Banyak Pakasa Cabang Menunggu Kekancingan untuk Badi-dalem “Kanca Kaji”
SURAKARTA, iMNews.id – Putra mahkota KGPH Hangabehi dan atau Gusti Moeng (GKR Wandansari Koes Moertiyah) sudah ditunggu-tunggu kehadirannya di event haul yang akan digelar Pakasa Cabang Pati di dua kompleks makam terpisah, yaitu makam tokoh Kyai bagus Kuncung Haryo Mataram di Desa Jatiroto dan makam tokoh Syeh Jangkung di Desa Landoh di kecamatan yang sama, Kayen.
KRAT Mulyadi Puspopustoko selaku Ketua Pakasa Cabang Pati menyebutkan, dua undangan untuk ritual haul dua tokoh leluhur Dinasti Mataram di dua desa terpisah di Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, sudah semuanya disampaikan kepada Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat.
“Undangan yang terakhir, kami haturkan saat ndherek sowan timbalan khataman Alqur’an, Rabu (27/12) kemarin itu. Panitia dari masing-masing makam saya antar, biar menghaturkan sendiri undangannya. Kemarin itu, langsung bisa diterima Gusti Wandan (GKR Wandansari Koes Moertiyah). Tetapi, kemungkinan ada salah satu yang tidak bisa, karena njagong ke Pakualaman, Jogja”.
“Kelihatannya, kalau tidak salah Gusti Wandan yang tidak bisa hadir yang tanggal 11 Januari, haul di makam Kyai Bagus Kuncung. Mungkin akan diwakilkan Kangjeng Gusti Behi (KGPH Hangabehi-Red). Kalau begitu, masyarakat adat di sana malah punya kesempatan berkenalan dengan putra mahkota. Tetapi, lebih lengkap kalau Gusti Wandan juga hadir,” ungkap KRAT Mulyadi.
Ketua Pakasa Cabang Pati itu, saat dimintai konfirmasi iMNews.id, siang tadi menyebutkan, event haul sejumlah tokoh leluhur Dinasti Mataram yang banyak tersebar di wilayah Kabupaten Pati, akan dimulai dari makam Kyai Bagus Kuncung di Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen pada Kamis, 11 Januari.
Agenda haul tokoh berikutnya adalah Syeh Jangkung atau Saridin yang akan digelar di makamnya yang ada di Desa Landoh, Kecamatan Kayen, pada Selasa, 23 Januari. KRAT Mulyadi berharap, kehadiran dua tokoh utama dari Kraton Mataram Surakarta itu disertai para prajurit dan korsik drumband yang menjadi cirikhasnya.
“Tetapi, kalau anggaran tidak memungkinkan, ya cukup dengan drumband lokal saja. Yang penting, ada prosesi kirab yang dirawuhi dua tokoh penting dari kraton itu. Saya selaku yang dituakan di Pakasa cabang, banyak dilibatkan di kepanitiaan masing-masing makam yang menggelar haul. Harapan Pakasa, semua event haul melibatkan prajurit kraton. Pasti meriah”.
“Karena, setelah itu akan disambung haul di beberapa makam lain, yang kebetulan mulai memasuki bulan Ruwah, nyadran. Kami akan mengundang semua pengurus Pakasa anggota Tiga Serangkai, cabang Kudus dan Jepara. Tapi karena pelaksanaannya bukan hari Sabtu atau Minggu, Kanjeng Bambang (Ketua Pakasa Cabang Jepara), jarang bisa hadir,” sebut KRAT Mulyadi.
Seperti sudah menjadi tradisi dan kesepakatan tiga cabang Pakasa dari wilayah Gunung Muria itu, tiap salah satu cabang menggelar acara adat, pasti mengundang cabang tetangga, begitu pula sebaliknya. Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin KRA Panembahan Didik, sudah sering diundang ke Pati dan sedikitnya membawa rombongan 30 orang.
Pakasa tiga cabang itu, Rabu Pahing malam (27/12) bertemu di acara spiritual religi khataman Alqur’an yang digelar Kraton Mataram Surakarta di Bangsal Smarakata (iMNews.id, 28/12). Karena, selain masing-masing dari anggota Tiga Serangkai punya agenda upacara adat haul tokoh-tokoh di wilayahnya, juga memiliki potensi SDM abdi-dalem “Kanca Kaji” yang berlimpah.
Untuk itu, KRA Panembahan Didik (“Plt” Ketua Pakasa Kudus), KRAT Mulyadi (Ketua Pakasa Pati) dan KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) secara terpisah menyebutkan, pihaknya berharap Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat segera menerbitkan kekancingan untuk abdi-dalem “Kanca Kaji”, untuk memenuhi timbalan sowan berbagai keperluan di kraton.
“Untuk acara khataman Alqur’an ‘kan rutin tiap weton Rabu Pahing. Kalau jumlah abdi-dalem ‘Kanca Kaji’ semakin banyak, ‘kan bisa bergiliran. Bukan hanya giliran tiap cabang Pakasa, tetapi di satu cabang Pakasa sendiri kalau jumlah abdi-dalem ‘Kanca Kaji’ banyak, ‘kan bisa diligir dan semua cabang bisa ikut sowan di kraton,” ujar KRAT Mulyadi.
Sejak beberapa Pakasa cabang memiliki abdi-dalem “Kanca Kaji”, tradisi khataman Alqur’an tiap Rabu Pahing selalu dihadiri utusan masing-masing cabang Pakasa, bahkan dari beberapa pondok pesantren walau kepengurusan Pakasa cabangnya belum terbentuk atau vakum, misalnya dari sebuah pesantren di Salatiga yang tergolong aktif dan selalu mengirim santri belasan orang.
Sebelumnya, abdi-dalem “Kanca Kaji” sempat langka karena tradisi khataman Alqur’an berhenti dan vakum puluhan tahun dan baru diaktifkan kembali setelah “Bebadan Kabinet 2004” yang dipimpin Gusti Moeng menginisiasi kembali, cukup sekali saja tiap Rabu Pahing di Bangsal Smarakata.
Abdi-dalem “Kanca Kaji” baru dibentuk Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat sekitar 2 tahun lalu di kagungan-dalem Masjid Agung, bersamaan dengan ritual khol Sultan Agung. Waktu itu, baru ada sekitar 10-orang di antaranya KRA Madyo Hadiningrat dan KRA Mustofa dari Surakarta, KRRA MN Gendut Wreksodiningrat dan KRT Ahmad Faruq Reksobudoyo dari Ponorogo. (won-i1).