Walau Hujan Menghadang, Kirab “Mapag Wulan Siyam” Tetap Berjalan Tepat Waktu

  • Post author:
  • Post published:March 4, 2024
  • Post category:Budaya
  • Post comments:0 Comments
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Walau Hujan Menghadang, Kirab “Mapag Wulan Siyam” Tetap Berjalan Tepat Waktu
PENGANTAR KIRAB : Di atas kursi roda, KRA Panembahan Didik (Plt Ketua Pakasa Cabang Kudus) memberikan pengantar sebelum kirab event budaya "Mapag Wulan Riyam" diberangkatkan dari kediaman KRT Heru Kristiyono Hadinagoro (Bendahara Pakasa Kudus), Minggu (3/3) siang kemarin. (foto : iMNews.id/dok)

Pakasa Cabang Kudus Selalu Kedepankan Simbol-simbol Supremasi Budaya Jawa

KUDUS, iMNews.id – Menggelar berbagai acara di luar ruang di saat curah hujan masih besar di bulan Maret, menjadi tantangan besar bagi Pakasa Cabang Kudus yang sedang mengkreasi event ritual “Mapag Wulan Ruwah”, yang dilaksanakan Minggu siang (3/3) kemarin.

Meski begitu, kirab budaya menyambut datangnya bulan puasa atau Pasa/Ramadhan, tahun Jimawal 1957/tahun Hijriyah 1445 tahun 2024 ini, tetap bisa berlangsung tepat waktu, yaitu mulai pukul 13.00 WIB, dari kediaman KRT Heru Kristiyono Hadinagoro, Minggu siang kemarin.

Hujan turun deras sebelum pukul 12.00 WIB, yang menggenangi lingkungan kediaman KRT Heru Kristiyono Hadinagoro di kampung Pelang, Desa Margorejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Tetapi, menjelang pukul 13.00 WIB sudah terang-benderang, sehingga kirab budaya diberangkatkan, tepat sesuai rencana.

“Tetapi, akibat hujan itu, yang saya undang 500-an orang, saat kirab diberangkatkan, yang hadir baru kira-kira separonya. Syukurlah alhamdulillah, rombongan dari Pakasa Cabang Pati dan utusan Kanjeng Bambang (KRA Bambang S Adiningkrat) Pakasa Cabang Jepara,” sudah lebih dulu datang”.

REPLIKA KERIS : Simbol-simbol supremasi budaya Jawa yaitu keris dalam replika dari bahan kayu dan plat besi seberat 50-an Kg, masing-masing dipikul seorang peserta kirab event “Mapag Wulan Siyam” yang dikreasi dan diinisiasi KRA Panembahan Didik (Plt Ketua Pakasa Cabang Kudus), Minggu (3/3) siang kemarin. (foto : iMNews.id/dok)

“Yang lain, termasuk para santri saya yang rumahnya agak jauh, ada yang datang saat kirab sudah selesai. Ternyata, hujan kemarin itu membuat banjir di beberapa wilayah khususnya di Kecamatan Dawe. Sehingga ada undangan yang terhalang banjir, sehingga terlambat datang di tempat acara,” ujar KRA Panembahan Didik.

“Plt” Ketua Pakasa Cabang Kudus, KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro yang dimintai konfirmasi iMNews.id, tadi pagi, mengaku dirinya sempat terserang vertigo selesai mengurusi event ritual “Mapag Wulan Siyam” yang berakhir sekitar pukul 15.00 WIB. Dia butuh berbaring untuk mengurangi rasa pusing hingga malam.

Dikatakan pimpinan tiga Majlis Taklim yang juga masih trah darah-dalem Sunan Kudus itu, event ritual “Mapag Wulan Siyam” tetap dilaksanakan sesuai jadwal dan didukung oleh para peserta yang semuanya sudah siap sejak sebelum pukul 12.00 WIB. Termasuk rombongan Pakasa Cabang Pati dan utusan Pakasa Cabang Jepara.

Kirab yang didukung sekitar 250-an orang dari rencana 500-an orang itu, start dari kediaman KRT Heru Kristiyono Hadinagoro, berjalan kaki mengelilingi kampung Pelang RT 6 RW 5, Desa Margorejo, Kecamatan Dawe dan finish di tempat start. Rute yang ditempuh adalah 1,1 KM atau sekitar sejam.

PENUH SEMANGAT : Nyi MT Tarmini Budayaningtyas (82), ibunda KRA Panembahan Didik, adalah peserta paling tua usianya, tetapi penuh semangat berjalan kaki 1,1 KM mengikuti event kirab “Mapag Wulan Siyam” yang dikreasi dan diinisiasi Pakasa Cabang Kudus, Minggu (3/3) siang kemarin. (foto : iMNews.id/dok)

Para peserta kirab, hampir semuanya menampilkan simbol-simbol supremasi budaya Jawa seperti busana adat, perlengkapan yang dibawa seperti replika keris ukuran besar dari kayu dan dari plat besi masing-masing seberat 50-an Kg, payung bersusun, unit kesenian barongan dan sebagainya.

“Ibu saya (Nyi MT Tarmini Budayaningtyas-Red) selalu tidak ketinggalan. Datang naik grab ke sini. Padahal, tidak kami kabari kalau ada kirab. Mungkin dengar dari siapa, saya tidak tahu, tiba-tiba datang sudah siap ikut kirab. Ada juga anak kecil yang naik kuda, ikut kirab. Itu baru saja sunat,” ujar KRA Panembahan.

Menurutnya, event “Mapag Wulan Siyam” yang baru kali pertama dikreasi dan diinisiasi ini, diharapkan memberi manfaat yang banyak bagi masyarakat luas. Setidaknya, memberi edukasi bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Dawe, yang disebutnya menjadi bagian dari masyarakat Kabupaten Kudus yang sudah tidak mengenal budaya Jawa.

Manfaat berikut, yaitu mengenalkan kembali simbol-simbol dan cirikhas ikonik budaya Jawa, seperti busana adat “Kejawen”, melalui visual karya kriya keris dari bahan kayu ukuran besar, juga dari bahan plat besi yang tampak ada ukiran pamor dicat warna emas. Keduanya, dipikul masing-masing seorang dalam kirab.

NAIK KUDA : Seorang anak berbusana adat yang menuggang kuda itu, adalah salah satu peserta event kirab budaya “Mapag Wulan Siyam” yang dikreasi dan diinisiasi KRA Panembahan Didik. Pakasa Cabag Kudus banyak melibatkan anak-anak sebagai calon pelestari budaya Jawa di masa mendatang. (foto : iMNews.id/dok)

Perihal simbol senjata khas yang bernama keris yang selalu ditampilkan dalam kirab di Kabupaten Kudus dan di tempat-tempat lain seperti di Pati, Jepara dan Kraton Mataram Surakarta saat hari jadi Pakasa, menurutnya mungkin tidak identik dengan Kudus tetapi senjata itu adalah lambang kewibawaan ksatria Jawa.

Disebutkan, dirinya masih punya replika keris yang lebih besar, panjang 4,8 meter dan bobot 124 Kg. Selain itu, keris itu melengkapi aset budaya yang sudah ada sebelumnya yaitu terompet Mbah Glongsor, kitab Alqur’an ukuran jumbo dari bahan daun lontar, lukisan wajah Sunan Kudus yang bisa mengdukasi publik secara luas. (won-i1).

Leave a Reply