Konser Orkestra Karawitan Malem Selasa Legi “Rasa” Pertunjukan Tari Bedaya Endhol-endhol

  • Post author:
  • Post published:July 25, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Konser Orkestra Karawitan Malem Selasa Legi “Rasa” Pertunjukan Tari Bedaya Endhol-endhol
SANG MAESTRO : Gusti Moeng yang selalu tampil memimpin berbagai acara termasuk konser karawitan untuk konsumsi siaran langsung live streaming di Bangsal Smarakata, Senin malam Selasa Legi (22/7), adalah penampilan Sang Maestro bidang seni khusus khas kraton. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Edukasi dan Hiburan Publik, Sekaligus “Gladen” Karawitan dan Beksan

IMNEWS.ID – SEKALI mengayun dayung, dua atau tiga pulau terlampaui. Pepatah ini sepertinya tepat diberikan untuk menyebut event “Konser Orkestra Karawitan Malem Selasa Legi” atau siaran “Malem Selasa Legen”, yang digelar di Bangsal Smarakata, Senin malam (22/7) lalu. Sebab, kegiatan seni budaya yang digelar “Bebadan Kabinet 2004” itu, banyak sekali manfaatnya.

Manfaat itu tak diduga berdatangan, setelah “Bebadan Kabinet 2004” yang dipimpin Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA mengaktifkan kembali tradisi “wungon” sambil menikmati konser orkestra karawitan secara “live”. Konser musik karawitan dimaksud, sebenarnya untuk menandai datangnya “weton” kelahiran para Raja Mataram Surakarta.

Raja Mataram Surakarta terakhir yang diperingati weton kelahirannya dengan konser karawitan 35 hari sekali tiap malam Selasa Legi itu, adalah Sinuhun PB XII. Gusti Moeng selaku anak ke-25 yang memimpin Yayasan Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta itu, menginisiasi konser orkestra karawitan weton kelahiran Sinuhun PB XII sejak suksesi 2004.

Namun, konser orkestra karawitan itu sempat tersendat dan berhenti cukup lama, karena banyak peristiwa terjadi di internal kraton dalam kurun waktu 2004-2024 itu. Suasana yang tidak kondusif secara kebatinan di kalangan keluarga masyarakat adat di dalam kraton, sulit untuk berkonsentrasi menikmati menu seni budaya sebagai santapan batin.

MANFAAT BERLIPAT : Yang tersaji ini hanyalah sebuah konser orkestra karawitan yang diinisiasi Gusti Moeng di Bangsal Smarakata, untuk sekadar melengkapi “lek-lekan” di malam weton Selasa Legi, tetapi penampilan seperti itu adalah ciri profesional masyarakat seni khas kraton yang “padat manfaat”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Bentuk-bentuk peringatan weton kelahiran yang masih dijadikan saat baik untuk “lek-lekan” bertirakhat prihatin oleh masyarakat Jawa khususnya di dalam kraton, ada beberapa macam. Pada umumnya, diwujudkan dengan pertunjukan seni budaya selain aneka macam uba-rampe wilujengan. Dan jenis seni yang dipentaskan, juga sesuai dengan kekayaan budaya kraton.

Apabila sebelumnya ada pentas wayang kulit yang digelar tiap malam Senin Pahing di Bale Agung sisi utara Alun-alun Lor, sebenarnya juga merupakan inisiatif “Bebadan Kabinet 2004”. Yaitu untuk menghidupkan aktivitas Sanggar Pawiyatan Dalang Kraton Mataram Surakarta di Bale Agung. Tetapi, menjelang 2017 berhenti dan vakum serta sudah tidak ada kabarnya.

Tak hanya vakum dan berhenti dari kegiatan seni budaya yang menjadi salah satu “nyawa” Kraton Mataram Surakarta itu,  tetapi juga tidak pernah ada pertanggungjawabannya oleh abdi-dalem pamong yang dipercaya mengurus. Apalagi setelah urusan sanggar pawiyatan itu, diurus seorang “Pangeran putra-dalem” yang memang tidak “becus” mengurus aset budaya itu.

Akhirnya, pentas “ringgit wacucal sedalu natas” (wayang kulit semalam suntuk-Red) itu benar-benar hilang dari armosfer Bale Agung dan Kraton Mataram Surakarta sejak “ontran-ontran” 2017 hingga sekarang. Tetapi Gusti Moeng memandang lebih tepat untuk mengaktifkan konser orkestra karawitan tiap malam Selasa Legi di Bangsal Smarakata.

SALAH SATUNYA : Dari sejumlah manfaat konser karawitan weton malam Selasa Legi di Bangsal Smarakata (Senin, 22/7) itu, salah satunya dimanfaatkan untuk gladen tari “Bedhaya Endhol-endhol” oleh para anggota Sanggar Beksa Kraton Mataram Surakarta. Karena, gendhing iringan karawitannya ada, untuk disiarkan secara live, malam itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Konser karawitan weton Selasa Legi itupun sebenarnya semula menjadi menu utama RRI Stasiun Surakarta yang punya menu siaran seni karawitan rutin, yang menyiarkan langsung kegiatan pentas “live” di kraton. Tetapi, siaran langsung itu putus juga sejak 2017 hingga 2022, dan baru di pertengahan 2023 kembali diaktifkan dalam bentuk kerja-sama.

Namun, kerja-sama penyiaran konser karawitan itu tidak bisa tiba-tiba dilanjutkan setelah berhenti 6 tahun akibat sesuatu di luar dugaan atau “force majeur”, untuk menyebut “insiden mirip operasi militer” pada 15 April 2017 itu. Untuk kembali meneruskan kerja-sama, harus dibuat perjanjian baru dan ada MoU yang harus ditandatangani ulang oleh kedua pihak.

Setelah kerja-sama “bubar sejenak” sampai satu weton Selasa Legi menjelang Lebaran tahun 2023 lalu, konser karawitan disiarkan “live streaming” secara mandiri oleh kraton. Konser karawitan kembali disiarkan langsung bersama oleh live streaming kraton dan RRI Stasiun Surakarta, pada malam Selasa Legi, Senin malam (22/7) lalu.

Tak begitu tampak ada perubahan dalam prosesi konser karawitan maupun tatacara penyiarannya, karena sudah ada format baku yang berjalan rutin dalam waktu lama sebelumnya. Pembacaan/penyebutan setiap pergantian urut-urutan materi siaran yaitu nama gendhingnya, tetap sama, dilakukan oleh juru pambiwara, yang malam itu dilakukan KPH Raditya Lintang Sasangka.

KALAU GARINGAN : Untuk kegiatan gladen seni apapun utamanya tari, kalau dilakukan secara “garingan” atau tanpa iringan karawitan, pasti kurang menambah bersemangat. Tetapi yang terjadi di Bangsal Smarakata, Senin malam (22/7) ada iringan karawitan yang disiarkan langsung, tentu patut dimanfaatkan untuk gladen tari “Bedhaya Endhol-endhol”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

KPH Raditya Lintang Sasangka yang juga Ketua Sanggar Pawiyatan Pambiwara Kraton Mataram Surakarta, teras tepat menjadi pengatur lalu-lintas siaran langsung dan live streaming konser karawitan yang hampir semuanya memanfaatkan daya dukung potensi aset kraton itu. Terlebih, yang bersangkutan adalah “tindhih karawitan” yang menjalankan konser malam itu.
Dalam satu sisi yaitu konser orkestra karawitan yang memanfaatkan teknologi modern digital untuk penyebarluasannya, adalah bentuk sikap akomodatif kraton terhadap inovasi modern. Di sisi lain, potensi aset tradisional seni budaya kraton yang berbasis Budaya Jawa, tetap bisa diakomodasi teknologi modern dan bisa “dikonsumsi” masyarakat modern.

Dan hal yang paling positif dari sederet manfaat itu, adalah dicapainya unsur berlatih untuk, menambah jam terbang, menambah durasi tahap penghayatan dan sekaligus memberi edukasi publik secara luas serta memberi hiburan seni bernuansa tradisi asli khas budaya Jawa dari sumbernya, yaitu Kraton Mataram Surakarta. Edukasi dan hiburan itu, “gratis!”.

Unsur berlatih dan menambah jam terbang, tentu menjadi manfaat yang di luar dugaan dari konser karawitan “Selasa Legen” itu. Karena, para abdi-dalem karawitan dari Kabupaten Keparak Mandra Budaya, bagaimanapun tetap memerlukan kesempatan berlatih rutin setiap saat, untuk mengasah kemampuannya berkesenian, terlebih bagi yang ingin mencapai titik penghayatan.

VIEW BARU : Konser karawitan weton yang digelar “Bebadan Kabinet 2004” di Bangsal Smarakata rutin tiap malam Selasa Legi, akan menambah daftar view baru pemandangan objek destinasi wisata di Kraton Mataram Surakarta. Karena, konser Senin malam (22/7) itu juga menyajikan gladen tari yang memanfaatkan ruang berlatar menara Panggung Sangga Buwana. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Oleh sebab itu, bagi abdi-dalem karawitan, terutama seniman usia muda yang baru saja bergabung, kesempatan “gladen” yang disiarkan langsung melalui konser karawitan itu, penting dan berharga sekali. Bahkan tidak hanya yang dari “divisi” karawitan, para abdi-dalem “divisi” tari-pun ikut beruntung, karena juga mendapat kesempatan berlatih, Senin malam itu.    
Sudah dua-tiga kali “weton” ini, Gusti Moeng menyelipkan 1 gendhing iringan tari setiap siaran konser karawitan. Maka, ketika konser disiarkan live streaming, ada para penari dalam rangka berlatih di belakang layar, diiringi karawitan. Seperti Senin (22/7) malam itu, gladen tari “Bedhaya Endhol-endhol” disuguhkan, untuk memanfaatkan gendhing iringannya. (Won Poerwono-habis/i1)