Pengurus Makam Pangeran Puger di Kudus, Minta “Perlindungan” Pakasa Cabang
SURAKARTA, iMNews.id – Acara peringatan ultah ke-6 komunitas “sekoci Istana Mataram” dan halal-bihalal segenap elemen Lembaga Dewan Adat (LDA) Kraton Mataram Surakarta dan pengurus Pakasa Punjer yang digelar kemarin (iMNews.id, 19/4), selain menjadi ajang konsolidasi untuk semua elemen, juga memberikan beberapa sinyal.
Dua di antara beberapa sinyal itu adalah keberadaan komunitas “sekoci Istana Mataram” yang diperingati kelahirannya genap 6 tahun, disebut KPH Edy Wirabhumi selaku penggagasnya sebagai elemen yang bisa dikembangkan dan dicarikan payung hukum. Sekoci seperti ini, bahkan bisa dikembangkan di tingkat nasional bersama MAKN.

Sementara itu, keberadaan elemen Pakasa yang kini berkembang di 30-an kabupaten yang sudah terbentuk kepengurusan cabangnya, juga disebut akan menjadi elemen yang sama-sama posisinya dengan komunitas “sekoci Istana Mataram”. Keduanya, akan menjadi elemen yang akan memperkuat keberadaan Kraton Mataram Surakarta bersama LDA dan yang lain.
“Tunggu saja, sebentar lagi akan ada deklarasi sekoci Istana Mataram yang tidak hanya akan memperkuat Kraton Mataram Surakarta, tetapi juga memperkuat Indonesia. Komunitas Majapahit juga sedang menunggu legal standing secara nasional dan internasional. Raja-raja seluruh Nusantara (MAKN), juga akan bersama-samam”, ujar KPH Edy.

Pidato yang mirip orasi budaya dan sejarah itu, juga merangkum pernyataan GKR Wandansari selaku Pangarsa LDA yang memberi smabutan sebelumnya. Di situ diungkapkan, banyak pengamat atau bahkan dari kalangan internal keluarga besar masyarakat adat menyebut, Kraton Mataram Surakarta sudah selesai setelah Sinuhun PB XII.
“Ucapan itu sebenarnya mengulang yang terdengar sebelumnya, bahwa Kraton Mataram Surakarta sudah berakhir setelah Sinuhun PB X jumeneng, Tetapi nyatanya, saya kok masih berdiri di sini dan berbicara di depan panjenengan semua?. Terus, apa artinya ini?. Menurut saya, inilah hasil kerja kita semua dan karena ridho Allah SWT,” ujarnya.

Kerja semua elemen yang disebut Gusti Moeng dalam sambutannya, adalah keberhasilan dari “perjuangan” dalam pelestarian seni budaya Jawa yang bersumber dari kraton dan perjuangan menegakkan paugeran adat yang ditinggalkan para leluhur dan menjadi konstitusi Kraton Mataram Surakarta yang kini didukung berbagai elemen, termasuk Pakasa.
Sementara itu, kehadiran utusan para pengurus Pakasa cabang pada halal-bihalal dan ultah Istana Mataram itu, patut diapresiasi. Menurut Dr Purwadi yang juga hadir di situ, “pisowanan” yang sangat cair ini bisa disebut sebagai upaya konsolidasi semua elemen, meskipun Pakasa cabang di wilayah Surakarta sendiri rata-rata tidak eksis.

Dari Kabupaten Kudus, KRA Panembahan Didik Gilingwesi selaku “Plt” Ketua Pakasa cabang setempat yang dimintai konfirmasi iMNews.id menyebutkan, cabangnya minta izin tidak bisa hadir di acara yang digelar di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Jumat (19/4) kemarin. Dalam dua hari sampai Sabtu ini, cabang juga masih menggelar halal-bihalal.
Di antara yang minta waktu untuk berhalal-bihalal kepadanya, disebutkan dari pengurus makam Pangeran Puger yang ada di Desa Demaan, Kecamatan Kota, Jalan Pangeran Puger No 16, Kabupaten Kudus. Menurutnya, mereka ingin berkonsultasi dan mencari “perlindungan”, karena pengelolaan makam akan “diminta” pamong desa setempat. (won-i1).