanjut ke makam Ratu kalinyamat Desa Mantingan (Kalinyamatan), Mbah Mataram (Desa Mantingan) dan Mbah Suto (Desa Bondo).

Selasa (26/8) siang itu juga, ziarah diteruskan ke makam Adipati Tjitrasuma (Desa Sendang) dan terakhir ke makam Eyang Tumenggung Cendol (Kalinyamatan). Sementara itu, agenda “Ruwatan Bumi Jepara dan Sedekah Alam”, akan dilaksanakan di Pendapa Kabupaten Jepara, Jumat (29/8) dari pagi hingga selesai. Dari agenda yang didapat iMNews.id, tak ada penjelasan soal acara di tanggal 27-28/8.
“Di momentum Grebeg Mulud ini, akan ada acara penyerahan cinderamata tombak dari beberapa pengurus Pakasa cabang kepada Pemkab Jepara. Serah-terimanya melalui Bupati Jepara. Semua tombak persembahan para pengurus Pakasa, akan disimpan di Museum kartini Jepara. Pakasa Jepara juga akan mempersembahkan tombak Kiai Kerta Jaya (karya Empu Tumaji) kepada Pemkab,” ujar KP Bambang. (Won Poerwono -bersambung/i1)