Karena Ikut Senang dan Bersyukur Setelah Mendengar “Terompet Mbah Glongsor” Dikembalikan
KUDUS, iMNews.id – “Kembalinya” terompet kuno warga Desa Rendeng, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus peninggalan seorang prajurit Kraton Mataram Islam Kartasura yang berama KRT Prana Kusumadjati. “Pusaka” warisan “Mbah Glongsor” yang telah kembali itu, tak hanya membuat warga di desa setempat gembira, tetapi juga diapresiasi publik dari luar Jawa.
“Begitu diberitakan, termasuk yang ditulis iMNews.id, saya sebarkan melalui instagram, facebook dan grup WA tiga Majlis Taklim saya, grup-grup WA keluarga besar trah Sunan Kudus yang ada di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Madura. Mereka bergantian mengucapkan selamat kepada saya, baik selaku pribadi maupun Ketua Pengurus Pakasa Kudus”.
“Mereka juga ikut senang mendengar berita kembalinya terompet Mbah Glongsor. Karena, ada riwayat sejarah terompet dan pribadi tokoh Mbah Gongsor yang ditulis iMNews.id. Mereka juga jadi mengenal organisasi Pakasa Cabang Kudus. Banyak juga yang mengucapkan selamat dan salam untuk keluarga saya dan trah Sunan Kudus pada umumnya, bahkan trah Sunan Muria”.
“Tetapi yang paling istimewa adalah tanggapan ibu saya (Nyi MT Hj Tarmini Budayaningtyas). Ternyata beliau juga sangat memperhatikan apa yang sedang terjadi di sekitarnynya. Maka, begitu mendengar kabar terompetnya dikembalikan, beliau juga ikut ziarah ke makam Mbah Glongsor. Bahkan, saya diminta segera menggelar kenduri wilujengan,” ujar KRA Panembahan.
Ketua Pakasa Cabang Kudus, KRA Panembahan Didik “Alap-alap” Gilingwesi Hadinagoro yang dimintai konfirmasi iMNews.id sampai siang tadi menyebutkan, setelah ziarah bersama dan “menjamas” (mencuci-Red) terompet di makam Mbah Glongsor, Senin malam (4/11), pengurus Pakasa cabang menggelar serangkaian pertemuan membahas tindak lanjutnya.
Salah satu tindak lanjutnya, adalah bersepakat untuk menggelar kenduri wilujengan untuk memenuhi usul dan saran Nyi MT Hj Tarmini Budayaningtyas (85) yang juga ibunda KRA Panembahan Didik Gilingwesi. Donga wilujengan akan digelar Senin (11/11) malam Selasa Kliwon di tempat yang akan dipilih antara di kediaman atau di makam Mbah Glongsor.
“Usul dan saran ibu saya itu tepat sekali. Selain, saya sendiri sejak awal sudah terbersit rencana untuk mengadakan wilujengan. Dan setelah rapat dengan pengurus, semua juga setuju. Maka, kami agendakan Senin malam (11/11) nanti akan kami gelar donga wilujengan, sekaligus pengajian sesuai jadwal Majlis Taklim yang saya pimpin”.
“Mulai hari pertama berita iMNews.id saya sebar, langsung banyak yang kontak saya untuk meyakinkan kembalinya terompet tersebut. Ada 16 orang dari luar Jawa yang kontak lewat IG, fb dan twitter. Juga banyak dari warga Desa Rendeng atau sekitar makam Mbah Glongsor. Mereka senang sekali, terompet bisa kembali,” ujar KRA Panembahan Didik.
Seperti diketahui, Nyi MT Hj Tarmini Budayaningtyas (85) adalah ibunda KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro, yang bersama rombongan 7 orang diutus ke kraton mewakili Pakasa Cabang Kudus. Kehadiran rombongan Rabu Pahing (6/11) itu, untuk mengikuti acara spiritual religi Khataman Alqur’an yang digelar Bebadan Kabinet 2004 di Bangsal Smarakata.
KRA Panembahan Didik menambahkan, dirinya bersama satu rombongan lagi gagal berangkat ke kraton, karena tidak mendapatkan kerabat yang longgar untuk mengemudikan mobilnya. Sedangkan dirinya juga belum berani duduk mengemudi dalam jarak jauh dan waktu lama, karena masih dalam pemulihan cedera syaraf pinggang kejepit akibat pernah terjatuh.
Disebutkan, ibundanya itu yang selalu mengingatkan jadwal Khataman Alqur’an di kraton dan selalu meminta agar dirinya boleh ikut. Tak hanya sang nenek trah keturunan Sinuhun Prabu Hanyakrawati itu, sang cucu Rinjani Didik Pinakawan (12), siswa SD kelas 6 yang gemar baca Alqur’an itu, juga tak pernah mau ketinggalan kalau ada acara khataman di kraton.
“Jadi, saat dengar terompetnya dikembalikan, ibu juga langsung kelihatan senang dan bersyukur. Lalu minta ikut bareng-bareng berziarah (Senin) malam itu. Beliau yang menyarankan agar mengadakan wilujengan. Warga sekitar makam Mbah Glongsor cepat mendengar, mungkin juga dari beliau. Maka, saya yakin pamong desa juga sudah dengar berita ini”.
“Yang jelas, banyak warga senang, karena terompet tinggalan Mbah Glongsor (KRT Prana Kusumadjati) tahun 1712 itu kembali. Karena banyak yang yakin, terompet itu kuno, asli buatan Eropa dan bukan replika. Wilujengan Senin (11/11) nanti, sekaligus mendoakan Nyi MNg Maya Tri Prasetyowati (almh) yang meninggal sepulang dari umroh,” ujar KRA Panembahan Didik.
Seperti diketahui, Nyi MNg Maya Tri Prasetyowati (almh) yang meninggal sepulang beribadah umroh itu, adalah salah seorang pengurus Pakasa Cabang Kudus yang mendapat hadiah umroh dari rapat pengurus yang digelar secara periodik dan menyediakan hadiah. Tetapi, beberapa waktu menjelang jadwal berangkat, almarhumah harus menjalani operasi bedah.
“Jadi, saat berangkat itu kondisinya sangat lemah. Karena seharusnya digunakan untuk istirahat. Tetapi sudah terlanjur didaftarkan dan tidak bisa dibatalkan. Akhirnya tetap berangkat, dengan harapan akan menjadi pendorong semangat dan tidak begitu berpengaruh pada bekas operasi bedah. Tetapi, Allah SWT berkehendak lain,” ujar Ketua Pakasa Kudus itu. (won-i1)