Digelar di Bangsal Smarakata, Dibagi Dalam Dua Hari
SURAKARTA, iMNews.id – Sebanyak 14 siswa Pasinaon Tata Busana saha Paes Kraton Surakarta, menghadapi ujian nasional sebagai tahapan terakhir kegiatan belajar-mengajarnya selama 6 bulan di tahun 2023 ini. Ujian praktik merias (paes-Red) dan menata-busana para modelnya menjadi pasangan pengantin, digelar di Bangsal Smarakata separo dari jumlah peserta ujian, Selasa (7/11) siang tadi, dan sisanya sebanyak 7 orang diuji di tempat yang sama, Rabu (8/11) dari pagi pukul 07.00 WIB hingga selesai.
“Peserta ujian hanya 14 orang, tetapi diuji separo-separo dalam dua hari, Selasa dan Rabu (7-8/11). Ini ujian nasional yang ke-3 yang digelar Pasinaon Tata Busana saha Paes Kraton Surakarta sejak yang pertama tahun 2021. Kalau dilihat dari jumlahnya, baik siswa maupun peserta ujian yang sampai diuji separo-separo dalam dua hari, karena pasinaon masih terbatas, terutama tempat dan dwija (guru) pengajar/penguji. Karena, saat praktik di pasinaon maupun ujian, daya tampung tempatnya juga terbats,” ujar RMP Restu Budi Setiawan menjawab pertanyaan iMNews.id, siang tadi.
Menurut Ketua Pasinaon Tata Busana saha Paes Kraton Surakarta itu, siswa pasinaon yang juga peserta ujian nasional ini benar-benar sangat bervariasi, karena ada yang baru lulus SMA dan ada yang baru berumahtangga. Tetapi, ada pula yang sudah bekerja secara profesional sebagai perias. Mereka kebanyakan warga sekitar Kota Surakarta, tetapi ada yang berasal dari Jember dan Surabaya (Jatim). Dalam ujian yang digelar dua hari, siang tadi dan besok, Gusti Moeng selaku Ketua Sanggar Pawiyatan Kabudayan Kraton Surakarta juga ikut menguji.
Disebutkan, lembaga pasinaon milik Yayasan Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta itu sejak didirikan di tengah masa pandemi Corona dua tahun lalu, hingga kini masih menggunakan bangunan kompleks Bale Agung di utara Alun-alun Lor sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar. Karena luas tempat dan jumlah guru pengajarnya sangat terbatas, lembaga pendidikan swasta milik kraton yang bergerak di bidang pelestarian seni budaya Jawa spesifik tata busana dan paes pengantin Jawa gaya Surakarta itu, juga membatasi jumlah siswanya maksimum 14 orang.
Dari mata pelajaran yang diajarkan maupun yang diuji, lebih dari 60 persen adalah materi praktik tentang tata busana dan paes sedangkan sisanya mata pelajaran teori tentang pengetahuan penunjang misalnya jenis-jenis busana pengantin yang ada di kraton, tahapan-tahapan prosesi perkawinan adat di kraton dan sebagainya. Di antara pengetahuan tambahan yang diberikan kepada kalangan siswa, juga diajarkan soal tata bahasa Jawa dengan berbagai istilah yang berlaku dalam kerja profesional tata busana dan paes pengantin Jawa gaya Surakarta.
Seperti pernah diungkapkan Gusti Moeng selaku ketua yayasan dan juga Pengageng Sasana Wilapa, kraton mendirikan lembaga pasinaon untuk menyebarluaskan pengetahuan teknis tentang tata busana dan paes pengantin adat Jawa gaya Surakarta, agar dikuasai masyarakat sebagai pengetahuan teknis dan profesi, dalam rangka pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari kraton. Selain itu, Sinuhun PB XII juga sudah mengizinkan paes pengantin “basahan dodot ageng” yang biasa dikenakan para penari Bedaya Ketawang dan simbol kraton, dipelajari dan dijadikan pengetahuan teknis serta profesi sebagai milik masyarakat secara luas. (won-i1).