Kali Pertama Dilakukan Kraton Mataram Surakarta
MAGELANG, iMNews.id – Baru pada bulan Ruwah tahun Ehe 1956 atau tahun 2023 ini, Astana Pajimatan Paremono (Paremana-Red) Trojayan yang ada di Desa Paremono, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, secara resmi disadran (diziarahi-Red) utusan dari Kraton Mataram Surakarta. Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Ketua LDA yang memimpin rombongan “Nyadran” atau “Caos Bhekti Tahlil” ke astana pajimatan tokoh leluhur Dinasti Mataram bernama Ki Ageng Paremono itu, Sabtu (18/3) lalu.
Panitia “caos Bhekti Tahlil”, Ruwah Tahun Ehe 1956 atau Sya’ban tahun 1444 Hijriyah yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat termasuk Pakasa Cabang Magelang, memuliakan para leluhur Dinasti Mataram itu dengan berbagai kegiatan yang digelar dalam dua hari, Sabtu dan Minggu (18-19/3) kemarin. Gusti Moeng dan rombongan “Nyadran” di astana pajimatan makam Ki Ageng Paremono yang juga adik kandung Ki Ageng Pemanahan itu, Sabtu (18/3), sehingga menugaskan Gusti Timoer untuk memimpin rombongan “nyadran” ke Astana Pajimatan Khol Pajung, Kabupaten Pamekasan, Madura (Jatim) pada hari yang sama, Sabtu (18/3).

Menjawab pertanyaan iMNews.id kemarin siang, KRAT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Cabang Magelang) selaku unsur panitia penyelenggara sekaligus pelaksana “Caos Bhekti Tahlil Astana Pajimatan Paremono” menyatakan, panitia, pamong wilayah dan desa, berbagai masyarakat khususnya warga dan pengurus Pakasa Cabang Magelang senang sekali dan mengucapkan terima kasih atas kedatangan utusan dari Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng. Menurutnya, baru di tahun 2023 ini “Sadranan Umum Makam Pucanganom; Caos Bhekti Tahlil” dihadiri utusan dari Kraton Surakarta, yang secara kebetulan juga dalam posisi kepengurusan Pakasa Cabang Magelang sudah terbentuk.
Seperti diketahui, di antara warga Kabupaten Magelang terutama masyarakat adat yang merawat makam-makam para leluhur Dinasti Mataram, sudah lama menggelar ritual menyambut bulan “Ruwah” atau “Nyadran” yang khas masing-masing daerah. Di antara para warga itu, sudah ada yang pernah diajak ke Kraton Surakarta di saat berlangsung ritual-ritual besar, seperti Garebeg Mulud. Pada perjalanan kemudian, beberapa di antara masyarakat adat membentuk kepengurusan Pakasa Cabang Magelang, dan KRAT Bagiyono Rumeksonagoro secara definitif dan resmi ditetapkan sebagai ketuanya, pada forum pertemuan Minggu Kliwon di Bangsal Smarakata, beberapa waktu lalu.

Secara terpisah, Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Ketua LDA yang dihubungi iMNews.id terpisah menjelaskan, sudah sejak sebelas tahun lalu dirinya mendengar data tentang informasi Astana Pajimatan Trojayan yang semakin ramai diziarahi dari berbagai wilayah yang luas, tetapi belum lama baru diketahui identitas latarbelakang jatidiri tokoh Ki Ageng Parenomo, yang ternyata adalah adik kandung Ki Ageng Pemanahan. Dan baru pada “nyadran” tahun ini, secara resmi kraton mengagendakan “nyekar” salah seorang “keturunan” Ki Ageng Henis itu, yang dilaksanakan oleh Gusti Moeng sendiri dalam agenda “Caos Bhekti Tahlil” di bula Ruwah, Sabtu (18/3) lalu.
“Sebenarnya sudah sebelas tahun lalu, saya mendengar soal tokoh Ki Ageng Paremono itu, yang ternyata masih adiknya Ki Ageng Pemanahan. Tetapi, secara resmi baru bisa diagendakan kraton untuk disadran pada Ruwah tahun ini. Jadi, saya terpaksa membagi tugas dengan Gusti Timoer yang ke Madura (Sabtu, 18/3). Ini adalah awal yang baik. Karena ternyata yang sumare di Astana Pajimatan Paremono masih leluhur Dinasti Mataram juga. Banyak trah keturunan eyang Paremono, rata-rata intelektual kampus. Banyak yang bergelar doktor,” papar Gusti Moeng saat dimintai penjelasan soal tokoh Ki Ageng Paremono, yang disadran, Sabtu siang (18/3) itu.

Lebih lanjut dikatakan Pengageng Sasana Wilapa/Ketua LDA yang bernama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu, dirinya tidak datang dalam acara seremonial dan berkesempatan menjelaskan hubungan antara kraton dengan tokoh yang bersemayam di situ serta masyarakat adat setempat. Melainkan hanya memanfaatkan bulan Ruwah, menambah agenda “Nyadran” dan memberi sedikit penjelasan saat ada kesempatan memperkenalkan diri, terutama saat diwawancarai awak media setempat, Sabtu siang itu.
Sementara itu, menurut KRAT Bagiyono selaku Ketua Pakasa cabang yang menjadi bagian dari kepanitiaan “Sadranan Umum Makam Pucanganom; Caos Bhekti Tahlil” menambahkan, kegiatan ritual nyadran digelar bersama-sama berbagai elemen di dua titik lokasi makam selama dua hari, Sabtu dan Minggu (18-19/3). Baik di Astana Pajimatan Paremono Trojayan yang ada di Desa Paremono, Kecamatan Mungkid dan kompleks makam RAy Kleting Kuning, RAy Brungut dan makam RAy Pucang di Desa Pucanganom, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, diisi dengan kenduri bersama, doa, dzikir, tahlil dan mengarak beberapa gunungan berisi nasi lauk berbagai makanan ringan, aneka sayur-mayur dan sebagainya. (won-i1)