Perlu Penguatan Kesiapan Unsur Elemen Internal Kraton, Untuk Pengorganisasian yang Lebih Baik
IMNEWS.ID – SEIRING meningkatnya rasa nyaman dan aman yang disuguhkan “Bebadan Kabinet 2004” dalam event ritual tingalan jumenengan ke-20 Sinuhun Suryo Partono, 25 Rejeb/Rajab Tahun Jimawal 1957/Hijriyah 1445, Selasa Pon (26/2) lalu, kehadiran warga Pakasa cabang dari berbagai daerah, termasuk abdi-dalem elemen lain, juga jauh lebih banyak dibanding tahun lalu.
Faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap rasa nyaman dan aman, tentu jajaran “Bebadan Kabinet 2004” yang bekerja keras dalam kepanitiaan terutama pada pelaksanaannya. Meskipun, masih ada sedikit insiden yang terjadi di luar dugaan alias tiba-tiba, misalnya perubahan sebagian pola struktur pisowanan tingalan, akibat faktor lain yang terjadi secara kausalitas.
Hasil yang positif maupun negatif dalam pelaksanaan event ritual tingalan jumenengan ke-2 di “era baru” bagi jajaran “Bebadan Kabinet 2004” setelah yang pertama tahun 2023, merupakan progres yang dicapai kerja “rangkaian gerbong” yang dipimpin Gusti Moeng. Itu termasuk luar biasa, karena progres yang baik berbareng dengan datangnya masalah baru yang kini dihadapi.

Masalah baru itu, adalah banyak berkurangnya SDM tokoh-tokoh kerabat internal, yaitu sentana dan abdi-dalem yang bersama “Bebadan Kabinet 2004” berjuang di luar kraton selama lima tahun. Tokoh-tokoh penting yang selalu mencurahkan pandangan dan pemikiran-pemikirannya, berguguran satu demi-satu utamanya selama periode April 2017 hingga Desember 2022.
Itu juga karena semakin berkurangnya para abdi-dalem setia, yang sangat banyak membantu kerja-kerja adat. Mereka punya pengalaman puluhan tahun “suwita” di kraton dan menggeluti bidang tugas masing-masing. Namun, ada sebagian yang mendapatkan ganti sangat sedikit jumlahnya, yang rata-rata berpengalaman minim, tetapi ada yang masih kosong belum ada penggantinya.
Oleh sebab itu, sangat wajar apabila pada hari “H” event tingalan berlangsung ada insiden dalam pengaturan abdi-dalem Pakasa dan elemen lain yang sowan. Itu semua bermuara dari kurangnya tenaga lapangan dan tokoh-tokoh yang menyumbang pemikiran di level pimpinan “Bebadan Kabinet 2004”, semisal “eguh pertikel” KPA Winarno Kusumo (alm) atau KPH Broto Adiningrat (alm).

Keterbatasan jangkauan para petugas dari keseluruhan panitia ini, jelas sangat wajar. Selain keterbatasan jumlah figur petugasnya, ada masalah baru di lapangan yang bersumber dari persoalan utama, yaitu ekses-ekses yang lahir dari proses perdamaian. Proses itu terus berjalan, tetapi belum tuntas, dan akibat sampingannya (side efect) tentu ada.
Seiring perjalanan waktu, suatu saat entah kapan, proses perdamaian akan mencapai titik puncak ideal dan tuntas. Tetapi, pasti akan ada “side efect-nya”, yaitu terlemparnya figur-figur tertentu yang hingga saat ini masih menjalankan fungsi-fungsi di luar tugas sistem “Bebadan Kabinet 2004”, yang membuat terkesan ada bagian dari sistem ganda berjalan di kraton.
Pada saatnya, kerja serabutan yang terkesan tidak bertanggung-jawab dan menyebabkan para abdi-dalem dari elemen kebingunan seperti “anak ayam kehilangan induknya” di lokasi pisowanan, Selasa siang (6/2), pasti akan tersingkir atau hilang secara alamiah. Event tingalan tahun ini, harus menjadi bahan evaluasi untuk penguatan unsur elemen dalam kepanitiaan.

Dalam posisi dan kebutuhan penguatan seperti itu, semua figur tokoh generasi muda di kraton tanpa perkecualian, harus tampil memperkuat sekaligus belajar mengorganisasi, karena pada saatnya kelak yang akan menggantikan kalangan generasi orang-tuanya. Kalangan sentana-dalem dan sentana garap, juga sudah saatnya menyiapkan kader muda yang bisa membantu kerja-kerja adat.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, sangat tepat apabila KRT Suyono Sastrorejo (Ketua Harian Pakasa Cabang Ngawi), KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara), bahkan abdi-dalem ulama KRA Madyo Hadiningrat sampai turun-tangan menjadi bagian dari panitia yang bertugas sebagai “among tamu”.
Ketiga tokoh yang tampak bersiaga di ujung utara Bangsal Smarakata itu, justru perlu dijadikan contoh pengorganisasian para pengurus Pakasa cabang dalam kepanitian event-event besar di kraton, semisal tingalan jumenengan itu. Karena, keberadaan warga Pakasa cabang memang kini menjadi kekuatan legitimasi utama, bahkan ke depan semakin dibutuhkan dan diandalkan.

Tampilnya kalangan warga Pakasa cabang seperti yang sering diperlihatkan “Tiga Serangkai” dari wilayah “Nguntara Nagara” yaitu cabang Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara memperkuat abdi-dalem ulama di bagian “Kanca Kaji”, juga sudah menjadi keniscayaan. Karena, cabang-cabang di wilayah Gunung Muria itu, kaya potensi ulama Nahdliyin.
KRAT Mulyadi Puspopustoko yang memimpin rombongan “Kanca Kaji” dari Pakasa Cabang Pati dan RT Rasmaji selaku pimpinan rombongan “Kanca Kaji” dari Pakasa Jepara, sangat membanggakan bisa mewarnai event tingalan jumenengan, Selasa lalu. Sayang, rombongan “Kanca Kaji” Pakasa Cabang Kudus kali ini absen, karena tak mau dilepas bergabung dengan utusan dari cabang lain.
“Saya datang di pisowanan, tetapi punggung sakit dan tidak bisa bergabung di pasewakan. Maka maklum, karena saya tidak masuk ke pasewakan, para santri saya yang sudah mendapat kekancingan Kanca-Kaji ikut-ikutan tidak mau masuk pasewakan. Tetapi, cepat atau lambat, ini akan saya rubah, karena kraton sangat membutuhkan,” jelas KRA Panembahan Didik (Ketua Pakasa Kudus). (Won Poerwono-bersambung/i1).