Belum Jadi Disiarkan RRI Surakarta, Tetapi Dipancarkan Via “Live Streaming”
SURAKARTA, iMNews.id – Setelah vakum cukup lama sejal sebelum 2017, konser karawitan khas gaya Kraton Mataram Surakarta tiap malam “Weton Selasa Legi” digelar kembali di Bangsal Smarakata. Konser perdana mengambil waktu malam “weton” kelahiran Sinuhun PB XII itu, digelar Bebadan Kabinet 2004, Senin malam (4/3).
“Ini mengaktifkan kembali konser karawitan atau ‘klenengan’ di malam weton Sinuhun PB XII, yang dulu selalu bekerjasama dengan RRI Surakarta. Sebetulnya, yang ini juga inbgin kerjasama lagi, tetapi karena belum siap, ya konsernya tetap jalan, tetapi disiarkan secara live streaming,” ujar GKR Wandansari Koes Moertiyah.
Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat yang akrab disapa Gusti Moeng itu, menyampaikan informasi kepada iMNews.id menjelang dimulainya konser, Senin malam (4/3) sekitar pukul 20.15 WIB. Konser karawitan berlangsung mulai pukul 20.30 WIB hingga tengah malam yang sudah masuk hitungan weton Selasa Legi.
Konser karawitan yang sangat khas gaya Surakarta dan lebih spesifik lagi gaya Kraton Mataram Surakarta malam itu, dipandu KP Budayaningrat sebagai juru pambiwara. Menurutnya, konser tersebut melibatkan 28 seniman karawitan abdi-dalem Kantor Mandra Budaya yang sebagian besar para senior di kraton.
Konser karawitan dengan tindhih pangrakit gendhing RT Dr Dibyagunadipura SSn MSn itu, menggunakan sepasang gamelan pusaka yang selalu menghias Bangsal Smarakata, tempat konser, yaitu Kiai Sukasih (Pelog) dan Kiai Pamedharsih (Slendro). Meski banyak abdi-dalem senior, kini kraton juga mengkader para pengrawit muda.
Di antara lebih dari 30-an abdi-dalem seniman muda, lanjut KP Budayaningrat, terdapat beberapa figur pesinden muda untuk meregenerasi para pesinden yang rata-rata usianya di atas 60 tahun, seperti Nyi Ngabehi Cendanilaras, misalnya. Malam itu, pesinden senior ini masih hadir memberi semangat yang muda-muda.
Para pesinden muda yang tampil malam itu, adalah Nyi Mutiara Dewi Fatimah SSn MSn, Nyi Wiwik Purbaningrum SSn, Nyi Ratih, Ni Resia Nadya Larasati, Ni Desanta dan Nyi Sukini. Para pengrawit dan pesinden muda kebanyakan dari SMKN 8 yang telah bekerjasama dengan kraton, tetapi banyak juga yang lulusan ISI Surakarta.
“Kemarin itu, sebenarnya ingin melanjutkan kerjasama antara kraton dengan RRI untuk menyiarkan konser karawitan tiap malam weton Sinuhun PB XII itu. Naskah kerjsamanya sudah dibuat dan tinggal ditandatangani. Tetapi ternyata pihak RRI masih butuh waktu untuk mempelajari. Jadi, belum bisa menyiarkan”.
“Karena MoU yang di sini sudah ditandatangani dan waktunya tepat malam weton Selasa Legi. Ya sudah, konser tetap berjalan. Kita siarkan secara live streaming saja. Karena, teknologi sekarang ‘kan memberi banyak pilihan dan kemudahan,” ujar KPH Raditya Lintang Sasangka, koordinator abdi-dalem Kantor Mandra Budaya.
Dikatakan salah seorang wayah-dalem Sinuhun PB X ini, sajian konser karawitan gaya Kraton Mataram Surakarta sampai saat ini, materi seniman pengrawit dan sajiannya masih sangat layak untuk disajikan, bahkan originalitas dan kualitasnya masih terjaga baik.
Untuk itu, lanjut Ketua Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta yang juga dosen pascasarjana Fisip UNS ini, tinggal cara dan model publikasinya saja yang diperlukan. Dan untuk kebutuhan itu, alternatifnya terbuka luas sesuai dengan perkembangan teknologinya.
Konser karawitan perdana setelah vakum cukup lama sejak sebelum 2017 itu, digelar di Bangsal Smarakata dan disaksikan secara terbatas oleh kalangan keluarga besar Kraton Mataram Surakarta, khususnya jajaran “Bebadan Kabinet 2004”. Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat membuka konser itu.
KP Budayaningrat, salah seorang dwija Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta, malam itu mendapat tugas sebagai pemandu acara. Menjawab pertanyaan iMNews.id yang menghubungi kemarin disebutkan, konser karawitan malam weton Selasa Legi itu secara keseluruhan menyajikan enam gendhing.
Dibuka dengan “gendhing pambuka”, yaitu Gendhing Sri Katon, Laras Pelog Pathet Barang, sebagai sajian pertama, dilanjutkan dengan “Sindhenan Bedhaya Sukaharja” pada sajian kedua. Terus berlanjut Gendhing Lontang, Gendhing Lipur Erang-erang dan ditutup Bawa Sekar Ageng Pusparukmi Gendhing Kuwung-kuwung. (won-i1).