Sabtu Pagi 5 Agustus Tepat 17 Sura, Kraton Gelar Wilujengan “Adeging Mataram Surakarta”

  • Post author:
  • Post published:August 2, 2023
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Sabtu Pagi 5 Agustus Tepat 17 Sura, Kraton Gelar Wilujengan “Adeging Mataram Surakarta”
MELAKUKAN DIALOG : Gusti Moeng selaku Pengageng Lembaga Dewan Adat/Pengageng Sasana Wilapa menerima Wali Kota Gibran di ruang pertemuan eks kantor Sinuhun PB XI, Selasa giang (1/8) untuk melakukan dialog dan diskusi membahas rencana revitalisasi kraton bantuan pemerintah pusat. (foto : iMNews.id/dok)

Diwarnai Kunjungan “Diam-diam” Wali Kota Gibran Kepada Pengageng Sasana Wilapa

SURAKARTA, IMNews.id – Agenda bebera kegiatan selama bulan Sura Tahun Baru Jawa Jimawal 1957 yang diperingati Kraton Mataram Surakarta mulai kirab pusaka tanggal 1 Sura (20/7/2023), berlanjut dengan menggelar beberapa kegiatan dan akan tiba pada agenda penyelenggaraan ritual peringatan “Adeging Nagari Mataram Surakarta” yang akan digelar Sabtu pagi (5/8). Ritual memperingati lahirnya nama Surakarta Hadiningrat sebagai pengganti nama Desa Sala pada 17 Sura Tahun Je 1670 atau pada 20 Februari 1745 (Masehi), berarti sudah 287 tahun Jawa atau 278 tahun Masehi usai nama “Surakarta”.

Doa wilujengan, tahlil dan dzikir untuk memaknai peringatan berdirinya “nagari” Mataram Surakarta itu, akan digelar di gedhong Sasana Handrawina dan disebutkan akan dihadiri “kedua pihak” yang sedang menuntaskan proses perdamaian yang sudah dimulai Sinuhun PB XIII dengan adik kandungnya, GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat. Upacara adat yang ditandai dengan simbol “jenang putih gurih” yang biasa disebut “jenang Suran” itu, juga mengundang perwakilan para pengurus Pakasa dari berbagai cabang yang ada.

BERFOTO BERSAMA : Suasana ceria dan cair tampak pada semua tokoh dari Kraton Mataram Surakarta dan Wali Kota Gibran yang berfoto bersama seusai pertemuan “diam-diam” antara kedua pihak di ruang pertemuan eks kantor Sinuhun PB XI, Selasa siang (1/8) kemarin. (foto : iMNews.id/dok)

Beriring dengan pelaksanaan sejumlah agenda kegiatan di bulan Sura, kemarin ada berita baru dari proses perjalanan rencana revitalisasi Kraton Mataram Surakarta, yang diawali dari terwujudnya “perdamaian” antara Sinuhun PB XIII dengan GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng, sebagai salah satu syarat diwujudkannya bantuan pemerintah berupa proyek revitalisasi. Perkembangan proses rencana itu kemudian sempat berjalan kurang baik karena diwujudkan dengan sebuah pertemuan antara Wali Kota Surakarta sebagai mewakili pemerintah pusat, dengan beberapa tokoh dari kraton tetapi tidak mencerminkan representasi kraton setelah dicapai “perdamaian”.

Dalam pemberitaan atas peristiwa pertemuan Wali Kota Gibran dengan beberapa tokoh antara Sinuhun PB XIII itu, malah sempat membahas perubahan perencanaan dari proposal revitalisasi yang telah disusun dan diajukan Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat) kepada Kemen PUPUR, sebelum tahun 2017. Pertemuan yang dinilai tidak representatif itu, telah membuat beberapa tokoh di “pihak” Lembaga Dewan Adat bereaksi, yaitu GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani saat dihubungi iMNews.id menyatakan pihak yang sedang membahas perubahan itu dinilai tidak punya kompetensi.

FOTO SANTAI : Melihat busana yang dikenakan Wali Kota Gibran saat melakukan pertemuan “diam-diam” dengan beberapa tokoh representasi Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng, tampak begitu santai agar tak “mencurigakan” saat pergi ke kraton, Selasa siang (1/8) kemarin. (foto : iMNews.id/dok)

Reaksi dari Gusti Timoer selaku Pengageng Keputren sekaligus pengurus di Lembaga Dewan Adat itu sempat membuat suasana proses “perdaiaman” dan sinergitas dengan pemerintah (Pemkot) untuk membangun hubungan harmonis hubungan ke depan menjadi tidak enak dan tidak nyaman. Secara pribadi, putra mahkota KGPH Hangabehi juga menyatakan kepada iMNews.id, belum lama ini, bahwa peristiwa itu kurang etis. Namun, ada perkembangan lebih lanjut yang merupakan berita terbaru yang sekilas terkesan merupakan hal positif. Yaitu kabar kedatangan Wali Kota Gibran yang “diam-diam” menemui Ketua Lembaga Dewan Adat dan para pejabat “Bebadan Kabinet 2004”, Selasa siang (1/8).

Dari berita dan foto yang beredar, Wali Kota Gibran sempat berfoto bersama sejumlah tokoh yang menerima kedatangannya di ruang pertemuan bekas kantor eks Sinuhun PB XI, seusai berdialog dan berdiskusi yang tanpa diketahui insan media sama sekali. Ada pemberitaan yang beredar, sama sekali bukan pernyataan dari salah satu pihak atau tokoh-tokoh yang terlibat dari pertemuan itu, Tetapi putra mahkota KGPH Hangabehi yang sempat dihubungi iMNews.id sesudah pertemuan, hanya membenarkan dan menyebut hanya sebagai bentuk upaya Wali Kota untuk bersinergi dengan tuan rumah untuk kelancaran rencana revitalisasi kraton.

SANGAT LAYAK : Melihat wujud dan kondisi bangunan yang posisinya di belakang bangsal “bedaya” Kraton Mataram Surakarta, sangat layak dan mendesak untuk menjadi prioritas dalam rencana revitalisasi kraton. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Ya, intinya hanya sebagai wujud upaya pak Wali Kota untuk bersinergi dengan pihak-pihak yang berkompeten di kraton, demi kelancaran rencana revitalisasi itu,” papar KGPH Hangabehi melalui aplikasi WA-nya menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai inti diskusi dan dialog yang terjadi antara kedua pihak, misalnya tentang reaksi keras kakak perempuannya, GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani yang sebelumnya mengkritisi pertemuan Wali Kota dengan Sinuhun PB XIII dan beberapa tokoh lain yang dinilainya tidak berkompeten mengevaluasi atau merubah perencanaan revitalisasi.

Perkembangan terakhir Selasa (1/8) kemarin, muncul satu pemberitaan tentang pertemuan tersebut, tetapi sama sekali tidak menyebutkan isi pembicaraan atau pokok bahasan antara kedua pihak. Pertemuan Wali Kota dengan Ketua Lembaga Dewan Adat/Pengageng Sasana Wilapa yang didampingi KPH Edy Wirabhumi selaku Pimpinan Lembaga Hukum Kraton Surakarta yang juga penanggungjawab perencanaan revitalisasi, GKR Ayu Koes Indriyah, GKR Timoer Rumbai dan KGPH Hangabehi itu hanya memunculkan beberapa foto yang memperlihatkan kedua pihak yang habis bertemu, dalam pose yang terkesan “happy-happy”” atau menyenangkan.

WILUJENGAN PERDANA : Doa “wilujengan nagari” peringatan “adeging nagari Mataram Surakarta” seperti ini, akan digelar pertama atau “perdana” dalam semangat “perdamaian” pada tanggal 17 Sura atau Sabtu 5 Agustus pagi di gedhong Sasana Handrawina. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam foto itu, semua tampak tersenyum cerah dan renyah dan sama sekali tak menyiratkan wajah yang pernah kesal atau kurang senang. Karena sama sekali tak ada penjelasan kepada publik oleh semua yang telah bertemua, tak ada yang bisa memastikan apakah ada kesepakatan yang pernah dicapai dalam pertemuan di Balai Kota dan dan jika ada kesepakatan yang dinilai “sepihak” itu, apakah sudah dicairkan atau diluruskan dengan pertemuan “diam-diam” di dalam kraton, Selasa (1/8)?, hingga kini sama sekali tak ada penjelasan dari kedua pihak. Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi yang dimintai konfirmasi iMNews.id, tidak menjawab.

Seperti diketahui, sebelum 2017 atau sebelum kraton ditutup sepihak oleh “pihak Sinuhun PB XIII” yang didukung 2.000 personel polisi dan 400-an personel tentara, kegiatan renovasi terus berjalan setiap waktu silih-berganti titik lokasi yang disentuh dan hasilnya sudah sangat banyak yang bisa “terselamatkan”. Dan di tahun 2016 itu, pihak kraton menugaskan KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab perencanaan telah menyusun design dan proposal revitalisasi menyeluruh kawasan kraton yang kemudian diserahkan kepada Kemen PUPR, sebelum ada insiden penutupan kraton April 2017. (won-i1)