Gusti Moeng Minta Tolong Ketua Pakasa Kudus untuk Meneliti Sebuah Makam di Gunung Muria

  • Post author:
  • Post published:March 8, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:9 mins read
You are currently viewing Gusti Moeng Minta Tolong Ketua Pakasa Kudus untuk Meneliti Sebuah Makam di Gunung Muria
PINTU MASUK : Dua dari tiga santri Majlis Taklim yang diutus melakukan ekspedisi oleh KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus), sebelum hujan deras sempat berfoto di puncak tangga depan pintu masuk petilasan Gajah Mada di puncak Rahtawu Gunung Muria, Kabupaten Kudus, Kamis malam Jumat (6/2). (foto : iMNews.id/Dok)

Ada 116 Petilasan, Hampir Semuanya Memakai Nama-nama dari Khasanah Seni Pewayangan

KUDUS, iMNews.id – Ketua pengurus Pakasa Cabang Kudus mengirim utusan satu tim ekspedisi untuk melakukan surve di puncak Sangalikur (29) Gunung Muria, di lokasi Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Kamis malam (6/3) hingga Jumat siang (7/3). Surve dimaksud untuk melihat dari dekat letak dan suasana lokasi yang disebut makam Begawan Mintaraga.

“Iya. Saya sedang mengutus dua santri untuk naik ke puncak Sangalikur Gunung Muria. Untuk melihat letak dan suasana lokasi makam Begawan Mintaraga. Ini untuk memenuhi permintaan Gusti Moeng, yang mengirim foto gapura mirip keraton di  puncak Gunung Muria ke saya. Foto itu disebut Gusti Moeng kiriman orang lain, yang melukiskan tampak depan makam”.

“Kalau tidak dalam suasana musim hujan, saya pasti berangkat ke sana. Karena, ya pengin lihat lagi setelah lebih 20 tahun. Di tahun 1983-1986, saya berziarah sampai ke tempat pertapaan Abiyasa, Sakri, puncak Sangalikur dan Jonggring Saloka. Terakhir saya ke sana antara 2015-2018, hanya ziarah ke Wukir Rahtawu dan Sakri,” ujar KRRA Panembahan Didik.

Ketua Pakasa Cabang Kudus yang bernama lengkap KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro itu, sejak Kamis malam (6/3) melakukan percakapan dengan iMNews.id. Saat itu, diakui habis melepas keberangkatan tiga santrinya menuju puncak Gunung Muria. Dari kediamannya di Desa Singocandi, Kecamatan Kota, jarak tempuh menuju Gunung Muria sekitar 21 KM.

SEMPAT BERZIARAH : Para santri tim ekspedisi yang diutus KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus), sempat berdoa saat berziarah di petilasan Gajah Mada di puncak Rahtawu Gunung Muria, Kabupaten Kudus, Kamis malam Jumat (6/2). (foto : iMNews.id/Dok)

Dari kediaman di Desa Singocandi itu, di tim ekspedisi tiga orang berangkat, dalam suasana mendung sekitar pukul 22.00 WIB itu. Sampai di kediaman Tris (65), mantan Kades Rahtawu, sekitar pukul 24.00 WIB hujan turun deras sekali. Rekaman video suasana hujan deras dengan aliran air deras di puncak Muria, beberapa hari sebelumnya, pernah dikirim ke iMNews.id.

“Sampai di pos parkir pertama, belum seberapa ketinggian pendakiannya. Untuk sampai ke puncak Sangalikur, saya dulu harus berjalan dengan bergelantungan pada akar pohon. Karena tidak ada jalan setapak. Tetapi, selama saya belum menengok ke sana lagi, sudah ada pembangunan besar-besaran. Jalan menuju puncak dibangun, sebagai sarana pendukung destinasi wisata”.

“Tetapi, perjalanan ekspedisi kemarin itu tidak bisa leluasa. Selain hujan deras, hawa dingin, suasananya gelap-gulita di luar ruang. Apa lagi di jalan, yang menuju ke mana saja. Mau mengambil foto dan video bangunan-bangunan yang kami pesan, harus disorot dengan senter dulu. Hasilnya jelas kurang baik, karena terganggu curah hujan,” sebut KRRA Panembahan Didik.

Tim ekspedisi terdiri RT Masrukin, RT Abdul Jalal dan seorang temannya yang berdinas di kepolisian, dikabarkan menginap semalam di puncak. Paginya setelah suasana dalam keadaan cerah, kembali mendatangi lokasi yang disebut “makam” Begawan Mintaraga. Bahkan, sejumlah lokasi yang disebut “situs” di situ termasuk petilasan Gajah Mada, juga difoto dan divideo.

BERSAMA GURUNYA : Para siswa MA Nava Petekehan, Kecamatan Tahunan, Jepara yang sudah berbusana adat, bersama guru pembimbingnya, Sutrisno mendapat giliran pada sesi pemotretan di Padepokan Jodlo Hadipuran yang juga Sanggar Loka Budaya dan sekretariat Pakasa Cabang Jepara,di awal Ramadhan, Sabtu (1/3). (foto : iMNews.id/Dok)

Semua hasil ekspedisi termasuk foto-foto dan video lokasi yang dipesan pengambilan Kamis malam (6/2) sampai Jumat siang (7/2), langsung dikirim kepada Gusti Moeng, kemarin. Selain itu, KRRA Panembahan Didik Singonagoro juga menambahkan, informasi yang didapat menyebutkan, Kudus memiliki 116 petilasan yang ada di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog saja.

Dari sejumlah itu, baru 68 yang dikaji unsur kesejarahan keberadaannya dan sisanya belum pernah diteliti hingga kini. Tempat-tempat favorit yang sering diziarahi, yaitu petilasan Wisanggeni, Baru Klinthing, Abiyasa, puncak Sangalikur, Anoman pertapaan Sakri dan Jonggring Saloka yang semakin gencar dipromosikan Disbudpar Kudus sebagai destinasi wisata.

Sementara itu di tempat terpisah, Dr Purwadi, peneliti sejarah yang menghasilkan kajian dalam lebih 100 judul buku juga mengaku pernah meneliti situs-situs di Gunung Muria. Ada dua judul tulisan di blog pribadinya yang menyebut, bahwa Gunung Muria yang tingginya 1594 meter sudah dikenal sejak zaman Kraton Demak, serta tempat favorit sejak zaman Kraton Majapahit.

“Sunan Kudus sebagai Khatib Masjid Agung Demak, meminta Raden Patah untuk bermeditasi di puncak Saptaharga Gunung Muria, sebelum bertahta sebagai Raja Kraton Demak pada tahun 1478. Setelah itu, setiap calon raja yang akan bertahta di Kraton Demak, bahkan Kraton Pajang, punya tradisi bermeditasi ke situ, seperti menjadi syarat untuk bertahta,” ujar Dr Purwadi.

BERSAMA TUAN RUMAH : Sesi pemotretan untuk kegiatan Year Book di akhir tahun Ajaran 2024/2025, juga dilakukan para siswa MA Nava Petekehan, Kecamatan Tahunan, Jepara dengan istri tuan rumah, KMT Susanti Purwohadiningrum. Istri Ketua Pakasa Cabang Jepara ini pula yang ikut mengedukasi cara berbusana adat untuk para siswi itu. (foto : iMNews.id/Dok)

Kalau Pakasa Cabang Kudus sempat menjalankan tugas di sela-sela ramadhan memenuhi pesanan Gusti Moeng selaku Pangarsa LDA, berbeda dengan Pakasa Cabang Jepara. Padepokan Joglo Hadipuran di Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan yang menjadi sekretariat Pakasa Jepara sekaligus kediaman keluarga KP Bambang S Adiningrat (Ketua cabang), jadi ajang edukasi busana adat.

Sabtu (1/3) awal puasa lalu, Sanggar Loka Budaya itu kedatangan tamu seratusan pelajar MA Nava Petekehan, Kecamatan Tahunan, Jepara yang dipimpin Sutrisno, guru sekolah. Mereka diterima KMT Susanti (istri tuan rumah) dan diedukasi mengenakan busana adat Jawa, yang sekaligus pengambilan foto untuk mengisi kegiatan Year Book akhir tahun ajaran 2024/2025. (won-i1)