Suatu Saat, Kraton Mataram Surakarta Membutuhkan Bregada Prajurit Khusus di Bidang SAR
IMNEWS.ID – LEBIH dari 300 warga Pakasa Cabang dari berbagai daerah di Jateng dan Jatim, sebagian besar mungkin baru kali pertama ini merasakan dan menikmati sensasi atmosfer “segara kidul” dalam suasana upacara adat Labuhan. Karena, ritual Labuhan yang digelar Bebadan Kabinet 2004 di tahun 2024 inilah, kali pertama digelar dalam suasana baru dan lega.
Maka, selain Pakasa Cabang Ponorogo, cabang Ngawi (Jatim) dan Pakasa Cabang Jepara yang kelihatan jelas simbol-simbol dan cirikhasnya dalam prosesi itu, masih ada 11 cabang Pakasa lainnya yang terasa menambah “kekuatan” doa. Selain mengirim utusan warganya dalam jumlah banyak, juga kelihatan figur ketuanya yang datang memimpin rombongannya.
Dari saat berlangsung donga wilujengan di Pendapa Cepuri Pesanggrahan Parangkusuma itu, tampak KRAT Sukoco Joyonagoro (Ketua Pakasa Nganjuk), KRAT Seviola Ananda Reksobudoyo (Ketua Pakasa Trenggalek), KRT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Cabang Magelang), Ketua Pakasa Cabang Malang, KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati).
Khusus cabang-cabang Pakasa di wilayah eks Karesidenan Surakarta, hampir semuanya tidak memiliki pengurus atau ada tetapi vakum dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Lima dari tujuh wilayah Pakasa cabang di Surakarta, mengirim utusan yang rata-rata hadir atas inisiatif sendiri mengikuti Labuhan, karena tidak memiliki pengurus yang diandalkan.
Meski begitu, Pakasa Cabang Klaten disebut dalam daftar peserta mengirim utusan paling banyak, yaitu 100 orang. Tetapi, Pakasa Cabang Wonogiri sama sekali tidak ada kabarnya alias tidak ada seorangpun yang diutus. Terlebih Pakasa Cabang Surakarta, tidak ada yang mewakili karena memang sejak awal belum pernah terbentuk kepengurusan di tingkat cabang.
Keberangkatan lebih dari 200 orang dengan tiga bus dan beberapa mobil pribadi, yang di antaranya ada jajaran Bebadan Kabinet 2004 yang dipimpin Gusti Moeng, sudah bisa mewakili kekosongan Surakarta dari kepengurusan Pakasa cabang. Tampilnya sejumlah prajurit Kraton Mataram Surakarta yang memandu prosesi Labuhan, juga bisa mewakili Surakarta.
Tampilnya KRMH Suryo Kusumo Wibowo di antara beberapa wayah-dalem Sinuhun PB XII, juga bisa mewakili kehadiran pengurus Pakasa Punjer di Kota Surakarta. Meskipun, KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer berhalangan hadir, Minggu siang (6/10) itu. GKR Ayu Koes Indriyah pejabat “Pangarsa Sanggar Paes dan Tata-Busana” yang baru itu, jelas hadir juga.
Dari sisi pengurus Pakasa Punjer, LDA maupun jajaran Bebadan Kabinet 2004 yang rombongannya berisi lebih dari 200 orang itu, tentu sudah sangat representatif mewakili semua kelembagaan yang ada. Bahkan, GKR Timoer Rumbai dan GRAy Ratih, KPH Bimo Djoyo Adilogo (Bupati Juru-Kunci Imogiri) dan KRMH Suryo Manikmoyo juga hadir aktif ikut memandu tiap tatacaranya.
Tidak tampilnya putra mahkota KGPH Hangabehi sebenarnya menjadi kerinduan tersendiri untuk menandai saat “kebersamaan perdana”, dalam ritual Labuhan setelah “Bebadan Kabinet 2004” bisa bekerja penuh si salam kraton mulai 17 Desember 2022.
Tetapi, iMNews.id yang sempat mengkonfirmasi pada KRMH Suryo Manikmoyo, dijelaskan bahwa yang bersangkutan berhalangan.
“Beliau sedang mempersiapkan kelahiran anaknya, karena harus melalui tindakan bedah caesar,” ujar KRMH Suryo Manikmoyo, wayah-dalem Sinuhun PB XII yang lahir dari GKR Sekar Kencana (almh). Dia adalah orang terdekat yang sering mendampingi KGPH Hangabehi. BRM Cici Suryo Triyono sudah beberapa kali aktif di beberapa kegiatan, tetapi tidak tampak di Labuhan.
BRM Cici Suryo Triyono adalah keponakan Sinuhun Suryo Partono (PB XIII) dan Gusti Moeng. Karena ayahanda BRM Cici adalah KGPH Puger, adik kandung dan kakak kandung kedua tokoh itu. Saat berlangsung Sekaten Garebeg Mulud 2024 dan pendadaran siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara, keduanya tampak hadir. Bahkan, sempat berdialog dengan iMNews.id, Sabtu (5/10) siang itu.
“Sebenarnya saya ingin ikut Labuhan. Mungkin menjadi kesempatan yang baik untuk menjelaskan. Karena, masih banyak yang tidak paham soal upacara adat Labuhan. Sepertinya perlu dijelaskan alasan rasional upacara adat di segara kidul ini, agar tidak dipahami secara salah oleh masyarakat luas,” ujar KGPH Puger menjawab pertanyaan iMNews.id, Sabtu siang itu.
Pada kesempatan “perdana” ritual Labuhan yang digelar “Bebadan Kabinet 2004” setelah peristiwa “17 Desmber 2022” yang melibatkan lebih 500 orang itu, lebih dari 300 orang adalah warga 14 Pakasa cabang. Tetapi, jumlah itu hanya kurang dari separo kepengurusan Pakasa cabang yang sudah terbentuk di Jateng, Jatim dan DIY lebih dari 30 daerah kabupaten/kota.
Dari jumlah 14 cabang itu saja, Pakasa (Kabupaten) Pacitan yang diketuai KRAT Heru Arif Pianto tidak jadi mengirim utusan, karena keluarga ketuanya sedang berduka. Pakasa Cabang Kudus juga tidak “seperkasa” di event-event sebelumnya, karena KRA Panembahan Didik Gilingwesi berhalangan, karena harus mengikuti terapi kesehatan untuk beberapa penyakitnya.
“Sebenarnya kecewa sampai tidak bisa ikut hadir di upacara adat Labuhan. Tetapi saya sudah mengirim utusan istri, anak dan santri warga Pakasa. Juga pekewuh dengan banyak orang, terutama para Pengageng. Tetapi, kemarin itu saya benar-benar harus manut memenuhi jadwal terapi kesehatan. Kebetulan, vertigo juga kambuh,” ujar KRA Panembahan Didik Gilingwesi. (Won Poerwono-bersambung/i1)