“Malem Selikuran”, Momentum Kembalinya Semangat “Ngalab Berkah” Berbagai Upacara Adat (seri 2 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:April 3, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing “Malem Selikuran”, Momentum Kembalinya Semangat “Ngalab Berkah” Berbagai Upacara Adat (seri 2 – bersambung)
LINGKAR BALUWARTI : Barisan prosesi ritual hajad-dalem Malem Selikuran, kembali tiba di halaman Kamandungan, setelah berkeliling jalan lingkar dalam Baluwarti, Minggu (31/3). Seterusnya, prosesi menuju Masjid Agung untuk mendoakan uba-rampe hajad-dalem menyambut "Lailathul Qadar" tersebut. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Masyarakat yang “Ngalab Berkah” Berkurang, Tetapi Jumlah Cabang Pakasa Tumbuh Berkembang

IMNEWS.ID – EVENT ritual “Malem selikuran” yang digelar “Bebadan Kabinet 2004” pimpinan GKR Wandansari Koes Moertiyah, Minggu (31/3), selain memperlihatkan sikap konsistensi, juga menjadi contoh gerak perjalanan yang yang bisa dievaluasi. Terutama, wujud hasil (progres) dari proses “perdamaian” yang dicapai 3 Januari 2023.

Tetapi selain itu, banyak hal yang menjadi catatan penting dan perlu mendapatkan perhatian serius berbagai pihak (iMNews.id, 2/4). Di tengah himpitan dan berbagai hambatan dari sisi kelembagaan masyarakat adat, “Bebadan Kabinet 2004” masih bisa menggelar upacara adat yang menjadi salah satu tanda kehidupannya.

Memang, dalam penampilan sedikitnya 9 jenis upacara adat yang rutin tiap tahun digelar, tampak ada penurunan jumlah secara signifikan, bahkan tajam, masyarakat luas dan “lepas” yang “ngalab berkah”. Tetapi di sisi lain, masyarakat adat di berbagai daerah yang melembaga dalam Pakasa cabang, menunjukkan progres positif.  

DARI NGAWI : Pasukan “Semut Ireng” dari Pakasa Cabang (Kabupaten) Ngawi (Jatim), ikut bergabung menjalankan “gawa-gawene” mengusung “kremun” berisi “uba-rampe hajad-dalem” Malem Selikuran, saat masih berjalan mengelilingi jalan lingkar dalam Baluwarti, Minggu (31/3) malam. (foto : iMNews.id/dok)

Terlepas dari adanya berbagai variabel yang berpotensi menjadi pengaruh langsung maupun tidak terhadap penyelenggaran berbagai upacara adat di Kraton Mataram Surakarta, ada dua hal penting di luar itu yang patut dicatat. Yaitu penurunan jumlah “pengalab berkah” di satu sisi, dan perkembangan Pakasa cabang di sisi lain.

Perkembangan abdi-dalem Pakasa dengan terbentuknya sejumlah pengurus cabang di berbagai kabupaten di Jateng dan Jatim, merupakan arah perubahan yang positif terutama dalam upaya pelestarian budaya Jawa dan menjaga kelangsungan Kraton Mataram Surakarta.

Namun, di balik pertumbuhan dukungan legitimatif Pakasa, baik jumlah cabang maupun warga anggotanya, bersamaan itu terjadi penurunan yang cukup signifikan. Jumlah masyarakat pengunjung yang “ngalab berkah” hajad-dalem berbagai ritual di kraton, menurun tajam utamanya Malem Selikuran dan kirab pusaka malam 1 Sura.

PAKASA JEPARA : Menguatnya legitimasi Pakasa cabang semakin tampak pada berbagai upacara adat. Seperti dukungan Pakasa Cabang Jepara yang bergabung dengan pasukan “Semut Ireng” untuk mengusung “uba-rampe hajad-dalem” Malem Selikuran, Minggu (31/3) malam. (foto : iMNews.id/dok)

Ketika dianalisis, meningkatnya jumlah Pakasa cabang yang di dalamnya termasuk jumlah warga abdi-dalem yang menjadi anggotanya, tidak serta-merta bisa diasumsikan akibat penurunan jumlah masyarakat pengunjung yang “ngalab berkah” yang berasal dari warga peradaban luas dan tadinya “lepas” di luar organisasi Pakasa cabang.

Tetapi, pertumbuhan dan pertambahannya sangat dimungkinkan berasal dari kalangan masyarakat kelas menengah yang punya kemampuan secara ekonomi. Juga dari kalangan terdidik dan kalangan yang banyak berkecimpung di bidang sosial/jasa di bidang seni/lembaga pendidikan/pamong dan figur-figur yang punya “visi politik”.

Oleh sebab itu, ada gejala penambahan frekuensi agenda wisuda abdi-dalem dan jumlah pesertanya di sejumlah daerah, terutama ketika mendekati tahun-tahun politik. Selain dua variabel “visi” dan “animo”, pertumbuhan Pakasa juga “dekat” sekali dengan variabel gejala “perpecahan” pengurus dan warganya.

DARI JEPARA : Penguatan abdi-dalem “Kanca Kaji” Kraton Mataram Surakarta, datang dari Pakasa Cabang Jepara. Rombongan “Kanca Kaji” dipimpin RT Rasmaji yang hadir di ritual Malem Selikuran, Minggu (31/3) malam, adalah utusan khusus Ketua Pakasa Cabang. (foto : iMNews.id/dok)

Sesi soal dua pemandangan yang bertolak-belakang di atas, akan dibahas dalam seri penulisan berikutnya, karena ada variabel lain yang juga penting di luar yang sudah disebut pada seri 1 (iMNews.id, 1/3) maupun seri 2 (iMNews.id, 2/3). Yaitu adanya friksi internal, event tandingan dan anasir desakralisasi.

Walau potensi ancaman terhadap perjalanan Pakasa begitu nyata, apalagi potensi penghancuran segala macam produk budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta serta ancaman terhadap eksistensi kelembagaan kraton itu sendiri, tetapi ritual “Maleman Selikuran”, Minggu (31/3), masih eksis.

Eksistensi ritual hajad-dalem “Malem Selikuran” itu, tampak masih kuat, walau ada pergeseran posisi legitimasi di kalangan masyarakat adat pendukungnya. Kekuatan itu tampak dari banyaknya Pakasa cabang dari berbagai daerah yang “sowan” membawa rombongan untuk mendukung berbagai keperluan upacara adat itu.

PENUH PERJUANGAN : Kehadiran rombongan Pakasa Cabang Kudus yang di dalamnya ada sejumlah abdi-dalem “Kanca Kaji” pada ritual hajad-dalem Malem Selikuran, Minggu (31/3), termasuk penuh perjuangan. Karena, dalam kondisi pelumihan cedera punggung, KRA Panembahan Didik (Plt Ketua Cabang), ikut hadir. (foto : iMNews.id/dok)

Media “istana Mataram News.id” sempat bertemu dengan KRRA MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) dan wakilnya, KRAT Sunarso Suro Agul-agul yang membawa 50 anggota rombongan, separonya berdandan   prajurit, untuk mendukung barisan pengawal dan memandu prosesi kirab dari kraton menuju Masjid Agung.

Begitu pula dengan kehadiran belasan anggota rombongan Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin KRA Panembahan Didik Gilingwesi, yang banyak mendukung kebutuhan abdi-dalem “Kanca Kaji”. Kehadiran “Plt” Ketua Pakasa Pati ini, bisa disebut “penuh perjuangan”, karena belum sembuh dari cedera punggung, tetapi “nekat sowan”.

Rombongan Pakasa Cabang Ngawi yang dipimpin KRT Suyono Sastrorejo (Ketua Harian Cabang), banyak yang bergabung dengan pasukan “Semut Ireng”. Pasukan yang mengusung uba-rampe hajad-dalem ini, tentu mendapat dukungan Pakasa Cabang Jepara, yang masih membagi separo rombongannya memperkuat abdi-dalem “Kanca Kaji”. (Won Poerwono-bersambung/i1).