Hiburan Pertunjukan Tari “Sekaten Art Festival 2024” Semalam Dibuka Gusti Moeng

  • Post author:
  • Post published:September 12, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Hiburan Pertunjukan Tari “Sekaten Art Festival 2024” Semalam Dibuka Gusti Moeng
SAMBUTAN PEMBUKAAN : Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) menyampaikan sambutan sekaligus membuka resmi sajian malam pertama "Sekaten Art Festival 2024" di Pendapa Sitinggil Lor, Rabu malam (11/9). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kesempatan Menjadi Penari “Pawiyatan Kraton”, Ditawarkan Langsung di Depan Publik

SURAKARTA, iMNews.id – Hiburan pertunjukan seni tari untuk melengkapi menu ritual religi “Sekaten Garebeg Mulud 2024”, semalam dibuka resmi oleh Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA. Setelah doa selamatan yang dipimpin abdi-dalem RT Irawan Wijaya Pujodipuro, Pendapa Sitinggil Lor itu menyajikan beberapa sajian di pentas malam pertama.

Menu pertunjukan tari bertema “Sekaten Art Festival 2024”, dibuka resmi Gusti Moeng selaku pimpinan Yayasan Sanggar Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta, dimulai dengan penampilan Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta. Tetapi, ada tiga sajian tari tambahan karena ada sanggar peserta yang tidak bisa tampil di hari ketiga, Jumat.

BEDHAYA SUKOHARJO : Sajian tari “Bedhaya Sukoharjo” karya Sinuhun PB IX saat meresmikan Pesanggrahan Langenharjo (kini Kabupaten Sukoharjo), disajikan Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta di malam pertama “Sekaten Art Festival 2024” di Pendapa Sitinggil Lor, Rabu malam (11/9). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam sambutan peresmian pembukaan “Sekaten Art Festival 2024” itu, Gusti Moeng menyampaikan ucapan terima kasih kepada pengunjung Sekaten (25/9-23/10) yang disebutnya sebagai “sutresna budaya”. Menurutnya, dengan menyaksikan pertunjukan seni tari itu saja, sudah berarti ikut melestarikan budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta.

Dalam kesempatan itu, Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa lembaga Dewan Adat (LDA) yang memiliki nama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah kembali menawarkan langsung di depan publik pengunjung “Sekaten Art Festival” dan pengunjung “Maleman Sekaten” secara umum. Siapa saja yang ingin bergabung menjadi penari kraton, dipersilakan mendaftar dan gratis.

“SIAP MATI” : Dulu, tari “Srimpi Sangupati” yang diciptakan pada masa Sinuhun PB IV disajikan di panggung “Sekaten Art Festival 2024” di Pendapa Sitinggil Lor, Rabu malam (11/9). Para penarinya lengkap menyengkelit pistol aktif penuh peluru di pinggangnya, karena mereka adalah prajurit yang sudah “siap mati” (Sangupati-Red). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pentas malam pertama Rabu (11/9) semalam, Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta menyajikan membuka sajian dengan tari “Srimpi Sangupati”. Oleh MNg Fregi dan teman wanitanya selaku MC, tarian itu diciptakan kali pertama oleh Sinuhun PB IV dengan nama “Srimpi Sang Apati” yang sebenarnya menceritakan putra mahkota yang kelak jumeneng sebagai Sinuhun PB V.

Sajian tari dengan empat orang peraga itu, selain simbol 4 nafsu dan arah juga isyarat prajurit wanita dengan “siasat” yang dilakukan, juga pistol berpeluru asli di pinggangnya yang menyatakan siap perang. Tetapi, oleh Sinuhun PB IX nama Srimpi Sang Apati dirubah menjadi “Srimpi Sangupati” yang maknanya sebagai prajurit sudah “sangu” atau sudah mati.

ANUILA-PRAHASTHA : Fragmen tari “Anila-Prahastha” adalah kisah peperangan antara prajurit kera Raden Anila melawak Patih Kraton Alengka, Prahastha, yang diambil dari kisah “Brubuh Ngalengkadiraja” dalam seni pakeliran wayang kulit. Fragmen itu disajikan di malam pertama “Sekaten Art Festival 2024” di Pendapa Sitinggil Lor, Rabu malam (11/9). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sajian kedua sebenarnya tari “Bedhaya Sukoharjo”, tetapi disela tari “Payung” sajian Sanggar Amarta Production (Karanganyar) yang sejak awal sudah siap di hari-hari sebelum Jumat, karena sebagian penarinya sedang menjalani ujian sekolah. Akhirnya, tiga tari dari sanggar itu digabung dengan jadwal penampilan Pawiyatan Beksa Kraton Surakarta.

Maka, malam pertama semalam, sesudah tari “Srimpi Sangupati”, disajikan tari “Payung”, lalu kembali sajian tari dari kraton karya Sinuhun PB IX, berjudul tari “Bedhaya Sukoharjo”. Selingan berikutnya dari sanggar, adalah tari “Secret Nusantara” sebelum sajian fragmen tari “Anila-Prahastha” dan “Bambang-Cakil” dan diakhiri tari “Payung Geulis”.

TARI PAYUNG GEULIS : Sajian tari “Payung Geulis” dari Sanggar Amarta Production (Karanganyar) “terpaksa” menyela di malam pertama penampilan Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta yang digelar di Pendapa Sitinggil Lor, Rabu malam (11/9). Karena, jadwal pentasnya yang berubah Jumat malam (13/9), para penarinya sedang menghadapi ujian sekolah. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sajian beberepa repertoar tari kraton, selain memberi keseimbangan antara menu spiritual religi berupa “syi’ar dengan daya tarik gamelan ditabuh di Masjid Agung (9-16/9), secara khusus juga memberi edukasi tentang keagungan etika dan estetika budaya Jawa. Edukasi sadar fakta sejarah Mataram Surakarta dan karya-karya besarnya, juga nyata dan penting.

Kamis malam ini (12/9) atau malam kedua, sajian pentas tari ditiadakan, karena kraton pantang menyajikan hal-hal yang  memenuhi unsur kesenangan belaka. Sajiannya berupa musik religi “Laras Madya” untuk mengiringi tembang doa “Santiswara” karya-karya Sinuhun PB V, yang liriknya banyak memuji kebesaran Allah SWT seperti gendhing yang berjudul “Kayun”. (won-i1)