Langsenya Langsung Diganti, di Samping Pusara Dipasangi Songsong
KUDUS, iMNews.id – Sikap berbhakti, mau “mikul dhuwur mendhem jero” Pakasa Cabang Kudus juga patut menjadi teladan publik secara luas. Karena merasa sukses menggelar kirab budaya sambil memperingati HUT RI, tepat pada Sabtu, 17/8 lalu, warga Pakasa cabang “Kota Sunan” ini menziarahi makam tokoh yang nama besarnya dijadikan tema kirab itu, Senin malam (19/8).
Ziarah di makam tokoh “mbah Glongsor” yang terletak di kampung Rendeng Wetan Ekapraya RW 01, Senin malam, juga dilengkapi dengan mengganti “langse” atau selubung makam. Bahkan juga memasangi songsong atau di ujung pusara, sebagai tradisi orang Jawa memuliakan para leluhurnya. Sekitar 90-an warga Pakasa dan anggota majlis taklim, memenuhi kompleks makam, malam itu.
“Ini tadi, sehabis pengajian langsung saya ajak berziarah ke makam. Sebelumnya kami sudah janji, setelah pengajian jadwal rutin Senin malam, kita sama-sama berziarah ke makam Mbah Glongsor. Intinya, kami bersyukur kepada Allah, karena telah diberi kemudahan, sukses dan lancar jalannya kirab budaya, Sabtu (17/8),” ujar KRA Panembahan Didik menjawab iMNews.id.
Selaku Ketua Pakasa Cabang Kudus, KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro saat dimintai konfirmasi kemarin membenarkan, ziarah yang dilakukan bersama-sama 90-an warga Pakasa cabang dan anggota Majlis Taklim Lembah Pedangkungan, salah satunya untuk mendoakan nama besar tokoh Mbah Glongsor. Sebagai salah satu wujud doanya, dengan berziarah dan mengganti langse.
Bahkan, lanjutnya, tidak hanya langse atau selambu makam yang diganti, makam tokoh legendaris dari zaman Kraton Mataram berIbu Kota di Kartasura itu, juga dipasangi songsong atau payung. Selain doa, masyarakat Jawa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya, punya cara tersendiri untuk memuliakan para leluhurnya, mengganti langse dan memasang payung.
Bahkan, dalam ritual adat di Kraton Mataram Surakarta, selain beberapa hal itu, masih ditambah dengan tabur bunga dan menyebar aroma harum ratus atau dupa dan memasang “sangsangan” melati-kanthil setelah doa dipanjatkan. Bagi warga Pakasa Cabang Kudus dan para santri anggota majlis taklim itu, diharapkan KRA Panembahan Didik bisa dilakukan di tempat lain.
“Saya semakin serius bercita-cita membesarkan Pakasa Cabang Kudus. Saya berniat sekali untuk mengenalkan kembali budaya Jawa. Karena, saya bisa merasakan bagimana warga masyarakat kebanyakan sekarang ini tidak paham budaya Jawa. Dengan bergaul dalam acara seperti kirab kemarin itu, saya jadi betul-betul tahu bahwa warga Kudus banyak yang sudah tidak mengenal budaya Jawa”.
“Kesempatan kirab yang diikuti warga yang termasuk banyak jumlahnya, saya baru memahami bahwa ada yang hilang dari kehidupan mereka. Yaitu kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup bermasyarakat, yaitu hilangnya nilai-nilai dalam budaya Jawa. Misalnya, berbusana adat. Rata-rata tidak tahu tatacara dan saat yang tepat menggunakannya”, jelas KRA Panembahan Didik.
Menurutnya, semangat dan kemampuan untuk kembali mencintai budaya Jawa mulai ada dan perlu dibimbing serta diarahkan. Semangat ini perlu dijaga dan diarahkan, agar bisa menular ke lingkungan yang lebih besar. Ketua Pamong Makam Mbah Glongsor itu bahkan setuju, dalam suatu kesempatan akan mengundang pakar dari Sanggar Pasinaon Pambiwara untuk sarasehan di Kudus.
KRA Panembahan Didik juga berujar, bahwa melalui kesempatan kirab budaya peringatan HUT RI Sabtu (17/8) itu, dinilai memberi kesempatan baginya untuk mengenalkan dan mengembangkan Pakasa Cabang Kudus. Dia juga mengakui dan berterimakasih, karena kirab budaya yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan dan mengatur berbagai hal yang diperlukan, belangsung sukses.
Sebagai bentuk rasa syukur, KRA Panembahan Didik mengajak warga Pakasa dan anggota Majlis Taklim Pedakungan sebanyak 90-an orang itu makan bersama di kediamannya di sela-sela pengajian rutin jadwal Senin malam itu. Dalam kesempatan itu pula, dia memberikan hadiah pembiayaan umroh kepada yang beruntung namanya keluar saat diundi langsung, kemarin malam itu.
Anggota pengajian yang beruntung mendapatkan hadiah umroh itu adalah Nyi Ngabehi (Ng) Th Maya Tri Prasetyowati AMd Keb. Meski yang mendapat hanya seorang, tetapi biaya akan diberikan untuk sepasang (suami-istri). Ketua Pakasa Cabang Kudus ini sering membagikan hadiah di berbagai yang melibatkan Pakasa, di antaranya menebak angka berhadiah Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.
Dia juga menuturkan, selain berhasil membeli 4 keris dan satu tombak yang dikirabkan untuk menghormati nama besar Mbah Gongsor dalam kirab budaya Sabtu (17/8), pihaknya juga berencana membeli satu tombak lagi. Karena, Pakasa Cabang Kudus berencana menggelar kirab budaya di lingkungan kediamannya, Desa Singocandi, Kecamatan Kota, sekitar sebulan lagi.
Menurutnya, sudah menjadi tradisi Pakasa Cabang Kudus, setiap datang bulan Mulud kini Tahun Je 1958 atau datang hari besar Maulud Nabi Muhammad SAW, pihaknya menggelar mirab busaya bernuansa religi. Kirab diharapkan diikuti lebih dari 300 orang dari warga Pakasa dan anggota majlis taklim, dengan mengeluarkan 4 keris dua tombak, 150-an songsong dan dua replika keris.
“Ya, karena itu sudah berjalan dua atau tiga kali tahun-tahun lalu. Karena, Pakasa Kudus belum punya objek yang dijadikan event andalan seperti Pakasa Cabang Pati yang punya event haul tokoh banyak sekali. La di sini, sudah dirintis kirab terompet Mbah Glongsor, malah terompetnya hilang disabotase,” ujar KRA Panembahan Didik yang agak kesal mengingat nasib terompet itu. (won-i1)