USW Tamansiswa Jogja Akan Teliti Nilai-Nilai Kapujanggan Kepustakaan Kraton Surakarta

  • Post author:
  • Post published:March 19, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing USW Tamansiswa Jogja Akan Teliti Nilai-Nilai Kapujanggan Kepustakaan Kraton Surakarta
HARUS MEMBUNGKUK : Masih banyak makam leluhur Dinasti Mataram yang "cungkupnya" rendah dan atapnya hanya setinggi 1 meter dari tanah. Putra mahkota KGPH Hangabehi terpaksa membungkuk untuk masuk dan keluar cungkup saat berziarah di kompleks makam Bathara Katong di Ponorogo Jatim, beberapa waktu lalu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Hampir Semua Bangunan di Kraton, Punya Makna Filosofi, Tidak Asal Membangun

SURAKARTA, iMNews.id – Universitas Sarjana Wiyata (USW) yang sering dikenal dengan “Unsarwi” Tamansiswa, Jogja, mengajukan permohonan kepada Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta, untuk melakukan penelitian. Hal-hal yang akan diteliti dan dikaji, adalah kepustakaan abad 18-19 yang berkait kebesaran peradaban Jawa saat revolusi industri terjadi.

Untuk mengawali itu, Dr Ir Iskandar Yasin ST MT CIPM IPM Asean Eng selaku Dekan Fakultas Teknik USW Taman Siswa Jogja mengajukan permohonan kunjungan silaturahmi/audiensi kepada Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA). Kunjungan 6 orang rombongan dari USW itu, tepat di saat kraton menggelar ritual “Malem Selikuran”, Kamis (20/3) besok malam.

“SANGGA BUWANA” : Menara “Panggung Sangga Buwana” yang menjadi cirikhas ikonik Kraton Mataram Surakarta yang memiliki multi fungsi dan makna, tentu bukan asal dibangun. Ada nilai-nilai edukasi yang masuk ranah teknik Kapujanggan” melekat pada bagian struktur bangunan itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Peneliti sejarah yang juga Ketua Lokantara Pusat di Jogja, Dr Purwadi menyebutkan, kunjungan awal menyampaikan rencana penelitian, dilakukan Dr Ir Iskandar Yasin belum lama ini, sekaligus menyampaikan surat permohonan ke kantor Pengageng Sasana Wilapa. Permohonan itu sudah dibalas dengan surat yang ditandatangani Gusti Moeng, yang intinya diizinkan.

Surat izin untuk mengikuti “pisowanan” menjelang berlangsungnya upacara adat hajad-dalem “Malem Selikuran” itu, disebutkan pula harus mematuhi paugeran adat di kraton. Rombongan 6 orang yang hendak bersilaturahmi dan melanjutkan rencananya mengikuti upacara adat, disarankan untuk berkoordinasi dengan KP Puspitodiningrat, staf Kantor Sasana Wilapa.

KONSTRUKSI PENDAPA : Bangunan pendapa khas Jawa yang biasa disebut “joglo”, bila itu ada di kawasan Kraton Mataram Surakarta seperti Pendapa Sasana Mulya, misalnya, pasti ada struktur konstruksi yang sudah diperhitungkan berbagai faktor fisik dan non-fisik yang bisa masuk ranah teknik “Kapujanggan”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Iya, besok malam kami akan ndherek sowan acara Malem Selikuran, sekaligus bersilaturahmi dengan Gusti Moeng sebelum upacara adat dimulai,” ujar Dr Ir Iskandar Yasin saat dimintai konfirmasi iMNews.id, siang tadi. Sebelumnya, Dr Purwadi yang ikut mendampingi ke kraton menyampaikan surat permohonan, juga menjelaskan rencana panjang kerjasama USW dengan kraton.

“Beberapa hari lalu, kami bersama sowan Gusti Moeng untuk menyampaikan surat permohonan silaturahmi yang diagendakan menjelang Malem Selikuran, besok. Dalam audiensi kemarin itu, disampaikan maksud rencana jangka panjang kerja-sama antara USW dengan kraton. Ada rencana USW mendirikan Pusat Studi Teknik Kapujanggan di. Itu tepat sekali,” ujar Dr Purwadi.

TEKNIK KAPUJANGGAN : Peneliti sejarah Dr Purwadi bersama Dr Ir Iskandar Yasin (Dekan FT USW Taman Siswa Jogja), beberapa waktu lalu “sowan” ke kraton dan berdialog dengan Gusti Moeng. USW berencana meneliti koleksi kepustakaan yang berkait dengan nilai-nilai Kapunjanggan semua bangunan di kraton, dalam waktu dekat. (foto : iMNews.id/WDok)

Dalam penjelasan singkat menjawab pertanyaan, disebutkan Dr Ir Iskandar Yasin bahwa Pusat Studi Teknik Kapunjanggan yang akan didirikan di kampusnya, akan meneliti dan mengkaji aset kepustakaan (Sasana Pustaka) di Kraton Mataram Surakarta. Yaitu tentang nilai-nilai bangunan aset kraton karya abad 18-19, yang berkait dengan nilai-nilai “kapujanggan”.

Menurutnya, hampir semua bangunan yang menjadi simbol kebesaran peradaban Jawa (Mataram) di saat terjadi revolusi industri, sangat menarik untuk diteliti dan dikaji nilainya terutama dari sisi kapujanggan. Karena, pada saat itu banyak dibangun pabrik-pabrik besar (oleh Kraton Mataram Surakarta), terutama untuk industri gula tebu di Pulau Jawa, abad 18-19.

TAK DIKAJI : Keberadaan sebuah patung “pahlawan berpistol” di perempatan Gladag tengah Kota Surakarta ini, mungkin “tak pernah” melalui kajian nilai-nilai “Kapujanggan”. Sehingga, ketika dicermati ada kesan kurang menghargai harkat dan martabat leluhurnya sendiri yang nota-bene “wong Jawa” dan kerabat kraton. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Berdasar fakta adanya nilai-nilai “kapujanggan” di setiap bangunan abad 18-19 itu, berbagai bangunan infrastruktur yang berkait dengan kraton menarik untuk diteliti dan dikaji. Misalnya teknik metalurginya, konstruksi dan hal-hal lain yang muncul kuat saat itu. Dan kerjasama yang akan dijalin dengan kraton, untuk melihat kekayaan itu di perpustakaan kraton.

Berkait dengan rencana USW, Dr Purwadi pernah menjelaskan karyanya berjudul “Ensiklopedi Pabrik Gula Nasional”, di sela-sela berlangsungnya ritual khol wafat Sultan Agung, 8 Agustus 2024. Dia menyebut ada 159 pabrik gula (PG) yang dibangun dengan biaya Kraton Mataram Surakarta. Meskipun pabrik, nilai-nilai “kapujanggan” melekat di setiap struktur bangunannya. (won-i1)