
Nyadran di Makam Ki Ageng Henis, Sri Makurung Handayayaningrat dan Pujangga Jasadipoera
SURAKARTA, iMNews.id – Hari pertama nyadran di bulan Ruwah Tahun Je 1958 yang dilakukan Kraton Mataram Surakarta, jatuh pada Minggu, 2 Februari 2025 mulai pagi hingga sore tadi. Ada seratusan peziarah terdiri dari rombongan yang dipimpin Gusti Moeng dan warga Pakasa cabang terutama dari Kabupaten Boyolali, hadir di hari pertama ritual “Tour de Ruwah” tadi.
Lokasi pertama makam yang diziarahi masyarakat adat Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng di hari pertama agenda nyadran, adalah kompleks Astana Pajimatan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Di kompleks makam itu, bersemayam begitu banyak tokoh penting bagi Mataram Surakarta, terutama Ki Ageng Henis yang menurunkan langsung Raja-raja Mataram.
“Ini kebetulan karena lokasinya paling dekat dengan kraton, karena di dalam Kota Surakarta. Makam Ki Ageng Henis kami agendakan menjadi lokasi pertama yang kami sadran di hari pertama Ruwah, karena beliau adalah tokoh sangat penting bagi Mataram. Eyang Ki Ageng Henis, adalah tokoh yang menurunkan langsung Raja-raja Mataram mulai Panembahan Senapati”.

“Karena, Ki Ageng Henis menurunkan Ki Ageng Pemanahan. Kemudian dari situ menurunkan Panembahan Senapati sebagai pendiri Dinasti Mataram sekaligus Raja pertama Kraton Mataram. Soal awal nyadran diambil tanggal 2 Ruwah, (Minggu) hari ini, karena tanggal 1 Ruwah jatuh hari Sabtu (1/2). Hari Sabtu bagi kraton adalah pantangan ke makam,” ujar Gusti Moeng.
Sambil menunggu selesainya doa dan tahlil di masjid kompleks makam Astana Pajimatan Laweyan, Pengageng Sasana Wilapa-Pangarsa LDA itu sempat diwawancari beberapa awak media. Gusti Moeng menjelaskan soal agenda ritual nyadran di bulan Ruwah tahun ini, terutama tentang alasan selalu dipilihnya makam Ki Ageng Henis menjadi yang pertama yang diziarahi.
Di makam Ki Ageng Henis, ziarah juga dihadiri warga Pakasa dari daerah terdekat, Kabupaten Klaten dan Boyolali. Ritual nyadran dimulai pukul 08.30 WIB, diawali doa dan tahlil yang dipimpin abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro. Beberapa sentana jajaran “Bebadan Kabinet 2004” dan KPH Edy Wirabhumi, tampak mengikuti doa dan tahlil.

Hari pertama agenda ritual nyadran “Tour de Ruwah” yang dilakukan Kraton Mataram Surakarta pimpinan Gusti Moeng, pagi tadi, tampak ada pemandangan istimewa. Karena, selama doa dan tahlil berlangsung di masjid astana pajimatan, di pendapa “tenggan” hadir KGPH Puger dan KGPH Madu Kusumonagoro di antara abdi-dalem wanita yang bersama Gusti Moeng menunggu.
Dua tokoh sekandung dengan Gusti Moeng yang lahir dari ibu Kanjeng Ratu Ageng Pradapaningrum itu, lama pasif atau “menghilang”, terutama antara April 2017 hingga Desmber 2022. Dua lelaki kakak kandung itu, sebenarnya bisa banyak membantu kerepotan Gusti Moeng saat “berjuang” di luar kraton, terutama untuk “menyelamatkan” kraton dari kehancuran.
KGPH Puger pernah menjabat Pengageng Sasana Pustaka dan Pengageng Kusuma Wandawa, tetapi “menghilang” sejak 2017. KGPH Madu Kusumanagoro juga begitu, tetapi putrinya bernama BRAy Arum, selama ini banyak membantu Gusti Moeng. Ada lima lelaki saudara kandung Gusti Moeng, tetapi KGPH Kusuma Yuda wafat paling dulu, yang tertua Sinuhun PB XIII “asyik di jalannya sendiri”.

Selain dua lelaki saudara kandung yang ikut nyadran di makam Ki Ageng Henis, tampak juga GKR Ayu Koes Indriyah atau bungsu dari 10 bersaudara yang lahir dari Kanjeng Ratu Ageng Pradapaningrum. Adik Gusti Moeng yang akrab disapa Gusti Ayu itu, datang bersama anaknya semata wayang, BRM Syailendra yang beberapa kali tampil di serial sinetron di TV swasta.
Wayah-dalem atau generasi ketiga Sinuhun PB XII lainnya yang kelihatan sejak di Astana Pajimatan Laweyan itu, adalah KRMH Suryo Manikmoyo yang tak lain adalah anak semata mayang GKR Sekar Kencono, kakak Gusti Moeng. Sedangkan KGPH Puger didampingi KRMH Suryo Kusumo Wibowo, tetapi dua anak lelaki lain di antaranya BRM Suryo Triyono tidak kelihatan.
Nyadran di kompleks makam Ki Ageng Henis, sebenarnya termasuk menziarahi makam KRMH Suryo Harbanu, anak bungsu GKR Retno Dumilah (almh), kakak kandung Gusti Moeng yang juga sudah mendahului. Namun, KRMH Herjuno kakak kandung almarhum KRMH Suryo Harbanu pagi tadi juga tidak kelihatan ikut nyadran, sementara KPH Raditya Lintang Sasangka bersama istri hadir.

Di makam itu, Gusti Moeng menunjukkan kepada beberapa rombongan yang mengikutinya ziarah, mengenai nisan tokoh bernama Nyai Sewakul. Tokoh ini adalah wanita kaya-raya yang mendukung permaisuri Kanjeng Ratu Beruk, untuk mencukupi kebutuhan Sinuhun PB III (1749-1788) saat menuntaskan bangunan infrastruktur kraton yang ditinggal wafat Sinuhun PB II (1727-1749).
“Perannya perlu diungkap. Agar masyarakat peradaban sekarang ini tahu, bahwa peran perempuan penting dan besar sekali di balik sukses setiap tokoh Raja Mataram. Mulai dari Panembahan Senapati mendirikan Kraton Mataram dan Dinasti mataram, hingga Mataram Surakarta, banyak sekali andil para tokoh perempuan, terutama prameswari Raja,” ungkap Dr Purwadi.
Peneliti sejarah dari Lokantara Pusat di Jogja itu, juga hadir saat ziarah di lokasi pertama, kompleks makam Ki Ageng Henis. Dari makam Sri Makurung Handayaningrat, Malangan, Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Gusti Moeng dan rombongan berziarah ke makam Pujangga Kyai Jasadipoera dan keluarga besar, makam Padmanagara dan petilasan Kebo Kenongo dan makam keluarga. (won-i1)