Terlalu Berisiko Mengerahkan 93 Dhadhak-Merak Sebagai Simbol Usia Pakasa
SURAKARTA, iMNews.id – Kraton Mataram Surakarta akan mengerahkan “full team” 9 bregada prajurit yang berkekuatan sekitar 90 perseonel, untuk memandu kirab peserta Festival Seni Budaya Kraton Nusantara (FSBKN) di Surakarta, 14-15 Desember. Kirab yang melibatkan semua potensi seni budaya Pakasa cabang itu, juga menandai puncak peringatan HUT ke-93 Pakasa.
Hingga hari ini, belum ada susunan acara yang resmi diterbitkan pengurus DPP Majlis Adat Kraton Nusanatara (MAKN) yang diketuai KPH Edy Wirabhumi sekaligus Pangarsa pengurus Pakasa Punjer, baik untuk FSBKN tahun 2024 maupun puncak peringatan HUT ke-93 Pakasa tahun 2024 yang dipusatkan di lingkungan Kraton Mataram Surakarta.
Walau ada dua event yang dikolaborasikan penyelenggaraan dan pelaksanaannya dari dua lembaga yang berbeda, tetapi kepanitiannya ada di satu sumber yaitu semua elemen yang ada di jajaran Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta. Tetapi asal-mulanya, peringatan HUT ke-93 Pakasa adalah event terpisah dari event FSBKN pindahan dari Pemkab Ende.
“Untuk sementara, dhawuh yang saya terima berkait tugas saya mempersiapkan para prajurit untuk kirab, full team. Kalau semua anggota yang ada, ya 90-an. Rutenya, informasi sementara yang kami terima start di Kadipaten (Pura) Mangkunegaran dan finish di Alun-alun Lor dan Pendapa Pagelaran Sasanasumewa,” ujar KRT Darpa Arwantadipuro.
Abdi-dalem penanggungjawab prajurit yang dimintai konfirmasi iMNews.id siang tadi lebih lanjut menyebutkan, soal susunan acara selengkapnya ada petugas yang menangani secara khusus, yaitu KRMH Suryo Kusumo Wibowo untuk puncak peringatan HUT ke-93 Pakasa dan Ika Puspowinahyu untuk FSBKN. Pendaftaran peserta kirab dan pentas seni, terpisah di dua figur itu.
Sembilan bregada prajurit dari belasan bregada yang pernah dimiliki Kraton Mataram Surakarta itu, di antaranya Bregada Prajurit Tamtama beserta Prajurit Korsik Drumband, Bregada Prajurit Darapati, Prajurit Sarageni, Prajurit Jayengastra dan Bregada Prajurit Baki. Itu belum termasuk Prajurit Panyutra dan sebelumnya adan Prajurit Singanagara dan Jayataka.
Sembilan bregada prajurit kraton ini akan dilengkapi dengan Bregada Prajurit Nguntara Praja dan Korsik Drumband Prajurit Sura Praja yang dikerahkan Pakasa Cabang Jepara. Karena KP Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara) sudah siap mengirim kontingen berkekuatan 250-an orang, yang sebagian besar diisi personel dua bregada prajurit itu.
Dari barisan prajurit kraton yang disambung dua bregada prajurit Pakasa Cabang Jepara itu, sudah pasti akan menampilkan warna-warni dan keragaman seni budaya walau sumbernya satu, yaitu Budaya Jawa yang lahir dari Kraton Mataram Surakarta. Apalagi, ketiga dirangkai dengan warna-warni kontingan dari kraton se-Nusantara anggota MAKN yang jumlahnya 50-an.
Belum lagi, pernyataan KRT Suyono Sasatroredjo (Ketua Harian Pakasa Cabang Ngawi) dan KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) yang akan menurunkan barisan warga Pakasa dan sedikitnya 20 unit Dhadhak-Merak seni reog Ponorogo. Dua cabang Pakasa itu, masing-masing akan membawa 150-an warga Pakasa yang akan mengisi barisan kirab.
Selain barisan warga Pakasa dari berbagai daerah yang mengenakan busana adat baku “Jawi-jangkep”, KRMH Suryo Kusumo Wibowo menyebutkan tiap cabang Pakasa diminta menyertakan barisan warga yang mengenakan busana adat Jawa yang sudah diadaptasi di masing-masing daerah. Misalnya, kostum khas “Panaragan” yang sudah wajib dikenakan setiap warga Ponorogo.
Pakasa Cabang Trenggalek (Jatim), tetangga dekat Pakasa Ponorogo, juga sudah mengisyaratkan akan mengirim barisan warga dan unit kesenian Jaran Pegon 100-an orang. Pakasa cabang yang dipuji Dr Purwadi karena kebanyakan anggotanya usia muda dan semangat “militansinya” tinggi itu, akan ikut mewarnai ragam kebhinekaan kirab budaya FSBKN dan HUT ke-93 Pakasa.
“Jadi, formasi barisan kirab dari keluarga besar Pakasa, tiap kontingen cabang terdiri dari barisan warga berbusana Jawi Jangkep. Di belakangnya yang mengenakan kostum kesenian atau busana adat khas setempat. Di situ, termasuk jenis kesenian khas Pakasa setempat, yang bisa ditampilkan sambil jalan (mobile-Red),” ujar KRMH Suryo yang juga “korlap” kirab.
Dari Pakasa Cabang Kudus, KRA Panembahan Didik Gilingwesi (Ketua Pakasa Kudus) menjelaskan, kemungkinan cabangnya bisa mengirim kontingen sekitar 40-an orang, karena hampir semua warganya adalah pekerja pabrik/perusahaan yang di hari Sabtu masih menjadi hari kerja. Jumlah itu dipastikan tidak termasuk unit kesenian tradisional atau berbusana khas setempat.
“Ya mohon dimaklumi. Karena, kebanyakan warga masyarakat Kudus itu karyawan pabrik/perusahaan. Termasuk warga Pakasa cabang Kudus, ya demikian adanya. Kesenian daerah, jauh sebelum ikut Pakasa, saya pernah punya. Tetapi kini sudah habis. Semua memilih bekerja di pabrik/perusahaan. Sebab itu, hari Sabtu (14/12), masih hari kerja. Yang ikut sedikit”.
“Kalau soal tugas pawang hujan yang juga diberikan kepada saya, sebenarnya bisa, kalau ada alatnya. Yaitu keris pamor singkir dengan warangka Kiai Bledheg. Dan itu bisa dilakukan orang lain. Tetapi kebetulan, keris yang saya pinjam kemarin, akan digunakan sendiri pemiliknya untuk mantu, Sabtu, (14/12). Itu yang bikin saya mikir,” ujar KRA Panembahan.
Soal hujan, adalah kendala besar yang harus dihadapi semua yang terlibat dalam pelaksanaan FSBKN maupun kirab budaya puncak peringatan HUT ke-93 Pakasa. Meskipun, sudah ada penugasan kepada beberapa Pakasa cabang yaitu, Ponorogo, Ngawi, Madiun dan Kudus untuk mengantisipasi bila hujan akan turun, karena kirab dijadwalkan berlangsung sore, Sabtu (14/12).
Persoalan tugas menyediakan pawang hujan itu, sebenarnya tidak menjadi serius bagi beberapa pengurus Pakasa cabang yang ditunjuk. Tetapi, khusus bagi Pakasa Cabang Ngawi dan Pakasa Cabang Ponorogo yang ditugasi menampilkan 93 unit Dhadhak-Merak, sudah merevisi kesanggupan awalnya dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi umum, di antaranya musim penghujan.
“Sebetulnya, warga Pakasa Ngawi dan Ponorogo bisa mengeluarkan 93 unit Dhadhak-Merak itu. Tetapi, cuaca di awal musim penghujan ini yang dikhawatirkan. Karena itu, kami dua cabang Pakasa hanya akan membawa sekitar 20 Dhadhak-Merak saja. Tetapi, khusus Pakasa Ngawi, akan menyertakan sekitar 200 warga, termasuk penari Jaranan dan Jathilan 45 orang”.
“Itu saja, harus didukung dengan 10-15 unit angkutan bus, truk dan pik-up. Kalau jadi 93 unit reog, tinggal dikalikan saja,” ujar KRT Suyono Sastroredjo. Ketika disinggung jumlah biaya yang kemungkinan dikeluarkan jika mengangkut 93 unit reog dan para seniman pemainnya, Ketua SAR “Eling Pepadaning Jejalma” (Elpeje) Ngawi itu tidak mau menjawab.
Sementara itu, KP MN Gendut Wreksodiningrat yang dihubungi iMNews.id secara terpisah kemarin, mengisyaratkan untuk memperkuat rencana mengirim kontingen, di antaranya sekitar 20 unit reog itu. Selain itu, cabang Pakasa Ponorogo yang diketuainya, juga mengirim ratusan personel berbusana Jawi-jangkep, “Panaragan” dan elemen Putri Narpa Wandawa.
Hingga saat ini, sejumlah cabang lain belum ada informasi tentang jumlah kontingen dan ragam pengisinya. Tetapi Pakasa Cabang Magelang, Pati, Nganjuk, Pangeran Timur Madiun, Malang Raya, wilayah Banyumas, Kedu, wilayah pantura dan wilayah eks Karesidenan Surakarta, pasti juga sudah bersiap-siap. Mereka rela menunda wilujengan HUT Pakasa di daerahnya. (won-i1)