Pakasa Cabang Kudus Tetap Hadir Karena Tahun Lalu Diundang Ikut Kirab
PATI, iMNews.id – Ritual haul wafat Raden Ayu Sriyah atau Mbah Buyut Sriyah di kompleks makamnya di Astana Pajimatan Jatiwayang, Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Sabtu (3/8) siang tadi, tidak seperti yang digelar yayasan pengurus dan keluarga besar trah di tahun-tahun lalu. Prosesi siang tadi terasa berkurang kemeriahannya.
“Untuk haul tahun ini, sengaja diadakan sederhana saja. Tidak ada kirab budaya seperti tahun-tahun lalu. Mohon maaf kalau khol tahun ini tidak semeriah tahun lalu. Khususnya kepada rombongan dari Kraton Mataram Surakarta. Mungkin, tahun depan kembali diadakan lebih meriah, dengan kirab budaya,” ujar MNg H Raspin Pujodipuro selaku pengurus makam.
Pernyataan MNg H Raspin Pujodipuro sekaligus permintaan maafnya itu disampaikan saat memberi sambutan pada upacara pembukaan ritual haul yang digelar ke halaman astana pajimatan, yang dimulai pukul 12.30 WIB. Sekitar 100-an orang yang hadir di situ, rata-rata adalah panitia dan rombongan dari Kraton Mataram Surakarta, selebihnya adalah pengisi acara.
Masyarakat yang menyambut nyaris tidak tampak, walaupun di depan gerbang astana pajimatan ada beberapa pedagang UMK yang mengadu nasib menjajakan menu kulinernya. Mereka yang dimintai konfirmasi iMNews.id menyebutkan, haul tahun ini paling sepi dibanding tahun-tahun lalu yang penuh sesak para pedagang dan pengunjungnya, mulai dari ujung jalan ke makam.
Baik panitia maupun KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati), haul di tahun-tahun lalu ramai pengunjung dan pedagang UKM hingga mirip pasar malam, karena ada beberapa alasan. Mungkin karena dihadiri Gusti Moeng dan rombongan dari Kraton Mataram Surakarta dan dimeriahkan dengan kirab budaya yang melibatkan beberapa cabang Pakasa.
“Kalau tidak salah, Gusti Wandan (GKR Wandansari Koes Moertiyah) sebelumnya sudah tiga kali ngrawuhi haul Raden Ayu Sriyah. Dan tiap tahun, selalu ada kirab budaya yang dimeriahkan Pakasa cabang dari Jepara dan Kudus. Mudah-mudahan, tahun depan bisa dirawuhi Gusti Wandan dan dimeriahkan kirab budaya Pakasa cabang lain,” harap KRAT Mulyadi.
Sekitar 50-an masyarakat adat peserta haul baru datang belakangan, beberapa saat setelah ritual dimulai dengan doa, tahlil dan dzikir yang dipimpin Kyai MNg Zainal Abidin selaku juru-kunci makam setempat. Selesai doa, dilanjutkan tabur bunga di “makam/petilasan” Mbah Buyut Sriyah yang berada di bawah pohon jati berukuran besar yang tertutup “cungkup”.
Rombongan kraton sekitar 20 orang yang dipimpin KPP Djony Sosrodiningrat juga melakukan tabur bunga, menjadi utusan kraton yang mewakili Gusti Moeng atau GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA. Gusti Moeng tidak bisa hadir pada ritual siang tadi, karena padatnya acara baik di dalam dan di luar kraton di bulan Sura ini.
KRRAP Bambang Sudarso yang ikut dalam rombongan dari kraton, mewakili Gusti Moeng memberi sambutan di depan peserta ritual haul di Astana Pajimatan Jatiwayang, Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, siang tadi. Selain meminta maaf atas ketidakhadiran Gusti Moeng, dia juga sekaligus memohon pamit untuk meneruskan perjalanan.
Di tempat upacara, tersaji musik hadrah yang semuanya beranggotakan para perempuan warga desa setempat. Di atas panggung tempat upacara itu, terpasang “backdrop” berukuran kecil yang memperlihatkan foto Gusti Moeng yang terkesan mengharap kehadirannya pada kegiatan bertema religi tersebut. Tampak hadir di situ, Kepala Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo.
Sekitar pukul 13.30 WIB rombongan satu bus ukuran sedang yang dipimpin KPP Djony Sosrodiningrat berangkat menuju kompleks makam Syeh Djangkung atau Saridin di Astana Pajimatan Desa Landoh, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, yang jaraknya sekitar 5 KM dari makam Raden Ayu Sriyah. Syeh Djangkung adalah suami Dyah Retno Djinoli, kakak Sultan Agung.
Rombongan berziarah di makam yang paling luas, paling megah dan paling ramai peziaarah di antara belasan makam tokoh leluhur Dinasti Mataram di Kabupaten Pati itu, diantar belasan pengurus Pakasa Cabang Pati. Semua diantar untuk berziarah di cungkup makam di Desa Landoh, Kecamatan Kayen yang memiliki lorong menuju cungkup mirip lorong di bandara itu.
Ketua Pakasa Cabang Pati, KRAT Mulyadi Puspopustoko dan juru-kunci makam KRAT Kartono mengantar rombongan dari kraton berziarah sekaligus melihat isi museum Syeh Djangkung yang dibangun di tahun 2013. Rombongan kraton mendapat prioritas secara khusus dibukakan pintu museum yang berisi sejumlah benda yang berkait dengan kisah hidup Syeh Djangkung.
Dalam kajian sejarah yang ditulis Dr Purwadi (Ketua Lokantara Pusat di Jogja), Syeh Djangkung yang merupakan kakak ipar Sultan Agung karena sama-sama keturunan Sultan Prabu Hanyakrawati. Sultan Agung banyak dibantu keluarga Syeh Djangkung-Dyah Retno Djinoli, dan mendapat simpati dan dukungan masyarakat Pati ketika membangun Kraton Mataram Islam di Plered.
Saat rombongan kraton berziarah maupun menikmati seisi museum yang dibuka secara khusus karena sudah tutup, juga dimanfaatkan para peziarah lain yang beruntung iktu bersama rombongan kraton. Sampai pukul 15.00 WIB itu, peziarah yang datang silihberganti rombongannya dalam jumlah besar. Apalagi, ketika datang ritual haul wafat Syeh Djangkung.
“Saya mohon doa parasentan, abdi-dalem, gusti-gusti dan keluarga besar kraton serta semuanya, agar rencana memperluas ruang doa peziarah bisa segera terlaksana dengan baik dan lancar. Ini semua alhamdulillah berkat doa kita bersama. Makam bisa dilengkapi dengan ruang peziarah yang semakin lega dan nyaman,” ujar KRAT Kartono menjawab iMNews.id.
Selasai berziarah dan berfoto-foto di lokasi kompleks makam, datang rombongan Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro (Ketua Pakasa Kudus). Kedatangannya karena ditipon panitia haul kompleks makam Raden Ayu Sriyah, tetapi saat dihubungi ia sedang memimpin rombongan belasan orang hadir di Desa Karangrowo, Kudus.
Menurutnya, kehadiran rombongannya di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus untuk memeriahkan kirab budaya
ganti langse yang digelar masyarakat adat yang merawat makam Mbah Buyut Sipah R Ronggojoyo. Dia cepat-cepat menyususl ke Desa Wotan, karena biasanya diundang untuk memeriahkan kirab budaya. Tetapi, tahun ini kirab budaya memang ditiadakan. (Won-i1)