Dua Alun-alun Masih Proses Revitalisasi, Sebagian Menumpang di Masjid Agung
SURAKARTA, iMNews.id – Keramaian ritual menyambut datangnya hari besar Maulud Nabi Muhammad SAW dengan nama Sekaten Garebeg Mulud 2024, akan digelar Kraton Mataram Surakarta selama sebulan penuh akhir Agustus hingga akhir September. Keramaian atau pasar malam yang disebut “Maleman Sekaten”, akan dibuka resmi Minggu malam, 25 Agustus dalam sebuah upacara.
Keputusan itu disebutkan KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab pelaksanaan Sekaten Garebeg Mulud 2024, dalam rapat koordinasi dengan berbagai pihak terkait yang digelar “Bebadan Kabinet 2004”, di eks kantor Sinuhun PB XI kompleks Kraton Mataram Surakarta, Selasa (20/8) siang tadi. Hadir sekitar 30 orang mewakili panitia internal dan dari lembaga eksternal.
Rapat yang dipimpin KPH Edy, membuka dialog dari unsur-unsur lembaga dari luar kraton seperti Polsek dan Koramil Pasarkliwon, Lurah Baluwarti, Takmir Masjid Agung, utusan Dinas Perdagangan, Dinas Lingkungan Hidup, Satpol PP, Dispenda dan utusan Pasar Klewer. Banyak persoalan yang dibahas dalam rapat, karena Sekaten tahun ini berada di masa transisi perubahan.
Salah hal penting dan mendasar yang akan menyesuaikan perubahan, yaitu karena dua alun-alun di utara dan selatan tidak bisa digunakan untuk mendukung pelaksanaan upacara adat menyambut hari besar Maulud Nabi Muhammad SAW itu. Padahal, ritual Sekaten Garebeg Besar, harus berada pada habitatnya yaitu Alun-alun Lor, Masjid Agung dan kraton.
Karen Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul kini sedang dalam tahap finalisasi proses revitalisasi yang dikerjakan dengan dana bantuan pemerintah APBN 2022, maka pelaksaan Sekaten tahun ini disebut KPH Edy Wirabhumi sebagai ritual di masa transisi menuju perubahan. Perubahan yang sekarang terjadi akibat adanya pekerjaan proyek, tetapi kelak juga harus berubah.
“Berubahnya karena Alun-alun Lor yang kelak akan menjadi ruang publik dengan konsep tatanan baru, antara lain permukaannya ditutup pasir dan rumput, kegiatannyapun harus berubah menyesuaikan. Kelak akan ada zona-zona kegiatan yang menjadi pembatas jenis kegiatannya. Mungkin, stan makanan yang basah-basah, akan dibatasi zonanya,” ujar KPH Edy.
Ungkapan KPH Edy itu untuk menyambut masukan dari utusan Dinas Perdagangan yang membawa pesan Wali Kota Teguh Prakosa dari rapat persiapan Sekaten yang berlangsung di Balai Kota, sebelumnya. Bahwa kelak Alun-alun Lor yang menjadi arena pendukung Sekaten, tidak lagi terbuka selebar-lebarnya untuk jualan jenis menu kuliner yang membuang limbah basah.
Selain jenis ragam menu kuliner yang bisa disajikan di alun-alun, persoalan kegiatan parkir juga perlu ada solusi permanen. Untuk Sekaten transisi ini, kegiatan parkir sangat dimungkinkan akan meluas di luar alun-alun, yaitu di Kampung Gajahan, di dalam Baluwarti, sekitar Pusat Grosir Beteng, Kampung Kauman, Pasar Kliwon dan sebagainya.
“Karena Alun-alun Kidul juga ditutup total, tidak bisa menjadi pendukung Sekaten. Di sana hanya ada beberapa warung yang bertahan di barat Sitinggil Kidul. Tetapi seluruh ruang terbuka di alun-alun, masih ditutup untuk penyelesaian proyek revitalisasi tahap akhir,” tegas KRMH Suryo Kusumo Wibowo, salah seorang panitia menjawab pertanyaan iMNews.id.
Mengenai jumlah stan peserta “Maleman Sekaten”, panitia bersepakat dengan pihak-pihak terkait untuk menjaga agar pemanfaatan ruang untuk stan tidak menimbulkan gesekan antara para peserta stan resmi yang membayar pada panitia. Karena, sangat dimungkinkan datang “bakul oprokan” yang mobilitasnya tinggi untuk menghindari sewa, tetapi bisa mengganggu.
Oleh sebab itu, menurut Ika Puspawinahyu selaku penanggungjawab penataan stan menyatakan keramaian pasar dipusatkan ke kompleks Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa. Menurut KPH Edy Wirabhumi, selebihnya dikoordinasikan dengan pihak lain yang ruangnya dimanfaatkan seperti Masjid Agung, Pusat Grosir Beteng, Pasar Klewer dan sebagainya.
“Mungkin, tahun ini income Dinas Pendapatan Pemkot sedikit menurun. Itu tidak apa-apa, karena pendapatan warga sekitar lokasi Sekaten yang justru akan meningkat. Untuk yang memanfaatkan Masjid Agung, apa saja yang memanfaatkan lokasi di sana perlu dikontrol ketat. Agar jangan mengganggu, karena renovasi masjid juga sudah dimulai,” ujar KPH Edy.
Utusan Takmir Masjid Agung dalam penjelasannya bisa memahami situasi perkembangan terakhir yang berkait dengan rencana Sekaten. Pihaknya berterimakasih bisa berdialog untuk merundingkan berbagai kemungkinan akibat pemanfaatan ruang lingkungan masjid untuk kegiatan dagang, selain kegiatan inti religi Sekaten dan proyek renovasi yang mulai berjalan.
“Tetapi kami merasakan, mungkin mulai Sekaten 2024 ini wajah Masjid Agung akan lebih indah dan tidak semrawut. Sebelumnya bukan-main, karena tidak ada yang menata. Wajah masjid yang begitu khas dan indah, tetapi tertutup oleh berbagai kegiatan yang tidak indah dipandang,” ujar utusan Takmir Masjid itu.
Pihak perwakilan Polsek dan Koramil Pasarkliwon menyatakan siap mendukung pelaksanaan Sekaten 2024 ini. Mereka berharap, bisa bekerjasama dengan unsur petugas keamanan panitia, agar bisa menjaga suasana tetap adem-ayem dan diupayakan bisa mendeteksi setiap potensi kerawanan akibat gesekan yang bersumber dari perubahan sona dagang dan jasa mainan. (won-i1)