Kumpulkan Warga Cabang di “Dua Malam Selasa”, Sembelih Empat Ekor Kambing
KUDUS, iMNews.id – Ketua Pengurus Pakasa Cabang Kabupaten Kudus, KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro mengumpulkan warga dan pengurus Pakasa cabang di kediamannya, untuk bersilaturahmi, rapat dan syukuran terhadap kedua cucu laki-lakinya. Karena luas tempatnya terbatas, sekitar 300-an pengurus dan warga Pakasa diundang pada dua malam Selasa.
“Karena rumah yang di Desa Tenggeles, Kecamatan Bae (Kabupaten Kudus) tak bisa menampung tamu dalam jumlah banyak. Maka, saya menggelar acara rapat, pertemuan sekaligus ritual aqiqah kedua cucu saya dalam dua kali. Yaitu, Senin malam Selasa (6/5) dan malam Selasa 13/5 nanti,” jelas Ketua Pakasa Cabang Kudus yang dinyatakan definitif penuh, sejak 6 bulan lalu.
Menurut pimpinan tiga “Majlis Taklim” di Lembah Pedangkungan, Desa Singocandi, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus itu, keluarga besar Pakasa cabang kini memiliki pengurus yang juga warganya sekitar 300-an orang atau kurang lebih 100-an KK.
Sedangkan dari ketiga kediamannya, rata-rata hanya bisa menampung tamu sekitar 150-an orang saja.
“Maka, pertemuan Pakasa yang disertai seluruh keluarga masing-masing seperti bersamaan aqiqah dua cucu saya kemarin itu, terpaksa saya bagi dua. Kalau hanya pengurus dan warga dewasa, ya baru 100-an orang. Khusus untuk hadir di pertemuan dua kali malam Selasa ini, kami tidak mewajibkan untuk mengenakan busana adat Jawa,” ujar trah-darah dalem Sunan Kudus itu.
Pertemuan dengan keluarga besar anggota dan pengurus Pakasa cabang itu, selain merembug perkembangan organisasi, juga membahas program pembelian seragam batik “Istana Mataram”. Dia menyebutkan, Pakasa cabang sudah mendatangkan seragam 100 potong yang disediakan tahap pertama untuk kalangan pengurus dan anggotanya.
Seragam batik yang didatangkan dari “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta itu, sudah dibayar kontan dan tinggal didistribusikan kepada para anggota Pakasa yang perlu mendapat prioritas. Namun, seragam itu tidak dibagikan secara gratis kepada semuanya, tetapi harus dibayar bagi yang mampu dan akan diberikan cuma-cuma bagi yang kurang mampu.
“Sementara ini ‘kan semua dari uang pribadi saya. Karena Pakasa cabang baru disahkan kepengurusannnya, dan saya juga baru menjadi ketua secara definitifi, penuh. Maka, bagi yang mampu saya minta mengganti harganya saja. Untuk yang kurang mampu, akan saya bagian secara cuma-cuma. Tahap kedua, kalau sudah siap saya akan beli 100 potong lagi,” ujarnya.
Perihal seragam batik “Istana Mataram” yang warnanya didominasi coklat, lahir saat komunitas “Istana Mataram” dibentuk dan dideklarasikan tahun 2018 lalu. Komunitas “Istana Mataram” lahir, karena seluruh jajaran “Bebadan Kabinet 2004” diusir keluar dari kraton dalam “insiden mirip operasi militer” yang melibatkan 2400 personel TNI/Polri 15 April, tahun 2017.
Karena banyak pengurus Pakasa cabang baru belum mengenal tentang Istana Mataram, maka banyak yang merasa asing ketika ada peringatan HUT Istana Mataram di Pendapa Pagelaran, April lalu. Seperti diketahui, sejak Gusti Moeng (Ketua LDA) berjuang di luar kraton, jumlah Pakasa cabang banyak vakum bahkan mati, tetapi sebaliknya banyak cabang baru yang muncul.
“Makanya, waktu ada peringatan HUT Istana Mataram di Pendapa Pagelaran, April lalu, kami tidak bisa hadir. Selain saya sendiri repot dan masih dalam pemulihan kesehatan, juga masih awam soal Istana Mataram. Tentu saja, juga belum punya seragam. Maka, baru sekarang kami ingin mendapatkan untuk para anggota Pakasa Kudus,” harap KRA Panembahan Didik. (won-i1)