FBSB Gelar Sarasehan Budaya, Gusti Moeng Presentasikan Tari Bedaya Ketawang

  • Post author:
  • Post published:August 26, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:3 mins read
You are currently viewing FBSB Gelar Sarasehan Budaya, Gusti Moeng Presentasikan Tari Bedaya Ketawang
FORUM SARASEHAN : Gusti Moeng tampak hadir di antara deretan para narasumber/pembicara di forum Sarasehan Budaya yang digelar FBSB UNY di aula fakultas kampus setempat, Jumat siang (25/8/2023). Koreografer yang juga Pengageng Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta itu berbicara tentang tari Bedaya Ketawang di forum itu. (foto : iMNews.id/dok)

Simbol “Perjanjian” Antara Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kencanasari

JOGJA, iMNews.id – Fakultas Bahasa Seni dan Budaya (FBSB) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Menggelar Sarasehan Budaya di aula kampusnya, Jumat siang (25/8) dengan menghadirkan Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat), KRT Widyo Winoto (Kraton Jogja) dan Prof Dr Suminto (FBSB) selaku narasumber/pembicaranya. Selaku koreografer sekaligus Pengageng Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta, Gusti Moeng mempresentasikan tentang pusaka-dalem tari Bedaya Ketawang yang menjadi simbol “perjanjian” antara Panembahasan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kencanasari.

Menurut Dr Purwadi sebagai salah seorang intelektual kampus di situ yang juga peserta sarasehan menyebutkan, peserta sarasehan yang berada di ruang aula itu 350-an, yang di antaranya harus duduk lesehan di lantai karena kursi yang disediakan hanya sekitar 250-an. Informasi yang didapat dari panitia disebutkan, itu saja sudah dibatasi karena yang ingin mendaftar menjadi peserta bisa ribuan orang dari kalangan sejumlah kampus di Jogja, maupun masyarakat di luar kampus.

GLADEN “GABUNGAN” : Arti penting tarian sakral Bedaya Ketawang yang dipresentasikan di forum Sarasehan Budaya yang digelar FBSB UNY, Jumat siang (25/8/2023), jelas bukan termasuk peristiwa gladen “gabungan” antara penari sanggar beksa dengan penari yang “berasal” dari Jogja, pada Anggara Kasih (22/8/203) lalu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tari Bedaya Ketawang, sepanjang perjalanan sejarah selalu menarik perhatian publik terutama dari luar Kraton Mataram Surakarta, mengingat tarian klasik yang sakral ini hanya satu-satunya dimiliki Kraton Mataram Surakarta dan tidak ada di tempat lain. Terlebih, tarian yang diperagakan oleh 9 penari, sesuai jumlah baku penari jenis “bedayan”, merupakan simbol bahkan menjadi representasi perjanjian antara tokoh pendiri Mataram yaitu Panembahan Senapati dengan penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kencanasari.

Di sisi lain, kehadiran Gusti Moeng di forum Sarasehan Budaya FBSB UNY bisa dipandang punya beberapa misi, selain ungkapan pengalaman pribadi langsung Gusti Moeng sebagai tokoh pelaku adat, seni dan budaya di internal Kraton Mataram Surakarta. Salah satu misi itu adalah menjelaskan arti penting tari Bedaya Ketawang dan kesempatan gladen pada weton Anggara Kasih bagi kraton di forum sarasehan, mengingat saat berlangsung ritual tingalan jumenengan beberapa waktu lalu (iMNews.id, 16/2/2023), konon penarinya didatangkan Bedaya Ketawang dari Jogja dan hanya dipersiapkan di sebuah garasi mobil. (won-i1).