Tokoh Mataram yang Memberi Keteladan Kemandirian Bangsa
SLAWI, iMNews.id – Ritual jamasan makam Sinuhun Amangkurat I atau Amangkurat Agung 25 Sura Tahun Ehe 1956 di kompleks makam Astana Pajimatan Tegalarum, Desa Paseban, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Selasa siang (23/8) kemarin, berlangsung dengan sederhana dan lancar, walau tak semeriah dan semegah tahun-tahun sebelumnya di saat Bupati Enthus Susmono masih hidup dan Tanah Air belum dilanda pandemi Corona. Ritual yang dimulai pukul 12.30 dengan kirab membawa masuk selambu baru didukung kehadiran beberapa bregada prajurit Kraton Mataram Surakarta yang dibawa Gusti Moeng selaku Ketua LDA, serta kehadiran beberapa pengurus Pakasa cabang, di antaranya dari cabang Jepara.
Istana Mataram News.id (imnews.id) merekam suasana saat berlangsungnya upacara adat yang rutin menjadi agenda Kraton Mataram Surakarta yang dilaksanakan Lembaga Dewan Adat (LDA) yang diketuai GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng, termasuk mendapati pagar tembok sekeliling kompleks makam yang pernah ambruk sebagian beberapa tahun silam, sudah kembali diperbaiki atas dukungan Pemkab Slawi/Tegal pada kepemimpinan Bupati Enthus Susmono. Ada beberapa bangunan fasilitas makam telah dibangun, yang bisa dimanfaatkan bersama untuk memeriahkan ritual jamasan makam dan larap selambu makam Sinuhun Amangkurat Agung, yang bisa mendatangkan manfaat bagi sektor kepariwisataan (wisata religi) Pemkab dan manfaat secara ekonomis bagi warga sekitar.
“Yang kemarin-kemrin, karena ada pandemi, pelaksanaan upacaranya tidak maksimal. Ketika masih ada Bupati Enthus (alm), sudah berjalan beberapa kali, dengan acara yang meriah, didukung olek Pemkab. Tetapi selama pandemi, kita semua memahami, ada yang lebih penting untuk didukung oleh APBD. Tetapi sekarang, sudah agak longgar, bisa kita lakukan dengan normal. tetapi, ini murni swasembada, sesuai kekuatan yang ada. Karena belum ada dukungan Pemkab. Kebetulan, beberapa tahun terakhir ini, makam kedatangan ‘demit’ yang merusak. Sehingga, pelaksanaannya agak mengalami hambatan. Mudah-mudahan, tahun mendatang ‘demitnya’ sudah pergi jauh atau musna,” sebut Gusti Moeng dalam sambutan tunggalnya di pendapa joglo makam, dalam acara ramah-tamah sesuai pelaksanaan ritual, siang kemarin.
Dalam kesempatan itu, mewakili warga Pakasa Cabang (Kabupaten) Slawi/tegal dan panitia, drg KMT Fitri Pusponegoro SpBM juga menyampaikan sambutan selamat datang kepada Gusti Moeng dan rombongan sekitar 60 orang dari Kraton Mataram Surakarta. Dalam sambutannya disebutkan, Sinuhun Amangkurat Agung sedikitnya memiliki 10 karya besar sebagai wujud kemandiriannya sebagai “negara” sepanjang masa jumenengnya di Kerta (1645-1677), di antaranya berdirinya pabrik terasi di Kabupaten Rembang, pabrik kecap di Kabupaten Grobogan, pabrik garam di Kabupaten Sumenep (Madura), infrastruktur pelabuhan Tanjung Prak, Surabaya (Jatim), pelabuhan Tanjung Emas, Semarang (Jateng), sentra kerajinan ukir (Kabupaten Jepara), tambang minyak di Cepu, Kabupaten Blora (Jateng) dan sebagainya pada masa jumemengnya selama 22 tahun itu.
Berlangsungnya ritual jamasan dan larap selambu makam Sinuhun Amangkurat Agung, dimulai dengan doa, tahlil dan dzikir Sultanagungan yang dipimpinan abdidalem suranata MNg Irawan Wijaya Projodipuro, yang didukung beberapa sedherekdalem seperti GK Timoer Rumbai Kusumadewayani, Pangarsa Punjer KPH Edy Wirabhumi, KRMH Boby Manikmoyo, KRMH Kusumo Adilogo, BRM Parikesit, sendatanadalem dan perwakilan Pakasa. Usai doa dan tahlil, selubung atau selambu baru dipasang bersama-sama, dan dilakukan tabur bunga secara berurutan yang dimulai dari Gusti Moeng diikuti sejumlah orang yang berada dalam cungkup makam, termasuk KMT drg Fitri Pusponagoro (Pakasa Slawi/Tegal) dan KMAy Susanti Purwaningrum yang ditugasi Ketua Pakasa Jepara KRA Bambang Setiawan Adiningrat untuk memimpin rombongan sebanyak 15 orang.
Dalam rangkaian acara jamasan dan larap selambau makam, juga diziarahi sejumlah pusara tokoh yang ada kompleks makam itu yang dimulai dati Gusti Moeng, misalnya tokoh yaitu istri permaisuri Sinuhun Amangkurat Agung yang bernama KR Wiratsari Kencana, juga guru spiritual Sinuhun yang bernama Syekh Syamsudin atau Ki Lembah Manah. Dalam kesempatan itu, Gusti Moeng juga menyampaikan kembali kepada para abdidalem juru kunci makam yang disaksikan KRH Sanyoto, Asmaradani dari Kantor Dinas BPCB Slawi/Tegal dan drg KMT Fitri Pusponegoro, bahwa 80-an pusara warga kampung sekitar yang ada di komnpleks makam itu, secepatnya harus dipindahkan dengan biaya dari Lembaga Dewan Adat (LDA) karena tempat itu adalah cagar budaya. (won-i1)