Di Acara Kirab Budaya “Kabupaten Polorejo” dan HUT ke-2 Paguyuban Reog Katon Sumirat
PONOROGO, iMNews.id – Pengurus Pakasa Cabang “Gebang Tinatar” Kabupaten Ponorogo (Jatim) mendeklarasikan kostum busana khas “Ponoragan” (Panaragan-Red) sebagai busana adat harian yang pantas dikenakan warga masyarakat kabupaten itu. Deklarasi yang disertai ajakan atau imbauan itu, disampaikan di forum kirab budaya “Kabupaten Polorejo”, 5 dan 9 Mei.
Deklarasi imbauan dan ajakan mengenakan busana adat khas “Warok Panaragan” itu, disampaikan KRRA MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa “Gebang Tinatar” di acara peringatan HUT kedua Paguyuban Reog “Katon Sumirat” yang digelar di suatu tempat di kabupaten itu, Minggu (5/5). Pada kesempatan itu juga diumumkan agar kostum dikenakan pada kirab budaya, 9 Mei.
“Jadi, Minggu (5/5) kemarin itu, para pengurus Paguyuban Reog Katon Sumirat dan sekitar 50-an anggota paguyuban yang bisa hadir, berkumpul untuk memperingati HUT kedua paguyuban. KRRA MN Gendut selaku Pangarsa Pakasa cabang, mendeklarasikan kostum adat khas ‘Panaragan’ sebagai busana harian yang patut dikenakan warga sebagai cirikhas Kabupaten Ponorogo”.
“Dalam acara peringatan HUT itu, setelah deklarasi disambung dengan imbauan dan ajakan Pangarsa cabang untuk mengenakan busana adat ‘Panaragan’ pada kirab budaya peringatan ‘Kabupaten Polorejo’. Kirab budaya dengan mengenakan kostum Panaragan dan diikuti sejumlah grup reog, berkumpul di SDN 1 Desa Polorejo, Kamis malam (9/5),” ujar KRAT Sunarso Suro Agul-agul.
KRAT Sunarso Suro Agul-agul selaku Koordinator Paguyuban Reog Katon Sumirat yang dihubungi iMNews.id kemarin menjelaskan, sejak peringatan HUT “Katon Sumirat” Minggu (5/5) dan diawali pada kirab budaya “Kabupaten Polorejo”, Kamis (95/), kostum “Panaragan resmi menjadi busana harian warga Kabupaten Ponorogo pada umumnya, khususnya warga Pakasa Cabang Ponorogo.
Kostum “Panaragan” dimaksud, terdiri dari stelan celana dan baju “komprang” (longgar) warna hitam, tetapi di dalamnya mengenakan kaos bergaris horisontal warna metah-putih. Dalam undangan juga disebutkan, semua peserta diharap mengenakan sabuk “Otok”, “kolor lawe” dengan mengenakan keris yang digantung di samping depan alias “nganggar”.
Di tempat terpisah, KRRA MN Gendut selaku Ketua Pakasa Cabang “Gebang Tinatar” yang dimintai konfirmasi membenarkan adanya kedua acara tersebut yang diisi deklarasi dan ajakan mengenakan kali pertama dalam acara kirab budaya “Kabupaten Polorejo”. Di acara peringatan HUT katon Sumirat, sebelum deklarasi diadakan doa wilujengan dan potong tumpeng.
Koordinator Paguyuban Reog “Katon Sumirat” yang juga selaku Wakil Ketua Pakasa Cabang Ponorogo menyebutkan, acara kirab budaya merupakan bagian dari berziarah ke makam “Bupati Polorejo” Raden Tumenggung (RT) Brotonagoro di Desa Polorejo, Kecamatan Kota Kabupaten Ponorogo. Menurutnya, Kabupaten Polorejo menjadi salah satu cikal-bakal Kabupaten Ponorogo.
Sementara itu, KRT Cahyo Reksoyudo sebagai salah seorang pengurus Paguyuban Katon Sumirat menyebut, anggota paguyuban reog kini berjumlah 150-an orang yang terdiri dari sekitar 50-an grup reog yang berasal dari empat kabupaten di Jatim, yaitu Ponorogo, Magetan, Ngawi dan Kabupaten Nganjuk. Mereka itu, sering tampil di berbagai acara di Kraton Surakarta.
Perihal paguyuban reog dan berbagai kegiatan yang menjadi cirikhas Pakasa Cabang Ponorogo, adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dalam pelestarian budaya Jawa dan Kraton Mataram Surakarta. Termasuk kegiatan “nyadran” dan haul di makam leluhur Dinasti Mataram di banyak lokasi, yang selalu diekspresikan dengan kirab budaya, reog dan prajurit kraton. (won-i1).