Kirab Dipandu Prajurit Kraton, Dimeriahkan Bregada Pecut dan Srikandi Ponorogo
PONOROGO (JATIM), iMNews.id – Pengurus Paguyuban Kulwarga Karaton (Mataram) Surakarta (Pakasa) Cabang Ponorogo bersama segenap elemen masyarakat Desa Pulung Merdika, Kecamapatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, akan menggelar event khol wafat Eyang Djayengrana. Ritual itu dimeriahkan kirab budaya yang diikuti 2 ribuan orang dari berbagai elemen.
Menurut KRT Suroso Hadinagoro, Kades Pulung Merdika yang juga Juru-Kunci makam Eyang Djayengrana, saat dihubungi iMNews.id siang tadi menyebutkan, event khol sekaligus kirab budaya, digelar dalam sehari, Sabtu (19/7). Dia membenarkan, para prajurit Kraton Mataram Surakarta akan tampil memandu jalannya kirab dari kantor desa lama ke kantor baru.

Tampilnya prajurit dari kraton belasan orang dari Bregada Prajurit Tamtama khusunya Korsik Drumband Tamtama, akan diikuti beberapa bregada prajurit lain dan digenapi menjadi 30 personel karena melibatkan warga Pakasa setempat. Menurut KRT Suroso, kerjasama event khol Eyang Djayengrana sudah berjalan dalam beberapa tahun hingga besok.
Dari catatan yang sudah dibahas dalam rapat panitia bersama Pakasa cabang yang diketuai KP MN Gendut Wreksodiningrat, diperkirakan ada 2 ribuan orang dari berbagai elemen masyarakat yang akan ikut kirab. Dari jumlah itu, ada beberapa elemen tamu dari luar kecamatan, seperti Komunitas Pecut dan Bregada Srikandi Manah (Ponorogo) serta prajurit dari kraton.

“Sore ini, panitia akan mengadakan rapat terakhir untuk pemantaban. Termasuk memastikan jumlah peserta kirab. Juga jumlah rombongan dari kraton yang akan mengikuti kehadiran Gusti Moeng. Karena, kepastian soal jumlah akan menentukan ‘logistik’. Khususnya bagi para tamu, terutama dari kraton. Selain itu, semua urusan sudah bisa diantisipasi,” ujar KRT Suroso.
Ditambahkan, peserta kirab budaya yang diperkirakan sampai 2 ribuan itu, kebanyakan secara sukarela berpartisipasi. Karena Desa Pulung Merdika tidak punya anggaran untuk mendatangkan orang sebanyak itu. Walau nyaris tak pernah punya anggaran secara khusus, tetapi hampir tiap tahun menggelar khol Eyang Djayengrana, selalu ada partisipasi warga secara luas.

Selain dua “pendatang baru” sebagai sajian dalam kirab budaya, sajian lama berupa kesenian khas ikonik Ponorogo yaitu Reog, sudah pasti ada. Rapat sore ini juga untuk memastikan, apakah rencana partisipasi 15 dhadhak-merak tetap dalam jumlah itu, berkurang atau bertambah. Jumlah itu, disebut KRT Suroso meningkat dari tahun-tahun lalu.
Perihal event khol Eyang Djayengrono, sebelumnya sudah disinggung KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Ponorogo) saat dihubungi iMNews.id, kemarin. Event khol di Desa Pulung Merdika, Sabtu siang besok, adalah bagian dari dua agenda kegiatan Pakasa cabang di bulan Sura. Sisanya, adalah ritual Tutup Sura di Bantarangin, Rabu (23/7).

Eyang Djayengrana atau Jayengrono, adalah tokoh orang dekat Sinuhun PB II saat “berkantor” di Ponorogo antara 1738-1745. Ada kajian sejarah yang menyebut, tokoh itu banyak membantu Sinuhun PB II dalam keperluan logistik “perang”, mulai dari mendorong swasembada pangan dan mendukung keperluan “kembali” ke Ibu Kota Kartasura dan pindahan ke Ibu Kota Surakara. (won-i1)