Amangkurat Mas Tokoh yang Mempersingkat Jarak Kekerabatan Mataram dan Leluhur Kediri (Seri 1 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:January 19, 2025
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Amangkurat Mas Tokoh yang Mempersingkat Jarak Kekerabatan Mataram dan Leluhur Kediri (Seri 1 – bersambung)
TAK KELIHATAN : Secara fisik, wajah bangunan depan Kraton Mataram Surakarta ini memang sama sekali tidak kelihatan sedikitpun mewarisi gaya arsitektur atau simbol-simbol kebesaran Kraton Kediri (abad 12). Tetapi, dalam beberapa kepemimpinan Raja Mataram dari Kartasura hingga Surakarta, punya simbol kekagumannya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Heboh Silang-Pendapat Soal Makamnya, Positif untuk Menggugah Kesadaran Publik

IMNEWS.ID – BELUM LAMA ini, di dunia maya kembali muncul perbincangan hangat karena terjadi silang-pendapat yang membahas soal lokasi makam Raja ke-6 Kraton Mataram. Nama tokoh itu adalah Sinuhun Amangkurat Mas (Emas-Red) atau III yang jumeneng nata di kraton yang ber-Ibu Kota di Kartasura (1703-1705), yang dikabarkan bermakam di Jawa (Indonesia) dan Srilanka.

Perbincangan yang bernada silang-pendapat bahkan pro-kontra itu, di satu sisi memang menggugah kembali ingatan publik  untuk menindaklanjuti bahasannya dengan pendapat masing-masing. Tetapi di sisi lain, perbincangan itu bisa menghiasi ruang publik khususnya dunia maya, yang mengarah pada tergugahnya kesadaran untuk mengenal dan mempelajarinya.

Efek kedua atau sisi lain ini yang patut dipahami karena memiliki arah positif bagi publik lebih luas lagi, bahkan lintas generasi. Atau, publik di luar mereka yang memiliki dan ingin selalu menanamkan kebencian mengenai sosok tokoh Sinuhun Amangkurat Mas. Hingga, sering “mencemooh” atau “ngenyek” soal kekurangan kondisi fisik “Sang Raja Mataram itu.

TERI KILAPAWARNA : Sendratari Kilapawarna karya Sinuhun PB IV yang sedang digelar Gusti Moeng dalam sebuah acara besar di kraton sebelum 2017 ini, adalah salah satu simbol kekaguman Kraton Mataram Surakarta terhadap kebesaran leluhurnya Kraton Kediri (abad 12). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Itu semua adalah sebuah konsekuensi perkembangan sejarah peradaban, yang harus terus berjalan melalui ruang zaman dan waktu sangat panjang. Terlebih karena melalui zaman yang sama sekali tidak ramah dengan sejarah masa lalu nenek-moyangnya sendiri, yaitu di zaman republik. Sebuah zaman yang selalu punya gelagat ingin menghapus asal-usul dan masa lalunya.

Kini, perkembangan situasi sudah mengarah lebih sederhana atau mengecil radius persoalannya, karena anggapan Sinuhun Amangkurat Mas dimakamkan di Srilanka, tepatnya di Jawatte Kota Colombo, sudah patah atau nihil. Karena, atas bantuan Cerrier Didik Camboa (20), informasi soal makam itu “diinvestigasi” dan hasilnya nihil alias memang tidak ada.

“Karena informasi dari berbagai sumber itu menunjuk di Jawatte Kota Colombo ada makam Raja Jawa Amangkurat III, maka saya datang ke sana untuk membuktikan (iMNews.id, 16/1). Dan hasilnya memang nihil, karena makam tokoh yang dimaksud tidak ada di sana. Saya bertanya mencari tahun dari sejarawan dan salah satu buku karyanya, memang tidak ada,” ujar Cerrier tandas.

DEWA KATONG : Sekotak wayang bernama KK Dewa Katong peninggalan zaman Sinuhun Amangkurat Mas (1703-1705) di Kartasura, adalah koleksi pusaka Kraton Mataram Surakarta yang dilengkapi pada zaman Sinuhun PB IV (1788-1820). Wayang Panji atau Wayang Gedhog itu, adalah wujud kekaguman terhadap leluhur Kraton Kediri. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Putri KRRA Panembahan Alap-alap Gilingwesi Singonagoro atau anak ke-4 Ketua Pakasa Cabang Kudus yang sempat beberapa kali dihubungi iMNews.id itu, menjadi relawan untuk mendatangi sebuah Jawatte (makam) di Kota Colombo, Ibu Kota Srilanka itu, belum lama ini. Di sela-sela hari kerjanya di sebuah kantor perwakilan pemasaran produk kosmetik, ia melakukan pelacakan.

Duta kosmetik produk Indonesia yang ditugaskan di kantor perwakilan di Kota Colombo itu, berhasil merekam semua isi prasasti yang membentang di sepanjang tembok pagar makam para tokoh penting dunia dari luar Srilankan itu, Rabu (15/1). Ia menegaskan, tidak mendapati nama Amangkurat III tertulis dalam prasasti atau jenasahnya dimakamkan di situ.

Informasi itu semakin mengerucut karena ada perkembangan dengan munculnya pernyataan M Yusuf Wibisono, juru-kunci Astana Pajimatan Setono, Desa Gedhong, Kota Kediri (Jatim) di sebuah media mainstream di Jatim, Minggu (15/1/2023). Informasi yang sudah muncul sekitar setahun lalu, pasti akan merubah cara pandang tentang keberadaan lokasi makam yang simpang-siur.

SRI MAKURUNG : Sekotak wayang Gedhog KK Dewa Katong, banyak mengambil cerita Kraton Kediri hingga Pajang, dan salah satu tokohnya adalah Sri Makurung Handayaningrat, Bupati Pengging seperti diperlihatkan Gusti Moeng. Tokoh itu adalah menantu Prabu Brawijaya V yang juga kakak ipar Bathara Katong, Bupati Ponorogo yang pertama. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Soal keberadaan lokasi makam yang simpang-siur dan berkembang menjadi silang-pendapat bahkan pro-kontra publik dalam beberapa generasi, bila dianalisis lebih lanjut memang terkesan seperti diharapkan oleh pihak-pihak tertentu. Yaitu agar selamanya menjadi simpang-siur dan pro-kontra lokasi makamnya, juga menjadi tokoh kontroversial yang tercampakkan.

“Jadi, kalau figur ketokohan Sinuhun Amangkurat Mas ini terkesan serba tidak jelas, karena memang ada pihak-pihak yang menghendaki. Apalagi, sering menyebut namanya dengan kesan mencemooh atau ‘ngenyek’, karena Sinuhun Amangkurat punya kekurangan fisik. Itu adalah cara yang tidak baik dalam mengedukasi bangsa ini. Bagaimanapun, beliau adalah Raja”.

“Kalau ada keluarga besar tidak menghormati atau bahkan ‘ngenyek’, lalu bagaimana orang lain? Cara-cara mendegradasi kewibawaan dan kehormatan seperti itu harus segera dihentikan. Itu sangat merugikan Dinasti Mataram. Sangat tidak etis. Apalagi, ternyata sosok Amangkurat Mas adalah tokoh yang mempersingkat hubungan Kediri dengan Mataram,” ujar Dr Purwadi.

WAYANG BEBER : Kebesaran Kraton Kediri di abad 12, teraktualkan oleh tampilnya Amangkurat Mas sebagai Raja ke-6 Kraton Mataram. Kebesaran Kediri, sampai terwujud dalam karya seni wayang beber yang digeluti wanita pelukis Hermin Istiariningsih (70), istri (Sutrisno (alm) yang tinggal di Wonosaren, Jagalan, Jebres itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Penjelasan peneliti sejarah dari Lokantara Pusat di Jogja yang banyak melakukan kajian sejarah khusus Mataram itu, berharap agar silang-pendapat dan konstroversi soal lokasi makam dan figur tokoh Sinuhun Amangkurat Mas, segera berakhir. Terutama dengan munculnya berbagai alasan dan penjelasan mengenai hal-hal yang diperdebatkan, karena itu adalah jebakan.

Dr Purwadi membenarkan adanya perdebatan tentang Sinuhun Amangkurat dan lokasi makamnya yang seakan terus terjadi tanpa ada ujungnya. Tidak disadari, cara itu merupakan jebakan agar generasi bangsa ini terus-menerus membenci dan mencampakkan Mataram, karya-karya dan para tokohnya. Karena faktanya, republik ini belum bisa menandingi kebesaran Mataram, hingga kini.

Hal lain yang perlu dicermati, upaya mendegradasi para tokoh Mataram terutama Sinuhun Amangkurat Mas, menjadi peluang besar Mataram dilegitimasi. Akibat keluarga besar masyarakat adat mendiskreditkannya, berbagai isu negatif “digoreng” dan dikembangkan yang membuat kalangan “religi dan republikan” di lingkungan makam Desa Gedhong, Kediri, tidak menyukainya. (Won Poerwono – bersambung/i1)