Para Pengurus Pakasa Cabang Mencatat Situasi dan Kondisi Aktivitas Pentas Wayang di Daerahnya

  • Post author:
  • Post published:July 11, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Para Pengurus Pakasa Cabang Mencatat Situasi dan Kondisi Aktivitas Pentas Wayang di Daerahnya
BERSIH DESA : Pentas wayang kulit sudah banyak digelar di wilayah Kabupaten Trenggalek (Jatim). Salah satunya, saat digelar dalam rangka "Bersih Desa" di Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, belum lama ini, yang disajikan sendiri olehKi Basuki Singo Wijoyo (Ketua Pepadi Trenggalek). (foto : iMNews.id/dok)

Pakasa Cabang Jepara Proaktif Agendakan Wayangan dalam Setiap Ritual Sedekah Bumi dan Laut

SURAKARTA, iMNews.id – Walau “daya beli” masyarakat untuk “nanggap” wayang kulit rata-rata masih rendah di hampir semua daerah yang selama puluhan tahun menjadi “pasar” yang menguntungkan bagi seni pertunjukan seni pedalangan, namun dinamika kebutuhan “nanggap” wayang kulit sebagai sebuah tradisi secara merata sudah kelihatan geraknya. Kalangan pengurus Pakasa cabang di berbagai daerah sebaran kesenian tradisional wayang kulit itu secara tidak langsung banyak memahami, merekam dan mencatat situasi dan kondisi riil aktivitas seni pertunjukan itu karena punya kedekatan secara kultur dan kekerabatan.

Situasi dan kondisi riil di lapangan seperti di atas, diungkapkan sejumlah pengurus Pakasa cabang yang dimintai konfirmasi iMNews.id secara terpisah di daerah masing-masing yang menggambarkan wilayah Provinsi Jatim dan Jateng. Mereka itu adalah KRAT Sukoco (Ketua Pakasa Cabang Nganjuk) dan KRAT Seviola Ananda Reksobudoyo (Ketua Pakasa Cabang Trenggalek) dari wilayah Jatim. Sedangkan dari wilayah Jateng, KRAT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Cabang Magelang), KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati), KRT Kustamtomo (Pakasa Klaten) dan KRT Madyo Reksohastono (Pakasa Pati), juga memberikan informasi itu.

SETU KLIWON : KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) punya tradisi rutin menggelar pentas wayang kulit di kediamannya, Pendapa Joglo Hadipuran, Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan setiap weton “Setu Kliwon”, selain menginisiasi dan mendukung pentas-pentas wayang di sejumlah desa dalam ritual “Sedekah Bumi” atau sejenisnya. (foto : iMNews.id/dok)

Pakasa Cabang Jepara adalah satu-satunya Pakasa cabang yang sangat proaktif dalam upaya pelestarian seni budaya Jawa, karena berusaha menginisiasi terwujudnya pertunjukan wayang kulit menjadi salah satu agenda di setiap desa yang menggelar ritual Sedekah Bumi, Sedekah Laut, Bersih Desa, Merti Desa, Rasulan dan bentuk-bentuk ritual tradisi lain di berbagai desa di Kabupaten Jepara. Pengurus Pakasa cabang banyak berperan terwujudnya pentas wayang kulit di setiap keramaian ritual tradisi di desa-desa itu, karena organisasi ini punya inventaris sekotak wayang kulit yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pentas itu.

“Yang jelas, kami bersinergi dengan organisasi Pepadi di Kabupaten Jepara. Wadah para dalang itu sejak awal bekerjasama dengan Pakasa cabang untuk bersama-sama menjalankan tugas pelestarian seni budaya Jawa. Pepadi menyiapkan pentas wayang kulit dan dalangnya, Pakasa menyiapkan pendukung kirab budayanya. Inventaris sekotak wayang bisa dimanfaatkan untuk pentas. Kami selalu berusaha bersinergi dengan para pamong desa, agar ritual Sedekah Bumi, Sedekah laut, Bersih Desa, Merti Desa atau apapun, selalu ada sajian wayang kulit, kirab budaya dan tausyiah atau bahkan pengajian akbar,” sebut KRA Bambang S Adiningrat.

MEMBERI TELADAN : Selain sebagai bentuk kecintaannya terhadap wayang kulit, KRA Bambang S Adiningrat yang selalu membawa seluruh keluarga menyaksikan pentas di belakang kelir, secara tidak langsung memberi teladan kepada masyarakat luas untuk membangun rasa cinta seni budaya dari lingkungan keluarganya masing-masing. (foto : iMNews.id/dok)

KRA Bambang S Adiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Jepara yang dihubungi iMNews.id selama mengikuti ritual Sedekah Bumi di bulan Mei, Juni dan 10 Juli kemarin, menyebutkan bahwa hampir di semua desa yang didukung Pakasa cabang dalam menggelar ritual tradisinya ada sajian wayang kulit. Pakasa cabang sudah mendukung pentas wayang kulit sekaligus ritual Sedekah Bumi atau sejenisnya di 10 desa yang tersebar di 4 kecamatan sampai bulan Juli di tahun ini, sebagai bagian dari upaya pengembangan organisasi Pakasa dari tingkat anak cabang atau kecamatan.

“Karena situasi dan kondisi sosial budaya di Kabupaten Jepara sangat beda dibanding Kabupaten Klaten (Jateng) atau bahkan Kabupaten Ponorogo (Jatim), maka untuk pengembangan organisasi kami harus menempuh cara-cara pendekatan seperti yang sudah kami rintis di 10 desa itu. Kebetulan, Pakasa Cabang Jepara juga baru tiga tahun berjalan. Mudah-mudahan dengan cara halus dan simpatik ini, Pakasa bisa berkembang. Selain itu, khusus untuk kegiatan pentas wayang kulit, di beberapa desa mulai terkondisi dengan baik proses pengenalan dan apresiasinya, terutama di kalangan generasi muda,” tandas KRA Bambang.

ANTUSIASME MASYARAKAT : Hampir di setiap pentas wayang kulit digelar dalam rangka ritual “Sedekah Bumi”, “Bersih Desa” atau sejenisnya, antusiasme masyarakat setempat selama ini dinilai Pakasa cabang Jepara cukup besar untuk menikmati hiburan yang mendidik rasa cinta seni budaya Jawa itu. (foto : iMNews.id/dok)

Situasi dan kondisi aktivitas pentas wayang kulit yang rata-rata mulai tumbuh di sejumlah desa di wilayah Kabupaten Jepara, terutama yang diinisiasi dan didukung Pakasa cabang, tentu memberi angin sejuk bagi banyak pihak yang berkepentingan dalam menentukan kebijakan untuk keperluan ketahanan budaya di tingkat regional maupun nasional. Dan tak hanya KRA Bambang S Adiningrat, MNg Darjo Diprojo dari Komunitas SUGEK dan Literasi yang juga pengurus Pakasa cabangpun punya catatan tentang perkembangan positif upaya pelestarian seni budaya Jawa dari sisi peningkatan apresiasi terhadap pertunjukan wayang kulit.

Dari sisi penyelenggaraan dan kebutuhan hiburan yang mendidik di sisi lain, aktivitas pentas wayang kulit di Kabupaten Jepara pada umumnya selepas pandemi ini memang menunjukkan gairah yang positif dan berkembang baik. Meski hanya berdasar pantauan dari luar, Pakasa Cabang Kabupaten Nganjuk dan Cabang Kabupaten Trenggalek menyebutkan ada arah pergerakan yang positif aktivitas pertunjukan wayang kulit dalam beberapa sisi. Bahkan KRAT Seviola (Ketua Pakasa Trenggalek) menyebutkan, “bersih Desa” di sekitar makam Ki Ageng Menak Sopal, Kelurahan Ngantru, belum lama ini juga menggelar wayang kulit.

WAYANGAN DAN TAYUBAN : Si petilasan dan makam Syech Lemah Abang (Syekh Siti Jenar) dan Nyai Sirad Hayuning Jagad di Desa Kedondong, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, bila datang ritual “Bersih Desa” seperti yang belum lama lewat, selalu dimeriahkan dengan pentas wayang kulit, tayuban dan campursari. (foto : iMNews.id/dok)

“Ketua Pepadi Trenggalek (Ki Basuki Singo Wijoyo-Red), sangat dekat dengan Pakasa cabang. Dua organisasi ini mulai sering bekerjasama menginisiasi acara dalam rangka pelestarian seni budaya Jawa. Mudah-mudahan melalui proses itu, Pakasa cabang menjadi kuat dan memudahkan perkembangannya,” ujar KRAT Seviola. Kebangkitan seni pedalangan dan aktivitas pentas wayang di tengah masyarakat setelah pandemi, juga dicatat KRAT Sukoco (Ketua Pakasa Nganjuk). Menurutnya, banyak figur dalang di Kabupaten Nganjuk dan dari luar kabupaten kini sedang panen “tanggapan”, karena hampir setiap desa menggelar ritual “Sedekah Bumi” dengan menu utama pentas wayang kulit purwa.

Suasana menggembirakan serupa juga diungkapkan KRAT Bagiyono Rumeksonagoro, karena pengurus Pakasa sering diundang hadir pada pentas wayang kulit yang diinisiasi berbagai pihak, terutama kalangan warga/pengurus Pakasa. Abdi-dalem juru kunci makam Pangeran Benawa I di Kecamatan Pucakwangi, Pati, KRT Madyo Reksohastono bahkan menyatakan, dirinya yang haus menonton wayang kulit selama dua tahun lebih akibat pandemi Corona, dalam 6 bulan ini sudah terpenuhi karena masyarakat di wilayah Kecamatan Todanan sudah banyak menggelar pentas wayang untuk keperluan “mantu” dan sebagainya. (won-i1)