Diucapkan Dalam Doa yang Dipimpin MNg Irawan Wijaya Pujodiprojo
SURAKARTA, iMNews.id – Kegiatan spiritual religi khataman Alqur’an yang sudah berjalan rutian tiap “selapan” atau 35 hari sekali sejak 17 Desember 2022, digelar kembali “Bebadan kabinet 2004” di Bangsal Smarakata, Kamis Pon (1/2), semalam. Jadwal “weton” khataman yang seharusnya Rabu Pahing (31/1), digeser mundur sehari karena untuk latihan tari Bedaya Ketawang.
Secara keseluruhan, jalannya kegiatan spiritual religi khataman nyaris tidak ada yang beda dari pelaksanaan “weton” Rabu Pahing sebelumnya. Hanya soal harinya yang terpaksa digeser ke Kamis Pon (1/2), karena di hari itu menjadi pantangan bagi kraton untuk menggelar berbagai kegiatan kecuali kegiatan religi, misalnya khataman Alqur’an itu.
Hari Kamis yang biasanya kosong dari berbagai kegiatan yang sifatnya resepsional atau memperdengarkan suara gamelan atau aktivitas lain di luar religi seperti semalam, lalu diisi kegiatan religi khataman Alqur’an. Sedangkan Rabu Pahing atau malam sebelumnya, dimanfaatkan untuk persiapan ritual tingalan jumenengan, yaitu latihan tari Bedaya Ketawang.
“Jadi, khataman Alqur’annya yang digeser berlangsung malam ini. Karena, ada berbagai persiapan untuk upacara adat tingalan jumenengan yang akan berlangsung Selasa, 6 Februari. Salah satu persiapannya, adalah latihan tari Bedaya Ketawang di Pendapa Sasana Sewaka. La, Rabu Pahing kemarin malam itu, kami gunakan untuk latihan Bedaya Ketawang,” jelas Gusti Moeng.
GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat, semalam hanya memberi sambutan singkat, terutama menjelaskan bergesernya hari pelaksanaan khataman Alqur’an. Sambutan diberikan sebagai penutup acara khataman yang dimulai pukul 20.20 WIB dan berakhir sekitar pukul 21.40 WIB, Kamis Pon, semalam.
Meski tampak biasa dan nyaris tidak beda dengan khataman Alqur’an yang berlangsung rutin tiap “selapan” 35 hari sebelumnya, namun ada sepatah-dua patah kata yang terdengar baru, karena sebelumnya nyaris jtidak pernah disebut. Yaitu ungkapan kalimat isi doa yang disampaikan abdi-dalem jurusuranata MNg Irawan Wijaya Pujodiprojo, saat memimpin doa di akhir khataman Alqur’an.
Dalam permohonan sebagai bagian isi doa itu terdengar ungakapan “Kula ugi nyenyuwun dumateng paduka ya Allah, mugi para garwa lan prameswari-dalem ingkang miyos saking para nata, lan ingkang nurunaken para nata ing Mataram, kaparingana papan ing swarga langgeng…..”. Sementara, KRA Madya Hadiningrat menyebut urut raja-raja Mataram dari yang pertama hingga kini.
“Kula ugi nyenyuwun, mugi Kangjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Hangabehi paduka paringi kekiatan lan kesagetan anggenipun bade nglingsir keprabon jumeneng nata ing kraton-dalem Mataram Surakarta Hadiningrat. Kula ugi nyenyuwun mugi paduka paring kekiatan lan kesagetan dumateng Gusti Kangjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbai lan Gusti Devi Lelyana Dewi…,” pinta MNg Irawan.
Doa yang diucapkan MNg Irawan Wijaya Pujodiprojo yang dilanjutkan dengan shalawat Sultan-agungan dan syahadat Quresh, melanjutkan lafal Alqur’an yang dipimpin abdi-dalem ulama “Kanca Kaji” KRA Madya Hadiningrat yang. Semakan Alqur’an menjadi bagian awal kegiatan spiritual religi itu, setelah Gusti Moeng memberi “dhawuh ujub” kepadanya untuk menjalankan tugas.
Sementara itu, di antara sekitar 100 peserta khataman Alqur’an malam itu, tampak perwakilan abdi-dalem “Kanca Kaji” dari Pakasa Cabang Jepara yang dipimpin RT Rasmaji, beberapa abdi-dalem dari Pakasa Cabang Pati yang dipimpin sendiri ketuanya, KRAT Mulyadi Puspopustoko. Pakasa Cabang Kudus juga disebutkan mengirim utusan untuk hadir malam itu.
KRA Panembahan Didik Gilingwesi selaku “Plt” Ketua Pakasa Cabang Kudus kemarin menyebutkan, dirinya terpaksa tidak bisa hadir dalam khataman Alqur’an semalam, karena harus berobat setelah terjatuh di kamar mandi dan tak bisa untuk berjalan kaki atau hanya sekadar duduk. Dia mengirim utusan 6 orang, tetapi diragukan bisa berangkat, karena tidak bersama ketuanya.
Usai khataman Alqur’an, Gusti Moeng selaku pimpinan jajaran “Bebadan Kabinet 2004” meneruskan beberapa agenda kerja adat di antaranya, persiapan upacara adat tingalan jumenengan Sinuhun Suryo Partono (PB XIII). Salah satu agenda penting, yaitu mengawal latihan tari Bedaya Ketawang yang berlangsung seminggu di Pendapa Sasana Sewaka, sampai Minggu (4/2). (won-i1).