Kabupaten Jepara “Diguncang Aksi Demo” Berbagai Kesenian Kirab Hari Jadi 490 Tahun

  • Post author:
  • Post published:September 9, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Kabupaten Jepara “Diguncang Aksi Demo” Berbagai Kesenian Kirab Hari Jadi 490 Tahun
KEMEGAHAN JEPARA : Penampilan prajurit Bregada Nguntara Praja Pakasa Jepara, adalah penampilan kemegahan Kabupaten Jepara yang akan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat "Bumi Ratu Kalinyamat" ini. Cirikhas yang ikonik semakin menjadi karakter kuat pakasa sekaligus kabupaten ini. (foto : iMNews.id/Dok)

Empat Unit Reog “Ponorogo” Pakasa Ngawi Tampil, Sepanjang Rute Kirab Heboh

SURAKARTA, iMNews.id – Pusat kota Kabupaten Jepara, Sabtu siang (7/9) hingga sore lalu diguncang “aksi demo” berbagai atraksi kesenian yang diinisiasi dan digelar Pakasa Cabang Jepara bersama berbagai elemen setempat. Rangkaian sejumlah pertunjukan peringatan Hari Jadi ke-490 tahun (Jawa) Kabupaten Jepara itu, ditutup ritual ruwatan di Pendapa Kabupaten.

Peringatan hari jadi kali kedua yang digelar Pakasa Cabang Jepara dengan beberapa elemennya seperti Sanggar Padepokan Loka Budaya itu, bertema “Grebeg Mulud Njeporonan”. Tahun 2024 ini, agenda peringatan hari jadi 490 tahun Jawa, 2 Mulud Tahun Ehe 1468 hingga 2 Mulud Tahun Je 1958 itu, diawali dengan “Napak Tilas” ziarah di makam beberapa tokoh Jepara.

Event “Grebeg Mulud Njeporonan” kedua setelah tahun 2023 ini benar-benar bikin heboh kota “Bumi Ratu Kalinyamat” ini, hingga mirip sedang dilanda gelombang “aksi demo”. Namun, “aksi demo” kali ini adalah “demo atraksi seni” yang banyak pesertanya dan beragam. Para peserta kirab beraksi di sepanjang rute sekitar 3 KM, dari Balai Desa Mantingan menuju pendapa kabupaten itu.

GAYA KHAS : Masyarakat spiritual religi abdi-dalem “Kanca Kaji” yang ditampilkan RT Rasmaji, adalah realitas berkembangnya Pakasa Cabang Jepara yang akan menjadi gaya khas masyarakat spiritual religi Jepara kini dan masa depan. Msyarakat religi yang berbudaya Jawa. (foto : iMNews.id/Dok)

Selain yang membawa berbagai jenis pusaka koleksi Pakasa Cabang Jepara dan Sanggar Padepokan Loka Budaya, peserta kirab juga terdidi dari para abdi-dalem yang membawa uba-rampe ruwatan yang dipimpin abdid-alem “Kanca Kaji, RT Rasmaji. Begitu pula kelompok peserta dari sejumlah pengurus Pakasa cabang “tetangga” di kawasan Gunung Muria seperti Kudus, Demak dan Pati.

Pakasa Cabang Pati mengeluarkan kalangan anggontanya lumayan banyak, baik yang dipimpin RT Sahroni maupun yang dipimpin KRAT Mulyadi Puspopustoko selaku Ketua Pakasa Cabang Pati. Untuk kali ini, Pakasa Cabang Kudus tidak membawa rombongan begitu banyak seperti yang dilakukan di event-event lain, karena keputusan hadir di Jepara diambil pada saat-saat akhir.

“Kami dalam beberapa hari menjelang hari Sabatu (7/9) kemarin itu sebenarnya masih ragu-ragu, antara berangkat atau tidak. Karena, sudah seminggu saya menunggui anak bungsu saya yang sedang opname di rumah sakit. La kok hari Kamis (5/9) malam malah minta selang infus dilepas semua, karena mau pulang, setelah mendengar kabar Pakasa Kudus mau ikut kirab di Jepara”.

REOG LOKAL : Masyrakat Kabupaten Jepara juga memiliki seni Reog lokal yang menggunakan atribut pendukung berukuran kecil. Penampilannya di arena Reog on The Street menjadi menarik karena ada empat unit Reog versi alsinya Ponorogo berukuran 4-5 kali lebih besar yang dusuguhkan Ketua Harian Pakasa Cabang Ngawi, KRT Suyono Sastroredjo. (foto : iMNews.id/Dok)

“Saya jadi bingung, kalau saya tinggal jelas tidak mungkin. Mau nekat mengajaknya, kok ya kebangeten. Tapi, saya merasakan, mungkin ini malah menjadi pendorong semangat untuk sembuh. Sebenarnya bertentangan ‘kan, karena penderita tipus tidak boleh banyak bergerak. Akhirnya, Jumat malam (6/9) kami memastikan hadir,” ujar KRA Panembahan Didik menjawab iMNews.id.

Pakasa Cabang Kudus adalah salah satu cabang yang memiliki anggota semakin besar dan potensi karakternya semakin menjadi cirikhas ikon Kabupaten Kudus dan semakin banyak dikenal. Di berbagai event misalnya di cabang sendiri seperti event kirab budaya “Mbah Glongsor” atau di wilayah Pakasa Cabang Pati, Kudus selalu memperlihatkan kemegahan dan kebesarannya.  

Kemegahan dan kebesaran itu, juga dimiliki event kirab budaya “Grebeg Mulud Njeporonan” yang menampilkan kesenian Reog versi setempat dan Tuban, tetapi juga diperkuat keragamannya oleh Pakasa Cabang Ngawi pimpinan KRT Suyono Sastroredjo. Karena, Pakasa cabang ini membawa rombongan empat unit Reog versi asli (Kabupaten) Ponorogo (Jatim) yang bikin heboh jalanan itu.

BIKIN HEBOH : Tampilnya empat unit Reog versi asli (Ponorogo) yang disuguhkan Pakasa Cabang Ngawi di acara kirab “Grebeg Mulud Njeporonan”, sungguh-sungguh bikin heboh dan mengguncang kota “Bumi Ratu Kalinyamat”, Sabtu sore (7/9). Terlebih, RT Wahyudi Suro Degleng yang selalu tampil atraktif sebagai “provokator” pembarong dan Bujang-Ganongnya. (foto : iMNews.id/Dok)

“Iya mas. Sepanjang rute penonton kirab luar biasa antusiasnya. Mungkin sudah lama tidak menyaksikan atraksi Reog Ponorogo. Jadi, pada kangen menyaksikan versi aslinya. Kami juga membawa kelengkapan pendukung, yaitu penari Bujang dan Ganong, agar bisa memancing atraksi pembarongnya (pembawa Dhadhak-merak). Pakasa Cabang Ngawi salut terhadap Jepara,” ujar KRT Suyono.

Sejumlah kelompok seni reog di wilayah Pakasa Cabang Ngawi yang dipimpin KRT Suyono Sastroredjo (Ketua Harian cabang), adalah anggota Paguyuban Reog Karon Sumirat yang dipimpin KRAT Sunarso Suro Agul-agul, yang sore itu juga ikut turun ke jalan bersama KRT Cahyo berdemo “pecut”. Sementara, KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Ponorogo) tampil memimpin “ruwatan”.

Pakasa Cabang Ponorogo (Jatim) yang merupakan gudangnya “Reog” dan pusatnya Paguyuban Reog katon Sumirat, dalam event kali ini tidak menurunkan kesenian Reog satu unitpun, tetapi mewakilkan kepada Pakasa cabang Ngawi. Sebagai gantinya, Pakasa Ponorogo tampil memimpin ruwatan terutama versi spiritual kebatinannya dengan membawakan beberapa tembang Macapat.

PIMPIN RUWATAN : Ketua Pakasa Cabang Ponorogo, KP MN Gendut Wreksodiningrat mendapat bagian memimpin ritual ruwatan versi spiritual kebatinan di Pendapa Kabupaten Jepara yang sedang diperingati hari jadinya ke 490 tahun (Jawa) dengan event “Grebeg Mulud Njeporonan”, Sabtu malam (7/9) itu. (foto : iMNews.id/Dok)

“Betul kok mas, mungkin ini penampilan baru saya yang berbeda dari sebelumnya. La wong insinyur bangunan kok disuruh nembang Macapat, ya jelas grothal-grathul,” ujar KP MN Gendut sambil tertawa geli teringat penampilannya di Pendapa kabupaten Jepara, malam Minggu (7/9) itu. Walau diakui kurang lancar, tetapi tugas yang dijalankan bisa berjalan selesai dan sukses.

Pendapa Kabupaten Jepara, Sabtu malam itu digelar ritual ruwatan “Bumi Kabupaten Jepara” yang ditandai dengan doa dan geguritan Macapat Singgah-singgah Kala Singgah sebagai bentuk doa tolak-balak. Para peserta doa ruwatan, sebelumnya bergabung dalam kirab, yang kemudian ikut mendukung doa dalam ekspresi spiritual religi dan spiritual kebatinan.

Ketua Pakasa Cabang Jepara, KP Bambang S Adiningrat yang mendapat kenaikan gelar “Pangeran” saat event kirab berlangsung menyebutkan, kirab “Grebeg Mulud Njeporonan” kali ini prajurit Bregada Nguntara Praja dan Korsik Sura Praja didukung kalangan klub Bina Raga. Dukungan juga datang berbagai pihak yang membuat keseluruhan event berjalan lancar, sukses dan aman. (won-i1)